Liga sepak bola Eropa paling kompetitif adalah Liga Inggris, sebab itulah liga ini menjadi liga paling menarik untuk diikuti. Tak salah memang anggapan demikian, buktinya bisa dilihat dari hak siar liga ini yang biayanya tidak semurah liga-liga Eropa lainnya. Dan semakin menarik ketika tahun lalu dua kompetisi elite tim-tim Eropa seperti UCL dan UEL di partai puncaknya mempertemukan masing-masing tim dari Liga Inggris, sebut saja di UCL Liverpool beradu kekuatan melawan Totenham dan di UEL Arsenal berhadapan dengan tim kota London lainnya yakni Chelsea.
Nah, tim terakhir yang kita sebut tadi pada musim kompetisi tahun ini akan dilatih oleh salah satu legenda sepak bolanya. Setelah ditinggalkan oleh Maurizio Sarri, kursi kepelatihan Chelsea kemudian diambil alih oleh Frank Lampard.
Ini menarik, di jagad sepak bola Eropa siapa yang tidak kenal dia—Frank Lampard. Gelandang flamboyan Timnas Inggris ini punya reputasi yang sangat baik kala masih merumput di lapangan hijau. Karirnya cemerlang sewaktu masih jadi pemain sepak bola profesional, menarik dan layak ditungguh adalah kiprahnya sebagai seorang pelatih.
Setidaknya ada tiga hal yang membuat reoni Frank Lampard dengan Chelsea ini menarik.
From Zero to Hero atau malah sebaliknya
Karir kepelatihan Frank Lampard bisa dibilang masih seumur jagung, dia baru melatih satu tim dan itupun tim kecil dari liga kelas dua Liga Inggris yakni Championship. Lampard ditunjuk menjadi pelatih Derby County pada bulan Mei tahun lalu. Prestasi terbesarnya adalah membawa Derby County nyaris naik kelas dan masuk kerasnya Premier League. Namun sayang sekali tim Lampard gagal di babak playoff melawan Leeds United.
Hal inilah yang patut ditungguh para penggemar sepak bola Inggris bertanya-tanya, bisakah Frank Lampard jadi from zero to hero atau malah sebaliknya. Melatih tim kecil dengan tim sebesar Chelsea tentu sangat jauh berbeda, senioritas dan ego para pemain bintang jika tidak mampu ditangani dengan baik bisa jadi masalah dan akan membuka jalan lebar untuk dia keluar dari Chelsea secepat mungkin.
Reputasi Chelsea sebagai tim yang sering gonta-ganti pelatih
Jika dirunut sepuluh tahun terakhir, Chelsea sudah ditukangi oleh sembilan pelatih kepala berbeda, berikut ini daftarnya :
- Carlo Ancelotti 2009-2011
- Andre Villas-Boas 2011-2012
- Roberto Di Matteo 2012
- Rafael Benitez 2012-2013
- Jose Mourinho 2013-2015
- Guus Hiddink 2015-2016
- Antonio Conte 2016-2018
- Maurizio Sarri 2018-2019
- Frank Lampard 2019-20..
Pelatih dengan mental cemen tentu saja akan gentar jika ditawari pekerjaan Roman Abramovic—taipan minyak Rusia sang pemilik Chelsea jika melihat reputasi klub biru London ini yang gemar sekali memecat pelatih barunya yang dianggap gagal . Bagaimana tidak, perjudiannya tentu saja besar—jika gagal, karir sebagai pelatih akan tercoreng karena dalam portofolionya tercatat pernah dipecat sebagai pelatih. Ingat Andre Villas Boas, pelatih sukses Porto yang pada tahun 2011 menukangi Chelsea kini namanya meredup setelah dipecat bos besar Chelsea.
Tidak begitu dengan Frank Lampard yang notabene baru meniti karir sebagai juru taktik di sepak bola, dia agaknya sangat percaya diri. Kontraknya dengan Derby County sejatinya masih dua tahun lagi, dia masih ada cukup waktu untuk membuktikan bahwa dia adalah juru taktik yang handal. Namun Frank Lampard berpikir lain, mungkin keterikatan emosionalnya bersama Chelsea dan harapan kuat bisa membawa klub yang dicintainya ini berjaya kembali seperti saat dia masih berseragam sebagai pemain dengan nomor punggung delapan.
Datang di saat yang kurang tepat
Menyandang predikat sebagai legenda, mantan kapten tim dan juga top skor sepanjang masa Chelsea bukan jaminan Frank Lampard akan aman dari ancaman pemecatan. Sudah disinggung di atas bagaimana Chelsea, pemilik serta suporternya berlaku sangat sangat pragmatis dalam dunia sepak bola. Bayang-bayang akan dipecatnya Lampard sudah tergambar jelas di sebagian kalangan dan supoter Chelsea. Wajar dan itu memang sangat beralasan.
Frank Lampard datang pada saat yang tidak ideal. Pertama—Chelsea sedang dalam masa hukuman larangan transfer pemain, sehingga dia hanya bisa memanfaatkan skuad yang ada saat ini. Situasi yang sangat tidak menguntungkan untuk seorang pelatih, siapa pun itu. Yang kedua—Chelsea baru saja ditinggal pemain terbaiknya yakni Eden Hazard. Tidak ada yang menyangkalnya bahwa selama lima tahun terakhir ini kekuatan utama Chelsea ada padanya. Pemain berkebangsaan Belgia yang kini bermain untuk raksasa Spanyol—Real Madrid.
Semoga saja Chelsea, pemilik serta suporternya kali ini sedikit bisa bersabar. Contohlah para Liverpooldian yang bisa bersabar hampir tiga puluh tahun lamanya menunggu. Dengan kondisi yang serba tidak pas seperti itu, kasih kesempatan yang lebih besar, panjang dan lama pada mantan pemain, mantan kapten, legenda dan top skor sepanjang masa kalian, Frank James Lampard.