Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Gadis Minimarket Memandang Kehidupan ‘Normal’ yang Diskriminatif

Muhamad Iqbal Haqiqi oleh Muhamad Iqbal Haqiqi
6 Oktober 2020
A A
sayaka murata gadis minimarket resensi review novela bagus mojok.co

sayaka murata gadis minimarket resensi review novela bagus mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Apa itu hidup yang normal? Mengapa orang harus hidup normal? Mengapa jika orang tidak hidup normal, orang-orang di sekelilingnya akan merasa tidak nyaman dan mulai gatal untuk menertibkan? Itulah pertanyaan yang muncul ketika membaca novela Sayaka Murata berjudul Gadis Minimarket.

Dalam Gadis Minimarket, sang tokoh utama, Keiko Furukura, adalah seorang pegawai minimarket yang perilaku hidupnya digambarkan penuh keanehan. Sejak kecil ia dianggap berbeda oleh orang tua, saudara, dan teman-temannya. Perilakunya yang berbeda dari mayoritas orang membuatnya harus bolak-balik dikonsultasikan ke psikolog.

Potret keanehannya ditunjukkan semasa taman kanak-kanak, saat dirinya merespons seekor burung mati dengan cara tak lazim. Ketika anak-anak lain merespons dengan tangisan dan kesedihan, Keiko malah membawa burung itu kepada ibunya dan mengatakan ingin memakan burung itu. Orang-orang di sekitarnya, termasuk ibunya, merasa heran. Namun, Keiko merasa tindakannya sangat masuk akal.

Hingga ia beranjak remaja, Keiko tidak pernah tahu ketidaknormalan apa yang dikhawatirkan orang-orang di sekitarnya.

Setelah lulus kuliah, Keiko memilih bekerja sambilan sebagai pegawai minimarket. Dari situ, dia mulai memahami apa maksud dari kehidupan normal. “Hari itu, aku terlahir sebagai bagian yang normal dari masyarakat,” ucapnya ketika pertama kali bekerja di Smile Mart Stasiun Hiromachi. Fase itu baginya begitu penting. Di minimarket lah ia mulai merasa diakui sebagai orang normal.

Ketika bertahun-tahun dianggap tidak normal oleh orang-orang terdekatnya sehingga merasa tak punya eksistensi di masyarakat, menjadi pegawai sambilan di minimarket adalah sebuah lompatan untuk meninggalkan masa lalu.

Menjadi pegawai minimarket membuat Keiko belajar berpenampilan menarik, bersikap baik, dan mulai merasa bisa diandalkan. Di minimarket, Keiko dapat meniru cara bicara banyak orang dan menyesuaikan gaya bicaranya ketika merespons sesuatu. Minimarket, bagi Keiko, adalah ruang belajar kehidupan yang cocok.

Tapi, orang-orang mulai mempertanyakan dirinya lagi setelah Keiko konsisten menjadi pegawai sambilan di minimarket selama delapan belas tahun. Bagaimana bisa seseorang hanya berkutat di persoalan minimarket hingga menginjak usia pertengahan 30-an. Plus bergaji alakadar pun tanpa perjalanan cinta.

Baca Juga:

Unpopular Opinion: Ulasan di Google Maps Lebih Valid daripada TikTok untuk Rekomendasi Tempat Wisata

Derita Mahasiswa yang Masuk Jurusan Sastra Indonesia sebagai Pilihan Kedua, Selalu Dipandang Sebelah Mata

Hidup damai Keiko mulai diusik sekitar lagi. Kondisi itu membuatnya kembali mempertanyakan makna “hidup normal”.

“Menurutku ketika ada sesuatu yang dianggap aneh, semua orang tanpa sungkan merasa berhak untuk ikut campur dan mereka berusaha mengungkap alasannya. Buatku itu menyusahkan, arogan dan mengganggu.” Kalimat itu keluar dalam hati ketika Keiko menanggapi pertanyaan teman-temannya.

Banyak orang berkata, manusia adalah makhluk heterogen. Tapi, secara paradoksal, perkataan itu tidak diperlihatkan dalam bentuk sikap menghargai pilihan atau kondisi hidup seseorang yang berbeda. Mengapa seorang manusia dikatakan normal hanya karena melewati sebuah standar? Padahal fakta bahwa manusia adalah makhluk heterogen sudah cukup untuk menjadi legitimasi bahwa standar tiap orang bisa, dan silakan, berbeda-beda.

“Seperti yang kau bilang, mungkin masyarakat sekarang sama seperti Zaman Jomon. Manusia yang tak dibutuhkan desa akan ditekan dan dijauhi. Itu sama dengan struktur di minimarket. Manusia yang tak dibutuhkan di minimarket akan dikurangi shift-nya dan dipecat.”

