Entah kenapa, beberapa tahun belakangan saya sering banget nemuin siswa sekolah, baik negeri maupun swasta, yang makek jas almamater sekolahnya. Bahkan adik saya yang saat ini duduk di bangku SMP juga makek jas yang serupa.
Sebenarnya buat apa sih siswa sekolah itu dibikinin jas segala? Kan sudah ada seragam. Kenapa dilapisin jas lagi? Ribet banget dah sekolah hari ini.
Padahal saya dulu waktu sekolah tahun 2017-an ke belakang, nggak pernah tuh makek jas segala. Mentok saya menempuh pendidikan makek jas itu ketika kuliah. Sedangkan sekolah ya makek seragam sekolah biasa, putih biru, putih abu-abu, batik, kotak-kotak, dan lain sebagainya.
Sampai saat ini saya masih nggak habis pikir, buat apa coba seorang siswa disuruh makek jas segala. Kalau di kampus kan wajar ya, soalnya di kampus tuh nggak ada seragamnya selain jas almamater kampus itu. Jadi kalau ada acara tertentu yang memaksa berseragam ya mahasiswa makek jas itu. Lah, kalau siswa? Jasnya buat apa? Buat seragam? Lah putih abu-abu, putih biru bahkan putih merah itu apa kalau bukan seragam?
Niru kampus biar terkesan elite
Saya pikir sekolah-sekolah hari ini yang banyak menerapkan penggunaan jas pada siswanya itu hanya sekadar nurutin gengsi doang. Dengan kata lain, mereka mau meniru model kampus dengan cara yang goblok. Biar terkesan elite, biar terkesan waw di mata publik, biar terkesan elegan di mata wali murid, akhirnya sekolah-sekolah menerapkan penggunaan jas sekolah pada siswanya.
Jas sendiri emang asal muasalnya hanya digunakan kalangan ningrat pada kisaran abad 16 atau 17 oleh para bangsawan di Eropa. Bahkan pada 1600-an, oleh Raja Charles II dari Inggris, jas dikenakan untuk kegiatan kebangsawanan. Jadi, sejak sejarahnya, jas sudah sangat elitis. Begitupun dengan saat ini jas digunakan mahasiswa juga menarasikan wacana elitis. Dan, kemudian ditiru oleh sekolah untuk sama-sama menarasikan elitis pada sekolah tersebut.
Ibarat kata mirip dengan wisuda di jenjang sekolah. Wisuda kan asal muasalnya dari jenjang perguruan tinggi pada abad 12 di Eropa. Kemudian ritual akademik ini diterapkan di berbagai kampus di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tapi anehnya, pendidikan jenjang SMA ke bawah di Indonesia ndilalah juga ikut-ikutan melakukan prosesi wisuda yang akar luhurnya di jenjang perguruan tinggi.
Begitupun jas almamater, khususnya dalam konteks Indonesia, yang awalnya dipopulerkan oleh perguruan tinggi. Namun, tanpa akar sejarah yang jelas, sekolah pun ikut meniru penggunaan jas almamater bagi para siswanya. Jangan-jangan kedepan, lama-lama seorang siswa nggak lagi menempuh dan mengerjakan ujian, atau penilaian karakter, tapi mereka disuruh buat skripsi demi kelulusannya.
Baca halaman selanjutnya