Bicara idola dan fans adalah bicara simbiosis mutualisme. Sama-sama saling menguntungkan. Tidak ada yang namanya idola tanpa adanya fans dan tidak ada fans tanpa hadirnya idola. Sebagai manusia biasa yang hidup di tengah-tengah makhluk yang juga sesama manusia, mempunyai idola menjadi hal yang sah-sah saja.
Mendaku diri fans atas atlet A, penyanyi B, band C dan Presiden D sejauh yang bisa dicerna nalar manusia pada umumnya, tidak ada yang salah dari hal tersebut. Fans ada untuk membuat idola itu ada. Idola tidak akan pernah ada tanpa adanya fans. Hukum sederhana itulah yang pastinya disadari oleh mereka-mereka yang sudah punya nama besar dan sering didaku menjadi idola banyak orang.
Menjadi fans dan idola tentunya punya tugas yang seperti saya bilang di awal, saling menguntungkan satu sama lain. Sang idola punya orang-orang yang mengidolakannya dan sang fans punya orang yang bisa dijadikan idola, panutan, hingga inspirasi. Itu adalah simbiosis ideal antara fans dan idola. Walaupun saya tidak menutup mata terhadap fans ultrafanatik yang bukannya baik tetapi malah justru membahayakan sang idola. Dan juga perilaku sang idola yang tidak semuanya bisa dijadikan panutan hingga inspirasi. Tapi tetap saja, fans dan idola adalah paket yang tak bisa dipisahkan sampai kapan pun.
Saya sendiri juga sering menyematkan kata fans sebelum nama Valentino Rossi semenjak saya melihat ia mengalahkan Sete Gibernau. Menyematkan kata fans sebelum nama Avenged Sevenfold semenjak mendengar lagu Warmness on the Soul. Hingga menyematkan kata fans sebelum nama Joko Pinurbo semenjak membaca puisi kamus kecil.
Saya juga menyebut diri saya fans Fiersa Besari walau lagu-lagunya tidak ada yang sinkron di telinga saya. Semenjak membaca buku Garis Waktu, saya ngaku fansnya Bung. Sebagai orang yang juga menyematkan kata fans di nama penulis, pembalap, dan band yang saya suka, saya akui itu bukanlah hal yang memalukan. Fans ya fans, itu hak kita. Selagi itu dalam kondisi yang wajar, tidak ada masalah. Sebagai seorang fans, saya juga melakukan ritual yang umumnya dilakukan seorang fans ketika bertemu idolanya. Betul, minta foto bareng. Dan sejauh ini saya telah berhasil berswafoto bersama Fiersa Besari dan Sapardi Djoko Damono.
Momen foto bersama Fiersa Besari memang membuat jantung saya deg-degan minta ampun. Saya merasa bego campur goblok ketika berdiri dengan orang yang buku-bukunya hampir semua saya punya. Tapi setelahnya tentu kalian tahu, saya bahagia. Itu pengalaman kedua saya. Pengalaman pertama saya foto bareng dengan idola adalah bersama Sapardi Djoko Damono. Walau tidak dengan Jokpin, Pak Sapardi juga menjadi idola saya jauh sebelum saya mengidolakan Jokpin. Momen itu juga sangat canggung, saya terlihat seperti orang aneh yang mondar-mandir di sekitar beliau untuk minta foto. Dan akhirnya lagi-lagi saya bahagia, foto sama Sapardi cuy!
Momen foto bareng idola memang menjadi ritual wajib ketika seorang fans bertemu dengan idola secara langsung. Kalau bisa dibilang, kurang afdal jika ketemu idola tapi tidak foto bareng. Tapi di balik itu semua, di balik kebahagiaan seorang fans foto bareng idolanya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa ada saja orang-orang yang suka nyinyir mempertanyakan apa esensi dari foto bareng idola itu? Dan orang-orang yang suka nyinyir itu bilang, “Jadi fans kok, norak. Ngemis-ngemis minta foto, duh alay.”
Padahal ya, mau dibilang norak atau kampungan, fans itu punya hak foto bareng idolanya. Nggak perlu bilang norak kalau sebenarnya kamu hanya iri. Ingat, tidak ada yang namanya idola tanpa adanya fans. Kalau cuma minta foto bareng, ya itu wajar, nggak norak, tuh.
Dikatakan tidak wajar jika sampai minta pesugihan, minta surat tanah, hingga minta harta warisan. Nah itu baru norak dan kampungan. Jadi saran saya kalau ketemu idola kalian, silakan saja minta foto bareng. Tapi ingat, sewajarnya. Setidaknya satu sampai dua jepretan, okelah. Selagi idola yang kalian mintai foto bareng oke-oke saja, tidak masalah. Bodo amat soal mereka yang suka nyinyir norak dan kampungan melihat kalian foto bareng idola. Sebarkan saja foto-foto kalian dengan gamblang.
Foto bareng idola itu memang keren, Bos! Bodo amat soal norak, yang penting foto bareng idola~
BACA JUGA Manfaat Foto Bareng Pejabat atau tulisan M. Farid Hermawan lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.