Semalam saya nonton Timnas Indonesia di salah satu kafe di Jogja, dan saat itu saya tersadar satu hal: efek Timnas bagus itu nggak cuma ke politik, tapi juga ke bisnis.
Saya yakin, kafe-kafe yang buka nobar, mayoritas dagangannya ludes. Semalam saja, saya harus nunggu pesanan saya begitu lama karena kafe terpaksa restok barang saking banyaknya yang pesen. Itu padahal baru jam 7 lebih dikit. Jam 9 malam, esnya habis. Sebagai orang yang sering nongkrong di kafe dan tau sedikit seluk beluk bisnis kafe, mendengarnya saya sumringah.
Kafe itu bukan bisnis yang semenguntungkan itu. kalau tiap hari yang nongkrong 40 orang, itu baru keliatan lumayan. Aslinya ya belum tentu. Nggak jarang denger ada kafe yang sehari bahkan nggak ada 10 orang yang beli. Pedih memang. Keliatannya bisnis kafe itu bisnis yang fancy, padahal ya lebih banyak mengundang rugi.
Nggak kaget kalau ada selentingan kalau kafe adalah salah satu tempat cuci uang. Kalau ada kafe sepi, tapi nggak pernah tutup walau terlihat jelas rugi, ya mengundang curiga pasti.
Melihat efek Timnas Indonesia yang mengundang animo besar, dan berujung bikin ekonomi berputar, saya makin sumringah. Udah nggak perlu lagi kita debat naturalisasi atau tidak, selama efeknya positif hingga ke akar rumput, bodo amat sama omongan pundit wannabe di sana.
Efeknya menyentuh akar rumput
Jadwal Timnas Indonesia bertanding masih banyak, dan kebanyakan bermain di GBK. Sekarang bayangkan sengeri apa animo rakyat menyambut timnas. Kans Timnas lolos ke putaran selanjutnya masih begitu besar, harapan rakyat juga pasti ikutan besar.
Saya yakin, kafe mana pun akan rame di saat Timnas main. Siapa tahu penjualan sebulan bisa tertutupi hanya di satu malam, siapa tahu kan. Jadi kalau ada yang bilang Timnas bagus hanya berefek ke politik, saya kok kurang setuju.
Warkop-warkop dan kafe-kafe yang sepi, saya kira akan mengambil momentum ini. Dan selama tempatnya proper, pasti rame. Di masa daya beli menurun kayak gini, ya ini jujur saja hal yang bagus.
Bayangkan, negara ini sedang di masa yang tidak menyenangkan. Semua orang mudah marah, mudah terpancing. Ekonomi lesu. Tapi ada satu hal yang bikin mereka berkumpul di satu tempat, tak memikirkan perbedaan, duduk bersama, punya satu harapan yang sama. Hal ini tentu indah.
Sekalipun semalam kita kalah, tapi saya melihat semua orang berteriak kegirangan saat Haye mencetak gol. Satu gol, membuat semua orang melupakan hal-hal tak menyenangkan dalam hidupnya.
Timnas Indonesia bikin kita punya harapan
Saya tak pernah mau mendengar kritikan terhadap Timnas Indonesia atau kemajuan sepak bola kita. Saya membuang optimisme liga lokal akan membaik sejak tragedi sweeping plat beberapa waktu lalu. Bagi saya, Timnas Indonesia baik, sekalipun isinya naturalisasi, peduli setan. Instan atau tidak, saya nggak mau tahu. Setahu saya, Timnas membawa hal-hal baik yang sudah kita lupakan beberapa lama.
Saya melihat kafe di Jogja bisa sepenuh itu setelah sekian lama. Kita jadi makin melek masalah mafia sepak bola dan aib-aib sepak bola semenjak Timnas mencuat namanya. Tapi, yang begitu terlihat, adalah kita punya hari-hari yang kita tunggu. Ada alasan untuk melewati hari, ada alasan untuk menaruh harapan pada negara ini lagi. Hal-hal itu, bikin saya mengabaikan pandit wannabe dan orang-orang yang ingin nangkring di FYP.
Timnas Indonesia hanya berisi 23 orang. Tapi 23 orang ini, punya efek luar biasa hingga ke akar rumput. Setidaknya, kafe-kafe di Jogja yang berkawan sepi, akhirnya mendengar gemuruh dan luapan hati.
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Timnas Indonesia U-23 Bersama Shin Tae-yong Membuat Saya Merasakan Cinta Sekali Lagi