ADVERTISEMENT
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Ekonomi

Alasan Kota Pekalongan Layak Jadi Kota Bisnis

Muhammad Arsyad oleh Muhammad Arsyad
30 Desember 2020
A A
Panduan Membedakan Kota dan Kabupaten Pekalongan biar Nggak Salah Lagi! Terminal Mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Kemarin saya iseng mengetik keyword “kota bisnis di Indonesia” di mesin pencari nomor satu di dunia. Hasilnya, pada pencarian paling atas, muncul daftar rekomendasi kota-kota yang layak sebagai destinasi bisnis. Di antaranya Semarang, Bandung, Yogyakarta, Palembang, dan tentu saja Jakarta. Oleh karena nggak ada Kota Pekalongan di sana, saya pun mengubek-ubek website lain. Barangkali daftar tadi itu belum di-update. Sebab saya pikir, mana mungkin kota ini nggak masuk daftar.

Dan benar saja. Setelah saya mengelilingi dari satu portal ke portal lainnya, sama sekali nggak ada yang menyebut bahwa Pekalongan layak menjadi kota bisnis. Muntab saya, kok bisa-bisanya nggak ada satu pun media online yang menyebutkan kota ini cocok dan strategis buat bisnis.

Curiga saya, DNA Pekalongan sebagai kota bisnis tak bisa terbaca dengan baik. Ya mungkin karena bayangan orang-orang di luar sana, Pekalongan adalah kota kecil. Yang menjadi kekuatan Pekalongan mungkin cuma dilewati jalur Pantura, itu saja. Selebihnya kota ini memang nggak terkenal-terkenal amat, apalagi soal bisnis.

Padahal Pekalongan itu mau bagaimanapun memang patut diperhitungkan sebagai kota bisnis. Ditinjau dari berbagai sudut pun memang begitulah kenyataannya. Nilai-nilai bisnis sudah melekat kuat di masyakarat kota ini.

Sebagai putra daerah, dan sebagai orang yang selalu berprasangka baik kepada Walikota Pekalongan, saya rasa perlu untuk memberikan semacam alasan bahwa kota ini begitu cocok menjadi kota bisnis.

Banyaknya pelaku bisnis

Kita sudah sangat fasih menyebut Jakarta adalah kota bisnis dengan gedung-gedungnya yang tinggi-tinggi. Kita juga mengenal Jogja sebagai kota yang banyak sekali pedagang dan pengusaha. Walaupun mungkin kita cuma mengukurnya dari apa yang kita lihat di Malioboro. Begitu pula dengan kota-kota bisnis.

Asal kalian tahu saja, di Pekalongan kalau mau cari pelaku bisnis banyak banget. Bahkan tanpa perlu keluar rumah, cukup dengan membuka linimasa Facebook kalian bisa menemukannya. Lha gimana coba itu?

Saking banyaknya, pelaku bisnis di kota kelahiran saya ini telah sampai ke taraf untuk mudah ditemukan. Di Pekalongan, kalau ada satu bisnis mati, tumbuh ratusan bahkan ribuan pebisnis lainnya. Pebisnis di kota ini bakal beregenerasi.

Kalian mau cari PT atau CV di Kota Pekalongan? Beuh… Banyak banget, bahkan perusahaan yang nggak punya kantor pun bisa kalian temukan.

Dalam sebuah obrolan, saya pernah mendengar bahwa ada orang yang memegang lebih dari satu PT. Dan itu nggak ada kantornya semua. Hebat to?

Tak cukup di situ, pelaku-pelaku bisnis juga sampai ke sudut-sudut terkecil di kota ini. Satu kampung saja misalnya, belasan toko kelontong dan warung berderet. Hebatnya, CEO masing-masing kelontong atau warung tersebut punya semacam strategi jualannya sendiri.

Jika kriteria kota bisnis itu harus banyak pelaku bisnisnya, jelas Kota Pekalongan sangatlah layak mendapat anugerah tersebut. Kalau soal banyak saingan, itu bisa diurus belakangan. Toh, kota-kota bisnis lain juga gitu.

Obrolannya selalu bisnis

Barangkali satu-satunya hal yang sangat sulit dihindari saat ngobrol bareng orang-orang Kota Pekalongan adalah bisnis. Segala sesuatu yang menyangkut bisnis selalu menjadi obrolan di tiap-tiap tongkrongan. Coba saja kalau kalau kalian mau membuktikan, datang ke sebuah kafe di Kota Pekalongan.

