Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Efek Laten Aplikasi Whatsapp: Sedikit-Sedikit Dibuatkan Grup Chat, Lama-Lama Jadi Menumpuk

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
6 September 2019
A A
Alasan Huruf X Bisa Dibaca 'Nya' Saat Berbalas Chat terminal mojok.co
Share on FacebookShare on Twitter

Kali pertama saya mengenal juga memakai suatu aplikasi chat adalah ketika SD, kala itu saya harus pergi ke warnet dan membuka mIRC. Berkenalan dengan orang baru, bahkan untuk sekadar iseng saya juga chat teman di sebelah saya. Saat itu rasanya menyenangkan walau terkesan nggak ada guna, sebelahan kok chatting-an. Ngobrol, lah!

Satu kalimat pamungkas pun pasti dikenal oleh para pengguna mIRC, seperti “ASL PLS”. Mengutip dari Kompas.com, ASL PLS sendiri kependekan dari Age (umur), Sex (jenis kelamin), Location (lokasi). PLS sendiri berarti please. Ya, hal ini menjadi kenangan tersendiri bagi para pengguna mIRC. Jadi, mohon untuk kalian yang masih menganggap ASL itu singkatan dari “asal—dari mana”, belum terlambat untuk berkata, “ooooooh gitu.”

Kemudian, aplikasi chat pada prosesnya secara perlahan berpindah dari PC ke dalam satu genggaman—handphone, lebih tepatnya lagi telepon pintar. Beberapa diantara kalian mungkin familiar atau sudah mencoba MXit dan Bing. Saya sudah pernah menggunakan kedua aplikasi itu sewaktu SMA, walau akhirnya saya hapus kembali aplikasinya karena teman-teman masih lebih banyak yang menggunakan SMS dalam bertukar kabar dan informasi.

Kemudian saat saya kuliah, seperti pelepas dahaga bagi para mahasiswa dan orang-orang yang gemar berjulid ria tapi dengan tarif yang lebih murah bermodalkan kuota—maksud saya mengobrol—aplikasi chat BlackBerry Messenger hadir disusul dengan kehadiran WhatsApp. Dengan adanya fitur pembuatan grup chat, kedua aplikasi ini semakin menarik dan digunakan oleh banyak orang. Meski pada akhirnya, BBM menyerah dan tidak digunakan kembali.

Kini, WhatsApp menjadi aplikasi chat yang banyak digunakan di Indonesia. Seperti dilansir oleh We Are Social, pada Januari 2019 sebanyak 83% orang di Indonesia menggunakan aplikasi chat ini—saya dan banyak teman yang lain menjadi d iantaranya. Meski ada saran dari beberapa teman untuk pindah ke Telegram agar dapat mengantisipasi jika jaringannya dibatasi pada beberapa waktu lalu, saya sih tetap memilih setia dengan WhatsApp. Kalau pun jaringannya dibatasi, ya SMS atau telepon kan bisa.

Sampai pada poin tersebut, tentu saya tidak ada masalah sama sekali. Yang menyebalkan dalam penggunaan WhatsApp ini adalah banyaknya grup chat yang dengan mudahnya dibuat. Sedikit-sedikit dibuat grup chat, bertemu teman baru buat grup chat, di pekerjaan setiap ada sesuatu yang baru dibuat grup chat yang baru pula tanpa menghapus grup chat yang lama.

Pertanyaannya, buat apa dong grup chat di WhatsApp sebanyak itu, Bambang? Apalagi isi anggotanya sama saja. Paling cuma tidak ada satu atau dua orang. Itu pun biasanya karena beda atasan—atau jika masih kuliah, dosen pembimbing untuk tugas akhir. Yang biasa ditemui adalah, para mahasiswa atau karyawan membuat grup chat yang baru tanpa dosen atau atasannya agar dapat julid dan bergosip ria. Betul?

