Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Fungsi Menanyakan Agama Orang Itu buat Apa, sih?

Raihan Rizkuloh Gantiar Putra oleh Raihan Rizkuloh Gantiar Putra
16 Desember 2020
A A
Fungsi Menanyakan Agama Orang Itu buat Apa, sih? terminal mojok.co tiktok war tanya agama sopan atau nggak

Fungsi Menanyakan Agama Orang Itu buat Apa, sih? terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Sebuah akun TikTok  denganusername @leesubastian24_ mengunggah suatu video yang cukup menarik banyak perhatian netizen. Dalam video TikTok berdurasi 42 detik ini, @leesubastian24_ membuat suatu argumen bahwa jika ada orang yang menanyakan agama kita, kita harusnya jawab saja pertanyaan itu tanpa banyak ribet dan dalih. Dengan nada yang agak tinggi, si pembuat video ini menyindir orang-orang yang merasa sensitif dengan pertanyaan, “Agamamu apa?”

Wkwkwk agama itu privasi. Apapun agama lo, emang ga etis aja nanya agama, bukan karna malu jawabnya. Gw malah seneng sama jawaban mbaknya, supaya budaya nanya agama seenaknya ini tuh distop. Apalagi utk yg minoritas pasti ngerasain banget stlh jawab agamanya ap, terus disinisin. pic.twitter.com/ZsTlstHtcd

— kristo kentang (@kristoimmanuel) December 9, 2020

Argumennya, bahwa nanti di akhirat pun nggak mungkin kita bisa mengelak dari pertanyaan malaikat, yang dalam kepercayaan Islam, juga akan menanyakan hal yang sama, yakni “Apa agamamu?”

Pernyataan seperti ini, menurut saya, benar-benar sangat menjengkelkan. Saya paham, bagi beberapa orang, menjawab orang yang menanyakan agama bisa menunjukkan izzah atau rasa bangga terhadap agama sendiri. Benar-benar valid dan no debat. Tapi, benarkah pertanyaan semacam ini bisa dijawab dengan mudah oleh orang lain, apalagi yang non-muslim dalam konteks Indonesia, tanpa mengabaikan efek-efek sosialnya? Di Aceh, misalnya, apakah orang Aceh yang non-muslim bisa menjawab seperti @leesubastian24_ yang terlihat bangga dan tanpa beban mengatakan, “…gue bangga agama gue Islam!”

Saya nggak bermaksud untuk menyudutkan penganut salah satu agama. Nggak. Saya bukan Emmanuel Macron yang bilang bahwa Islam mengalami krisis. Saya juga bukan Pak Jokowi yang menentang pernyataan Macron dengan menyarankan negara maju itu untuk belajar toleransi dari Indonesia sementara di negerinya sendiri konflik antaragama masih sering terjadi. Hanya saja, untuk ukuran sebuah bangsa yang telah berumur 70 tahun lebih, kita kok masih belum beranjak dari hal-hal yang nggak substansial semacam ini?

Ini tentu miris karena jawaban macam apa sih yang diharapkan dengan mengajukan pertanyaan, “Agamamu apa?” Lantas, setelah dijawab, selanjutnya apa? Nggak jelas banget. Apakah pertanyaan ini punya pretensi ingin mengetahui sifat seseorang? Malah makin aneh. Bagi saya, nggak ada korelasi antara sifat seseorang dengan agama yang dia anut. Orang-orang yang selalu berbicara pentingnya beragama itu seringnya membual dan omong kosong. Kebanyakan dari mereka beragama hanya pada tataran simbolik dan penampilan. Agamanya sama sekali nggak ganjil. Yang ganjil dan aneh adalah orang yang beragamanya.