Nggak usah ikut nimbrung. Cukup duduk manis pesen es teh—kalau nggak mampu beli latte, dan silakan menguping. Pasti kalian akan mendengarkan sekelompok orang tengah ngobrolin bisnis.

Saya yang warga asli sudah sangat sering mengalaminya. Bahkan masuk ke dalam sirkel obrolan tersebut. Entah kenapa, saat memulai obrolan selalu ada yang nyeletuk gini “Ejiannn… Saiki sibuk duite akeh kie ooo…” (Gilaaa… Sekarang sibuk nih ya, uangnya banyak ya…).

Atau ada pula yang langsung to the point nyamber dengan pernyataan “aku rampung garap proyek nganu” atau malah pertanyaan “ono proyek (kerjaan) opo ke bos?” Setelah itu, obrolan yang sebenarnya dari awal nggak membahas bisnis bisa mendadak ngomongin proyek.

Itu bukti bahwa hal-hal yang menyangkut dunia usaha sudah masuk ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat Kota Pekalongan. Tentu saja hal ini membahagiakan, sebab Kota Pekalongan pada akhirnya bisa masuk ke dalam bursa kota bisnis.

Saya yakin sekali, investor akan dengan mudah menjalin kerjasama dengan pengusaha-pengusaha di Kota Batik. Semua pengusaha, termasuk boleh jadi pengusaha yang sambil kerja freelance di kantor pemerintah daerah. Nggak perlu khawatir, ini justru berpeluang membuka lapangan pekerjaan.

Penak to? Kalian-kalian yang baru lulus kemarin-kemarin itu nggak mau kerja apa? 

Orangnya pandai menjual barang

Kira-kira apa yang membuat Kota Pekalongan terkenal dengan sebutan Kota Batik? Sampai-sampai Google pun mengamini itu? Sedangkan batik bukanlah barang eksklusif kota ini. Soalnya Jogja dan Solo juga punya batik, terkenal pula.

Inilah bukti kecerdasan intelektual masyarakat Kota Pekalongan dalam urusan bisnis. Sehingga mampu menguasai pasar batik di Indonesia. Apabila kalian ragu, boleh cek di beberapa kota. Kemungkinan besar pedagang batik di kota-kota tersebut adalah orang Pekalongan. Jika bukan, berarti kulakan batiknya yang dari Kota Pekalongan.

Masyarakat Kota Pekalongan sangat piawai menjual batik. Mulai dari harga yang sukar dinalar orang kaya, sampai harga yang sulit dipercaya orang melarat sekalipun. Jadi jangan main-main sama orang Pekalongan.

Kalau kalian pikir sudah menjual batik dengan harga yang murah, sangat murah, dan yakin bakal laku, orang-orang di tempat saya bisa menaruh harga lebih murah daripada itu. Pun sebaliknya, tapi apa ada yang berlomba-lomba mahalin harga?

Tentu batik hanyalah contoh kecil kehebatan orang Pekalongan dalam dunia bisnis. Masih banyak lagi, dan karena sangat berjebah maka nanti bakal kepanjangan kalau saya ceritain semuanya.

Alasan-alasan tadi saya rasa sangat cukup untuk menyebut Kota Pekalongan adalah kota bisnis. Kalau ini sampai diakui oleh seluruh masyarakat Indonesia, begitu bangganya saya. Maklum selama ini, secara otoritatif yang mengakui Kota Pekalongan adalah kota bisnis cuma pemerintah daerahnya saja, je. 

Sumber Gambar: javatravel.net

BACA JUGA Panduan Membedakan Kota dan Kabupaten Pekalongan biar Nggak Salah Lagi! dan tulisan Muhammad Arsyad lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 29 Agustus 2021 oleh

Tags: batikBisnisJakartaJogjapekalonganSurabaya
Muhammad Arsyad

Muhammad Arsyad

Mahasiswa di IAIN Pekalongan.

ArtikelTerkait

Pelayanan Adminduk Surabaya Pantas Diacungi Jempol, dan Bikin Daerah Lain Makin Iri dengan Surabaya jogja kuliah di Jogja

Pelayanan Adminduk Surabaya Pantas Diacungi Jempol, dan Bikin Daerah Lain Makin Iri dengan Surabaya

28 Januari 2024
Jalan TB Simatupang Layak Mendapat Predikat Jalan Paling Memuakkan di Jakarta

Jalan TB Simatupang Layak Mendapat Predikat Jalan Paling Memuakkan di Jakarta

18 Oktober 2023
Jika Warga Jogja Antikritik, Siapa yang Senang?

Jika Warga Jogja Antikritik, Siapa yang Senang?

