Bercerita tentang teh sebenarnya cukup menarik. Bermacam macam variasi teh yang diproduksi oleh produk ternama, mulai dari teh yang biasa, beraroma, hingga campur rasa buah. Itu semua adalah penemuan yang benar-benar bermakna. Meski di masa kini, kepopulerannya seakan tergilas oleh kopi, terutama di Jogja.
Sebenarnya dari dulu pun, minuman teh tidak sepopuler kopi. Tetapi, tetap saja menu teh tak bisa begitu saja dihilangkan. Mau sepopuler apa pun menu kopinya, menu teh tetap akan dihidangkan. Hal ini membuktikan bahwa meski digilas kepopuleran kopi, penikmat tetap ada dan berlipat ganda.
Ada satu franchise bernama Teh Cap Poci Es Teh (selanjutnya akan disebut Es Teh Poci) yang sudah ada semenjak saya kecil. Sekarang baru lulus kuliah, bisa ngebayangin lah umurnya berapa. Cuman detilnya tahun berapa, saya kurang tahu. Franchise ini menyediakan minuman teh yang memiliki variasi rasa yang dibilang cukup banyak. Dari yang mainstream seperti rasa lemon, anggur, apel hingga rasa yang mungkin nggak mainstream seperti durian, Milo, hingga matcha. Teh dicampur rasa teh, hmmm.
Saat saya masih bocil dan masih tinggal di Kalimantan, agak susah menemukan booth Es Teh Poci. Hanya ada di sekolah sekolah swasta ternama. Dan mudah ditebak, booth tersebut diserbu banyak bocil lainnya. Padahal ya nggak spesial banget kalau dipikir. Kita minum teh biasa, tapi ya tetep aja beda karena kemasannya menarik.
Desain gambar kemasan yang lucu membuat anak-anak senang membeli bahkan mungkin ada yang mengoleksi hahahaha. Seiring berkembangnya zaman, Es Teh Poci merambat ke pusat perbelanjaan seperti swalayan dan mall. Yang menurut saya merupakan strategi tepat untuk menarik peminat. Walaupun harganya murah, tapi tetap nggak murahan. Justru malah dapat memperoleh keuntungan banyak di situ.
Begini, harga minuman di mall kan kadang nggak ngotak. Dengan adanya opsi Es Teh Poci, pengunjung bisa tetap minum yang segar-segar, tapi nggak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Kecuali kalau mau masuk bioskop sih. Ya tolong banget masuk bioskop bawa makanan dari luar, paham aturan dikit napa. Ngirit boleh, malu-maluin ya sebisa mungkin jangan dong ya.
Di daerah saya tempati Condongcatur, dari pertama kali saya tempati, sekitar 2017, waktu itu belum ada booth Es Teh Poci di sekitar itu. Seperti yang saya lihat di Kalimantan, booth pertama di sekitar situ langsung ramai diserbu oleh masyarakat di sekitar, terutama mahasiswa. Seperti yang saya sebutkan di atas, dengan harga yang cukup di kantong kita udah bisa mencicipi varian rasa yang ditawarkan. Mungkin melihat kesempatan itu, tentu saja pelaku bisnis tergiur dengan bisnis Es Teh Poci tersebut. Benar saja sekarang ini booth Teh Poci terutama di daerah sekitar pasar Condongcatur sudah menjamur.
Sekarang, coba kalian googling franchise ini. Informasi tentang franchise ini begitu banyak. Sepertinya, kalau kalian punya waktu senggang dan jiwa wirausaha yang tinggi, bisa deh nyoba bisnis ini. Apalagi jika kalian nggak punya pesaing, peluang bagus tuh. Kalau emang nggak punya potensi, saya yakin nggak mungkin franchise ini tersebar di mana-mana.
Siapa tahu dagangan situ dibeli Sisca Kohl. Bisa kaya mendadak ente.
Menurut saya dengan adanya franchise Es Teh Poci ini membuat nama teh kemasan menjadi tidak tenggelam oleh kopi. Dengan varian rasa yang ditawarkan dan harga yang cocok di kantong mahasiswa, pun booth yang telah menjamur, membuat Teh Poci ini menjadi idola di segala lapisan masyarakat dengan kesegarannya.
Sumber gambar: Akun Instagram Teh Cap Poci