Membahas tentang apa yang ada di suatu daerah memang tidak akan ada habisnya. Kita tentu sudah sama-sama tahu bahwa setiap daerah punya ciri khasnya masing-masing. Mulai dari adat, budaya, makanan, pakaian, sampai pada istilah atau ungkapan yang begitu lekat dengan kehidupan masyarakat setempat. Istilah itu sendiri bisa berkaitan dengan hal apa saja, termasuk salah satunya dalam hal percintaan. Khusus untuk Toraja, ada istilah lendu’na Salubarani, tawana mo tau to, yang cukup populer.
Sebentar, teman-teman tahu Toraja, kan? Yup, betul sekali. Toraja adalah salah satu daerah (dan suku) di Sulawesi Selatan yang terkenal dengan pemandangan alamnya yang indah dan upacara pemakamannya yang unik: rambu solo’. Toraja itu sendiri terdiri dari dua kabupaten, Kabupaten Tana Toraja (dengan Makale sebagai ibu kota kabupaten) dan Kabupaten Toraja Utara (dengan Rantepao sebagai ibukota kabupaten). Jadi, kalau lagi berlibur ke Toraja lalu mau mengunggah foto selama liburan, caption-nya jangan pakai Rantepao–Tana Toraja. Ingat, Rantepao dan Tana Toraja itu sudah berpisah, meski sama-sama masih jadi bagian dari Toraja.
Nah, seperti yang saya tuliskan di atas, di Toraja itu ada satu istilah atau ungkapan yang begitu lekat dengan kehidupan masyarakat, utamanya anak muda yakni, lendu’na Salubarani, tawana mo tau to. Istilah atau ungkapan yang punya peran penting dalam hubungan percintaan anak muda Toraja.
Memang apa, sih, artinya?
- Lendu’na berasal dari kata Lendu’ yang berarti lewat.
- Salubarani adalah nama desa yang menjadi pembatas antara kabupaten Enrekang (sebagai kabupaten terdekat) dengan kabupaten Tana Toraja.
- Tawana dari kata tawa yang berarti milik atau punya (na=nya. Tawana=miliknya/punyanya).
- Tau berarti orang.
Jadi, secara harfiah, lendu’na Salubarani, tawana mo tau to artinya:(kalau) sudah lewat dari Salubarani, maka (pacar) sudah jadi miliknya orang lain. Awww!
Meski istilah atau ungkapan ini bersifat candaan semata, tapi jika ditelusuri lebih dalam, istilah ini jelas menggambarkan bagaimana beratnya tantangan pacaran LDR.
Pacaran LDR itu pada umumnya, bisa karena dua sebab: urusan pendidikan dan pekerjaan. Keduanya jelas hal yang penting. Makanya banyak pasangan yang harus siap LDR demi memperjuangkan cita-cita, dan bagi sebagian (atau malah kebanyakan) orang, menjalani LDR tentu sangat tidak mudah.
Perasaan jadi gampang gelisah dan galau. Apalagi pas di awal-awal, duh, rasanya campur aduk. Uniknya, dalam situasi seperti itu kadang ada orang yang kalau melihat temannya lagi bersusah hati, bakat jahilnya malah muncul begitu saja. Nah, istilah tersebut bisa dibilang termasuk salah satu bentuk kejahilan teman. Teman yang LDR kok malah diledekin, ditakut-takutin: “Kalau sudah lewat Salubarani, maka sudah jadi miliknya orang lain,” atau “Ngapain pacaran LDR? Toh nanti akan ditikung juga.”
Wah, nggak bener ini, kan nggak semua LDR itu berakhir ngenes. Toh, yang lanjut sampai ke pernikahan dan beranak cucu pun ada.
Istilah tersebut bahkan bisa jadi semakin sering diucapkan ketika ternyata orang yang lagi LDR beneran putus. Huhuhu. “Kukua sia mo, lendu’na Salubarani, tawana mo tau to.” Yang artinya, “Sudah saya bilang, kalau (pacar) lewat dari Salubarani, maka sudah jadi miliknya orang lain.”
Jika dilihat dari sisi positifnya, adanya istilah tersebut justru bisa jadi motivasi. Ayo tunjukkan bahwa mau sampai di mana pun, kamu yang pergi merantau akan tetap setia dan kamu yang ditinggal merantau juga akan tetap setia. Hidup setia! Ngomong sih gampang yah, jalaninnya yang bikin sempoyongan. Tapi, yang namanya sudah jodoh, mau sejauh apa pun jarak yang memisahkan, pasti akan bersatu juga. Iya, kan? Begitupun sebaliknya, biarpun nggak LDR, kalau nggak jodoh, ya putus juga akhirnya.
Saya sendiri pun pernah pacaran LDR dan berakhir gagal. Bukan karena salah satu dari kami selingkuh, tapi karena tidak dapat restu. Meski demikian, ketika ketemu dengan teman-teman yang berasal dari Toraja dan tahu perjalanan cinta saya, mereka pasti akan tetap ngeledekin pakai istilah di atas. Duh, maksa banget, tapi nggak apa-apa, anggap saja pengin menghibur tapi nggak punya bahan.
Biar terbebas dari “kutukan” istilah di atas, ada sih solusinya. Pacarnya yang merantau, jangan disuruh lewat Salubarani. Loh, tapi kan nanti mutarnya jauh? Ya, nggak apa-apa, namanya juga cinta. Butuh pengorbanan. Anggap saja perjalanan jauhnya sebagai pengorbanan. Hahaha.
BACA JUGA Pengalaman LDR 5 Tahun Bikin Saya Percaya LDR Bisa Menyenangkan atau tulisan Utamy Ningsih lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.