Sebelum film Gundala karya sutradara Joko Anwar ini tayang, ada tulisan yang dimuat di Terminal Mojok tentang film ini. Tulisannya tentang curhatan penulis yang tidak mau nonton trailer film Gundala. Alasannya karena takut kecewa dengan kualitas filmnya. Takut tidak sebagus trailernya.
Membaca tulisan tersebut, sebenarnya saya cukup sependapat. Terkadang, trailer dari sebuah film memang lebih bagus ketimbang film aslinya saat nonton di bioskop. Sebenarnya hal tersebut bisa dimaklumi. Trailer itu sebagai salahsatu cara untuk menarik penonton. Makanya harus dibuat se-catchy mungkin. Biar orang jadi excited dan ingin nonton.
Film Partikelir (disutradarai Pandji Pragiwaksono)—menurut saya—adalah film yang cukup “menipu”. Saat menonton trailernya, saya merasa kalau film ini akan sangat lucu. Karena jualan film ini memang unsur komedinya. Dan juga action tentu saja. Ditambah sutradara film ini adalah seorang stand up komedian yang punya nama besar. Tapi sayang sekali, saat menonton filmnya, ternyata tidak se-lucu trailernya. Bisa dimaklumi, ini film pertama mas Pandji.
Itu film dari Indonesia. Film luar juga banyak yang trailernya tidak sesuai dengan film aslinya. Yang setelah nonton kita bakal bilang “mending sa tunggu ada bajakannya”. Misalnya film Mile 22 yang dibintangi oleh salah seorang aktor kenamaan Indonesia—Iko Uwais. Trailer dari film ini cukup bagus. Membuat saya ingin nonton. Apalagi ada Iko Uwais yang main. Marketing yang sangat bagus untuk menarik penonton dari Indonesia. Tapi sayang sekali, film ini hampir buat saya tertidur di bioskop—membosankan.
Walaupun demikian, saya tetap lebih memilih menonton trailernya terlebih dahulu sebelum ke bisokop. Fakta kalau terkadang trailer itu lebih bagus ketimbang film aslinya, tidak membuat saya enggan menonton trailernya. Rasa penasaran susah dibendung.
Selain film yang trailernya lebih bagus ketimbang saat kita nonton di bioskop, film yang kualitasnya sebanding—bahkan lebih—dari trailernya juga banyak. Sebut saja film Avengers, Parasite, The Raid, dan masih banyak lagi. Dan untuk yang satu ini, saya rasa Gundala patut masuk dalam daftar.
Saya sudah menonton film ini sehari setelah penayangan perdana. Sayang sekali, saat masuk bioskop, yang nonton ternyata sangat sedikit. Banyak kursi kosong. Kalau saya perkirakan, penontonnya bahkan tidak sampai 20 orang. Sangat jauh bila dibandingkan dengan—misalnya—film-film dari MCU.
Tapi yha, tentu saja bisa karena beberapa hal. Mungkin karena karena saya nonton bukan pada akhir pekan. Saya nontonnya hari Jumat sore. Mungkin juga karena tanggal di kalender yang sudah tua—honor belum turun. Entahlah.
Hype dari film ini saya rasa cukup besar. Apalagi ini adalah film pembuka dari Jagat Sinema Bumilangit. Atau BumiLangit Cinematic Universe (BCU). Ditambah karakter dalam film ini diperankan oleh aktor dan aktris ternama Indonesia. Sebut saja Abimana Aryasatya, Lukman Sardi, Cecep Arif Rahman, Tara Basro, dan masih banyak lagi. Para pemain yang kalian tidak akan sangka-sangka juga ada. Dengan peran yang tidak disangka-sangka pula. Silahkan ditonton filmnya.
Film Gundala adalah film yang jauh dari kata mengecewakan. Apalagi kalau hanya dibandingkan dengan trailernya sendiri. Tidak akan membuat kecewa walaupun sudah menonton trailernya. Bahkan—menurut saya—film ini sangat jauh melampaui ekspektasi penonton.
Saya tidak terlalu mengerti dengan pembuatan film—teknik pengambilan gambar dan sebagainya. Tapi rasanya tidak berlebihan untuk mengatakan kalau film ini tidak kalah dengan kualitas film-film hollywood. Dari segi cerita maupun teknik pengambilan gambar. Shot-shot kamera yang—lagi-lagi menurut saya—sangat epik.
CGI dari film ini juga tidak buruk. Walaupun saat nonton kita kebanyakan akan tau bagian mana saja yang diedit (semoga itu kata yang tepat) menggunakan CGI. Belum semulus hollywood, tapi tidak buruk. Setidaknya, kita tidak akan terganggu dengan efek-efek visualisasi ala sinetron. Cukup nyaman untuk dilihat.
Durasi sekitar dua jam dari film ini terasa sangat cepat. Hal itu dikarenakan cerita dari film ini memang tidak membosankan. Bisa diikuti dengan rasa excited yang tidak berhenti sejak babak awal dari film ini.
Banyak kejutan-kejutan yang dibuat oleh Joko Anwar dari film ini. Plot twist yang saya yakin penonton tidak akan menyangka akan seperti “ini dan itu” di dalam film. Emosi kita juga cukup dipermainkan saat menonton Gundala. Menonton film ini tidak akan membuat kita menyesal dan bilang “sia-sia sa kasi keluar uang untuk ini film”.
Saya hanya punya dua penilaian terhadap film—bagus atau jelek. Dan film ini saya rasa sangat bagus. Dari angka 1 sampai 10, layak mendapatkan nilai 9. Kualitas Joko Anwar sebagai sutradara tidak perlu diragukan lagi. Dia berhasil mengemas film Gundala dengan sangat baik. Film ini menjadi pembuka yang epik untuk Jagat Sinema BumiLangit. (*)
BACA JUGA Mengenal Bumilangit, Film yang Disebut-sebut Sebagai Kembarannya Avengers atau tulisan Muhammad Ikhdat Sakti Arief lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.