Hal ini barangkali disebabkan karena kita punya kegenitan untuk selalu ingin tahu hal-hal yang sifatnya sangat personal. Kita mungkin nggak bisa hidup dengan tenang jika mengetahui agama dari teman atau mungkin idola kita ternyata berseberangan dengan kita. Atribut-atribut yang sifatnya personal ini akhirnya menentukan bagaimana kita bersikap kepada mereka. Si ini agamanya A maka kita harus bersikap B, si ini agamanya C maka tempat ibadahnya harus kita hancurin, dan seterusnya.

Dampak jangka panjang dari menanyakan agama, lebaynya, tentu adalah diskriminasi hingga kekerasan atas nama agama. Sialnya, diskriminasi sampai kekerasan ini dilakukan oleh mereka yang merasa sudah “saleh” dan “benar”. Anehnya, Kita ini memimpikan semacam toleransi antarumat beragama tapi kok di sisi lain senang sekali menanyakan identitas agama orang tanpa kepentingan yang jelas?

Baca Juga:

Drama Cina: Ending Gitu-gitu Aja, tapi Saya Nggak Pernah Skip Menontonnya

Konten “5 Ribu di Tangan Istri yang Tepat” Adalah Bentuk Pembodohan

Syahdan, hal-hal kecil yang bisa dijadikan solusi untuk permasalahan intoleran semacam ini tentunya kita harus menahan bahkan harus menghilangkan kegenitan kita yang selalu ingin tahu relasi personal seseorang dengan tuhannya. Agama adalah urusan pribadi seseorang. Tidak elok rasanya orang lain (apalagi orang asing) ikut campur di dalamnya lalu menanyakan agama seseorang, terlebih di ranah publik seperti media sosial. Kecuali jika Anda malaikat. 

Lagi pula, satu hal yang pasti, kita semua bisa berbuat baik terlepas dari agama apa pun yang kita anut. Coba bayangkan akan semaju apa negara kita jika nggak ada lagi orang yang menanyakan agama orang lain saking keponya?

Gus Dur pernah berkata, “Tidak penting apa pun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, maka orang tidak pernah tanya apa agamamu.”

Saya curiga, jangan-jangan, orang-orang macam @leesubastian_24 adalah orang yang akan menanyakan agama orang lain ketika orang itu bersikap dan melakukan sesuatu yang baik kepada masyarakat. Dalam pikirannya, kebaikan hanya dimiliki oleh mereka yang beragama.

BACA JUGA Dalam Politik, Konsep Relawan Paslon Adalah Hal yang Paling Menjengkelkan dan tulisan Raihan Rizkuloh Gantiar Putra lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 16 Desember 2020 oleh

Tags: agamaMedia Sosial
Raihan Rizkuloh Gantiar Putra

Raihan Rizkuloh Gantiar Putra

Duh, lieur kieu euy.

ArtikelTerkait

facebook media sosial kenangan nostalgia fitur mojok

Memangnya Kenapa kalau Nggak Main Media Sosial?

13 Desember 2020
Strategi Promosi Film 'Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas' Memang Sempat Menipu sal priadi pemeran ajo kawir marthino lio ladya cheryl eka kurniawan mojok.co

Strategi Promosi Film ‘Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas’ Memang Sempat Menipu

7 November 2020
Belakangan Ini Semua Media Sosial Terasa Toksik Kecuali Quora terminal mojok.co

Tidak Ada Paksaan Untuk Saling Follow di Media Sosial

21 Juni 2019
merdesa

Merdesa, Indonesia

6 Agustus 2019
Pengalaman Saya Pakai Jilbab Lebar: Dianggap Sok Suci sampai Paling Tahu Agama

Pengalaman Saya Pakai Jilbab Lebar: Dianggap Sok Suci Sampai Paling Tahu Agama

16 April 2020
Ragam Celoteh ala Kaskuser yang Terus Saya Amalkan media sosial kaskus forum terbesar di indonesia nostalgia kenangan emoticon thread agan jual beli mojok

Ragam Celoteh ala Kaskuser yang Terus Saya Amalkan

7 Mei 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.