“Dunia normal adalah dunia yang tegas dan diam-diam mengeliminasi objek yang dianggap asing. Mereka yang tak layak akan dibuang.”

Ungkapan dari Keiko ini merupakan definisi hidup normal dari kebanyakan orang yang coba dijelaskan Sayaka Murata. Hidup normal adalah tentang mengeliminasi yang tidak dibutuhkan. Seperti minimarket, pegawai-pegawai yang tidak sesuai standar, menurun kemampuan kerjanya, akan disingkirkan dengan yang baru. Begitulah hidup normal.

Selain menampilkan sosok Keiko, Sayaka Muraka juga memunculkan sosok Shihara yang memiliki permasalahan yang sama. Uniknya, sosok Shihara ini diceritakan mengalami diskriminasi dan dianggap tidak normal karena kemalasannya dan khayalannya yang terlalu tinggi.

“Aku ingin calon yang kaya karena aku punya ide bisnis. Tapi, aku tak bisa menjelaskan secara mendetail karena tak ingin ada yang meniru. Dan aku berharap calon istriku bisa memodali ide bisnisku itu. Ideku pasti berhasil dan itu akan membungkam keluhan orang lain.”

Meskipun dua tokoh ini berusaha sebisa mungkin agar diterima oleh masyarakat. Caranya, dengan mencoba mengikuti kenormalan yang berasal dari pertanyaan dan pernyataan  orang-orang terdekat mereka. Pada akhirnya Keiko sadar, dia tidak bisa selalu mengikuti perkataan dan tekanan dari kehidupan sosial; dia punya hak untuk menjalani kehidupan yang ideal berdasarkan standar yang dia ciptakan sendiri.

Keiko menyadari hidup seperti apa yang harus ia jalani. Ketika penghakiman dan diskriminasi disematkan pada mereka yang berbeda standar kenormalan, petuah bahwa hidup itu pilihan terlihat begitu utopis karena kenyataannya, setiap orang akan selalu terbebani untuk memenuhi ekspektasi sosial dan melupakan jati diri dan keinginan yang sebenarnya ingin dicapai.

Melalui sosok Keiko di Gadis Minimarket, Sayaka Murata seolah ingin menunjukan bahwa kehidupan normal dan nyaman datang dari kontemplasi dalam diri sendiri. Mencoba mengikuti standar kenormalan yang diciptakan orang lain tidak serta-merta membuat kehidupan kita jauh dari komentar orang lain. Sebab, tujuan hidup kita bukan untuk memuaskan ekspektasi orang lain.

Sampul novela Gadis Minimarket dari Gramedia.com

BACA JUGA Jangan Memaksa Anak untuk Suka Membaca, Nanti Mereka Takut dan tulisan Muhammad Iqbal Haqiqi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 6 Oktober 2020 oleh

Tags: Fiksigadis minimarketnovelaresensiReviewSastrasayaka murata
Muhamad Iqbal Haqiqi

Muhamad Iqbal Haqiqi

Mahasiswa Magister Sains Ekonomi Islam UNAIR, suka ngomongin ekonomi, daerah, dan makanan.

ArtikelTerkait

Review Attack on Titan Final Season Episode 1: Bagus, namun Tetap Khawatir

Review Attack on Titan Final Season Episode 1: Bagus, namun Tetap Khawatir

11 Januari 2022
Sarjana Sastra Inggris Percuma Kuliah, Kursus Aja Udah Cukup (Unsplash)

Krisis Eksistensialis dan Nestapa Kehidupan Sarjana Sastra Inggris, Dikatain Mending Kursus Aja Udah Cukup ketimbang Kuliah

12 Januari 2024
alicia sierra profesor money heist season 5 season 4 spoiler prediksi review mojok

Menebak Langkah Alicia Sierra setelah Todongan Pistolnya pada Profesor di Episode Terakhir Money Heist

5 Mei 2020
Titoti Wonogiri, Warung Bakso dan Mi Ayam yang Wajib Kalian Kunjungi Sebelum Mati

Titoti Wonogiri, Warung Bakso dan Mi Ayam yang Wajib Kalian Kunjungi Sebelum Mati

2 Oktober 2023
Review Djarum King: Rokok Ringan Teman Pekerja Kreatif

Review Djarum King: Rokok Ringan Teman Pekerja Kreatif

16 November 2022
Insidious: The Red Door: Ceritanya kok Mirip kayak 2 Film Awal? Ini Film Apa Tugas Kuliah, Bos, kok Copy Paste? insidious

Insidious: The Red Door: Ceritanya kok Mirip kayak 2 Film Awal? Ini Film Apa Tugas Kuliah, Bos, kok Copy Paste?

13 Juli 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

19 Desember 2025
Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025
3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

14 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.