Beberapa waktu lalu, ibu saya yang tengah menonton televisi tiba-tiba berteriak. Ibu saya bilang, di televisi ada seorang emak fans fanatik setengah tua yang memukul-mukul televisinya sendiri saat menampilkan wajah Elsa, sosok antagonis di sinetron Ikatan Cinta.
Rupanya ibu saya itu sedang nonton acara Silet yang tengah menampilkan semacam kaleidoskop reaksi netizen terhadap Ikatan Cinta. Walah! Tapi, saya nggak mau bahas itu. Justru yang menarik perhatian saya adalah emak-emak yang sibuk ngemplangi Elsa lewat televisi. Itu saking gemesnya sama kecantikan, eh bukan, kejudesan Elsa.
Hal-hal semacam itu memang sering dilakukan penikmat sinetron terutama mereka yang sudah layak menyandang gelar fans fanatik. Sejauh yang saya tahu, penggemar sinetron apalagi yang fanatik adalah manusia paling barbar.
Contoh tadi mungkin hanya sebagian kecil. Kalian mungkin belum pernah lihat sisi yang lebih barbar. Kalau cuma mukulin televisi itu mah, barbar tingkat amatir.
Nah, saya sendiri sebenarnya penggemar sinetron, jadi sedikit banyak tahu perkembangan dunia persinetronan. Jujur, saya kalau disuruh milih nonton drakor atau sinetron, saya pilih sinetron. Produk negeri sendiri, Men! Kita harus junjung itu!
Makanya, saya juga gabung ke grup-grup penggemar sinetron. Dari grup itu saya jadi tahu betapa barbarnya penggemar fanatik sinetron.
Mereka nggak terima kalau sinetron pujaannya dihina, bahkan dikesampingkan oleh pihak televisinya sendiri. Kelakuan seperti ini mirip fans klub sepak bola lokal. Bedanya, kalau penggemar sinetron ini berkelanjutan sampai sinetronnya tamat dan ganti season.
Pernah sekali waktu, di grup yang saya ikuti, tersebar sebuah postingan yang isinya mencibir sinetron yang digandrungi oleh orang-orang di dalamnya. Tapi, bagi saya masih belum sefasih Ade Londok bilang “goblok”, belum parah deh cibirannya. Justru wajar kalau dapat kritik sedikit karena ceritanya memang itu-itu doang, nggak berkembang.
Saya akui, sebagai fans, saya juga kadang bosan dengan cerita yang kurang berkembang. Sinetron itu seharusnya jadi tempatnya orang-orang kreatif, tapi kadang produknya begitu-begitu saja. Makanya, postingan dengan nada lumayan mencibir tadi saya kira tidak parah. Namun, ternyata postingan itu berhasil memancing keributan di kolom komentar. Banyak yang menyerang balik si empunya postingan.
“Daripada sinetron lu banyak gimik!”, “Sinetron lu kayak tai!”, “Sinetron yang lu tonton lebih nggak mendidik. Anak SMP kok berani pacaran sama ciuman!”, “Iya nih! Saya yang kuliah aja belum pernah.” (eh lha kok curhat?)
Nyek-nyekan semacam ini sering terjadi antara satu penggemar dengan penggemar lainnya yang masih muda. Paling para penggemar yang usianya belum genap 30 tahun. Oleh karena sifat barbar itu pula, kadang, para fans fanatik sinetron nggak sadar telah mencaci pihak sinetronnya sendiri. Lho gimana to? Haaa yo ngunu kui kahanane.
Jadi ceritanya, hampir semua anggota grup murka ke pihak stasiun televisi. Sebab sinetron yang dikagumi selalu dikesampingkan. Jam tayangnya selalu dibikin paling belakang, kalah sama dua sinetron lain, dan satu sinetron yang ratingnya sedang bagus.
Gelombang protes itu pun konon sampai ke pihak televisi. Lha wong buktinya di-share ke grup bahwa jam tayang sinetron tersebut akan dipertimbangkan lagi untuk diajukan. Para anggota grup tentu senang setengah mati.
Usaha melayangkan protes secara berduyun-duyun ke pihak televisi boleh dibilang menemui titik terang. Saya kok jur mikir, kalau fans fanatik sinetron ini dibentuk jadi ormas, pasti dahsyat. Kekuatan ormas sinetron ini, saya yakin mampu menandingi popularitas PA 212.
Tapi, kembali lagi, yang saya ceritakan tadi baru yang ada di dunia siber. Saat fans fanatik ini bertemu artis sinetron, barbarnya semakin kelihatan. Cut Meyriska pernah lho jadi korban barbar penggemar sinetron yang notabene emak-emak.
Sosok pelakor di sinetron Catatan Hati Seorang Istri itu pernah ditarik rambutnya saat jalan-jalan di mal. Bukan cuma Cut Meyriska, Helsi Herlinda bahkan konon pernah dikepung sekitar 50 orang yang menggedor-gedor pintu mobilnya. Orang-orang itu katanya kesal atas peran Helsi sebagai tokoh antagonis di sebuah sinetron. Ajegile!
Fans fanatik sinetron pun sebenarnya punya level masing-masing. Tentu saja yang paling tinggi levelnya itu emak-emak. Pokoknya emak-emak itu level barbar paripurna. Kalau saya nggak sampai barbar gitu deh.
Saya kira suporter sepak bola pun nggak segitu barbarnya. Saya pernah sesekali nonton bola di stadion di Pekalongan. Suporter Persip Pekalongan itu juga kadang barbar, tapi nggak sebarbar penggemar sinetron.
Sedangkan fans fanatik sinetron justru bisa menargetkan pemain sinetronnya sendiri untuk diserang. Ini menurut saya malah aneh. Coba ngana pikir saja, wong dia itu penggemar kok malah melukai apa yang digemari.
Dan lucunya lagi, yang dilukai malah kadang senang karena si artis mengira bahwa dia sukses memerankan karakter. Apalagi karakter antagonis.
Photo by Harrison Haines via Pexels.com
BACA JUGA Alasan Kota Pekalongan Layak Jadi Kota Bisnis dan tulisan Muhammad Arsyad lainnya.