12 Mei 2022
5 Kampung Bersejarah di Surabaya yang Layak Dikunjungi Terminal Mojok.co

5 Kampung Bersejarah di Surabaya yang Layak Dikunjungi

13 Maret 2022
Jalan Pandega Marta Jogja Pembelah Labirin “Kasultanan Pogung”. Kawasan Mewah, Sayang Jalannya Memprihatinkan Mojok.co

Jalan Pandega Marta Jogja Pembelah Labirin “Kasultanan Pogung”. Kawasan Mewah, Sayang Jalannya Memprihatinkan

9 Mei 2024
3 Kuliner Malang yang Gagal Total dan Tidak Laku di Jogja

3 Kuliner Malang yang Gagal Total dan Tidak Laku di Jogja

23 Juli 2024
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
jadi presiden selama sehari lambang negara jokowi nasionalisme karya anak bangsa jabatan presiden tiga periode sepak bola indonesia piala menpora 2021 iwan bule indonesia jokowi megawati ahok jadi presiden mojok

Iwan Bule, Ketua PSSI Terbaik Sepanjang Masa

Starterpack Muda-mudi Bantul di Malam Tahun Baru terminal mojok.co gondes mendes

Starterpack Muda-mudi Bantul di Malam Tahun Baru

Buat yang Abis Isi Bensin, Tolong dong Maju Dulu Baru Tutup Jok Motor Terminal Mojok

Buat yang Abis Isi Bensin, Tolong dong Maju Dulu Baru Tutup Jok Motor

Terpopuler Sepekan

4 Alasan Saya Lebih Nyaman Beli Kondom di Apotek, Salah Satunya Bisa Sambil Konsultasi

4 Alasan Saya Lebih Nyaman Beli Kondom di Apotek, Salah Satunya Bisa Sambil Konsultasi

9 Mei 2025
Menyiksa Suzuki Shogun Setiap Hari di Jalan Parangtritis Jogja (Unsplash)

Derita Tinggal di Dekat Jalan Parangtritis Jogja, Memaksa Saya Harus Menyiksa Suzuki Shogun Setiap Hari

10 Mei 2025
Sudah Saatnya Warga Jogja Menggunakan Fitur Klakson Saat Berkendara, Sebab Jalanan Jogja Sudah Mulai Berbahaya jogja istimewa purwokerto

Saya Baru Bisa Mensyukuri Purwokerto Setelah Merantau ke Jogja, Kota Istimewa yang Malah Bikin Saya Gundah Gulana

12 Mei 2025
Pengalaman Saya sebagai Mahasiswa Muslim yang Kuliah di Universitas Swasta Kristen, Banyak Sekali Cobaannya Mojok.co

Cobaan Berat Kuliah di Universitas Kristen bagi Saya Mahasiswa Muslim dan yang Paling Berat Adalah Jatuh Cinta

8 Mei 2025
Surat Terbuka untuk Deputi Pendidikan KPK: Jangan Tuduh Guru Menerima Gratifikasi Seenak Jidat!

Surat Terbuka untuk Deputi Pendidikan KPK: Jangan Tuduh Guru Menerima Gratifikasi Seenak Jidat!

11 Mei 2025
Es Teh Jumbo Tidak Bakal Laku di Solo, kalah Melawan Teh Lokal (Unsplash)

Bisnis Es Teh Jumbo Belum Mati dan Justru Akan Segera Bangkit Lagi Gara-gara Cuaca yang Makin Tidak Masuk Akal

10 Mei 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=_ns1MCy_8lA

DARI MOJOK

  • Cuti Bersama Melahirkan Kesenjangan di Dunia Kerja: Tidak Bisa Dinikmati oleh Semua Pekerja dan Ada Saja Perusahaan yang Semaunya
  • Xpander vs Nissan Livina: Anak Kembar Beda Nasib karena Xpander Disayang dan Lebih Nyaman, Nissan Livina Hidup Merana
  • Cerita Jemu Memboyong Ibu Usia 102 Tahun untuk Dapat Layanan Pengobatan Gratis di Candi Borobudur
  • Persiapan Waisak 2025 di Candi Borobudur Sudah 80 Persen, Panitia Sediakan Layanan Kesehatan Gratis
  • Calon Orang Sukses di Jogja Biasanya Pernah Belajar di Sekolah Favorit
  • Program Barak Militer bagi Siswa Nakal: Penghinaan Akal Sehat dan Pengingkaran terhadap Esensi Pendidikan

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.