4 juta bukanlah angka yang besar di Jogja
Tapi apa angka 4 juta ini kelewat besar? Saya ada contoh sederhana untuk hidup di Jogja sengirit mungkin. Tapi bukan ngirit ala pertapa yang tidak pernah keluar kamar.
Katakan biaya sekali makan adalah 15 ribu. Dengan asumsi 2 kali makan, maka sebulan sudah habis 900 ribu. Lalu biaya transport dihitung dari tiket Trans Jogja yaitu Rp3600 sekali jalan. Sebulan sekitar 216 ribu. Tapi kalau cukup apes, tempat tinggal Anda tidak terjangkau Trans Jogja, berarti bisa lebih tinggi lagi.
Lalu biaya kos-kosan saya hitung 500 ribu per bulan. Sedangkan pulsa dan kuota saya hitung 100 ribu saja. Toh sudah banyak wifi gratis. Belanja bulanan di luar pangan saya hitung 300 ribu per bulan. Berarti Anda harus pintar cari diskon sabun mandi dan cuci. Oiya, Anda tidak bisa memakai jasa laundry kalau ingin irit.
Untuk uang sandang, saya hitung 100 ribu saja tiap bulan. Jadi Anda hanya bisa beli 3 celana dalam dan satu kaos waktu diskon di marketplace. Untuk biaya hiburan, termasuk kopi dan rokok, saya anggarkan 300 ribu per bulan. Jadi untuk Anda para ahli isap, rokok yang terjangkau adalah SKT 10 ribuan di warung Madura. Terakhir, biaya darurat saya anggarkan 500 ribu per bulan. Untuk beli vitamin, lampu kamar, ganti colokan konslet, maupun sumbangan teman yang menikah. Ini termasuk biaya parkir jika Anda punya motor.
Dari anggaran sederhana ini, maka biaya hidup setiap bulan adalah Rp2.916.000. Tapi untuk mencukupkan diri dengan biaya tersebut, Anda harus ekstra ngirit seperti robot yang hanya kerja-pulang-kerja-tipus. Anda juga tidak bisa menyicil rumah apalagi beli motor.
Hidup sejahtera adalah hak setiap orang, termasuk orang Jogja
Saya yakin, akan banyak yang komentar nyinyir karena artikel ini. Entah bilang hidupnya cuma butuh 2 juta setiap bulan. Atau bilang hidup harus banyak bersyukur. Silakan saja, toh saya tidak peduli dengan ujaran tidak menapak tanah itu.
Satu hal yang saya pedulikan: setiap orang berhak hidup sejahtera! Setiap orang berhak untuk makan cukup, tidur nyaman, dan bersosialisasi yang cukup. Maka, gaji yang diterima harus bisa memenuhi kebutuhan tersebut.
4 Juta per bulan bukan angka fantastis di Jogja. Ini adalah gaji agar bisa hidup layak semata! Bahkan jika ada beberapa biaya yang bisa Anda tekan seperti masalah tempat tinggal, 4 juta bukan berarti mewah. Tapi pilihan ada di tangan Anda. Mau hidup sejahtera, Atau hidup narimo ing pandum dalam ketimpangan?
Kecuali kalau fetish Anda adalah hidup menderita, maka, jawabannya sudah jelas.
Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Kalian Masih Membela Upah Murah Jogja ketika Defisit Gaji Jadi Realitas? Mending Kita Gelut!