Saya cukup yakin tidak sendirian di posisi ini, di mana ketika buka WhatsApp yang banyak ditemui adalah grup—dari atas hingga paling bawah. Dari yang paling update, sampai dengan saat ini ada 18 chat grup di akun WhatsApp saya dan lima diantaranya selalu sepi, tidak ada pergerakan. Mau keluar dari grup tapi ada rasa nggak enak. Sekalinya sudah keluar, eh, di-invite kembali. Kan, nyebelin.

Baca Juga:

5 Alasan Pesan Makan Online Masih Lebih Logis daripada Beli Langsung di Warung meski Zaman Promo Sudah Berlalu

Kasta Aplikasi Booking Hotel Terbaik, dari yang Paling Mudah Digunakan hingga Menawarkan Harga Paling Murah

Lebih menyebalkan lagi kalau di satu grup itu ramai sekali yang sedang diperbincangkan. Mohon maaf, nih, semua grup itu saya silent dan dimatikan notifikasinya—mau grup keluarga, teman, atau grup kerja. Jadi, tiap buka Whatsapp tidak heran jika sudah banyak chat yang menumpuk. Hehe. Jika ada yang penting, kan bisa telepon atau chat personal. Kalau mau di grup, ya tinggal mention saja dengan menggunakan awalan “@”.

By the way, setelah saya telusuri secara personal, dalam grup WhatsApp itu ada tiga jenis pengguna. Ini di luar dari mereka yang suka asal forward yang kebenarannya belum bisa dipastikan, ya.

Pertama, mereka yang selalu aktif chatting di grup memberi info, menanyakan kabar, laporan dan lain sebagainya. Kedua, mereka yang hanya akan merespon sewaktu ditanya—menjawab seperlunya. Ketiga, para pengguna atau sosok yang pasif dan hanya melihat situasi juga kondisi di grup WhatsApp, dengan cara tap grup jika ada notifikasi, lalu tanpa membaca apa yang sedang dibahas langsung kembali lagi ke menu home pada handphone.

Agar terkesan interaktif dan seperti media lain, izinkan saya untuk mengakhiri tulisan ini dengan bertanya, “di antara ketiga jenis pengguna WhatsApp yang ada di suatu grup chat, kalian tipe yang mana?” (*)

BACA JUGA Cara Menangani Sohibul WhatsApp yang Suka Beralasan Pesan Tertimbun Padahal Memang Sengaja Mengabaikan atau tulisan Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 6 September 2019 oleh

Tags: aplikasiASL PLSchatgrup chatmIRCnostalgia
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

Membela Orang yang Chattingan Tanpa Emoji terminal mojok

Membela Orang yang Chattingan Tanpa Emoji

16 November 2021
Nokia N-Gage, Ponsel Gaming Nokia yang Berjaya di Masanya

Nokia N-Gage, Ponsel Gaming yang Berjaya di Masanya

1 Mei 2021
10 Keunggulan Telegram yang Nggak Bisa Kita Temukan di WhatsApp Terminal Mojok

10 Keunggulan Telegram Dibandingkan WhatsApp

11 Januari 2023
Jauh Sebelum Adanya Netflix, Saya Merasakan Era Tukang Rental Laser Disc Keliling terminal mojok

Jauh Sebelum Kehadiran Netflix, Saya Merasakan Era Tukang Rental Laser Disc Keliling

28 Maret 2021
7 Fitur Rahasia Google Maps yang Jarang Diketahui Orang Terminal Mojok.co

7 Fitur Rahasia Google Maps yang Jarang Diketahui Orang

9 Mei 2022
Mengenang Kejayaan Ragnarok Online, Game Online Paling Fenomenal di Indonesia Alasan Saya Ketagihan Nonton Aplikasi Bigo Live Derita Pemain Game Online yang Main Pakai HP

Alasan Saya Ketagihan Nonton Aplikasi Bigo Live

7 Juni 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025
Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia Mojok.co

Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia

13 Desember 2025
Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas Mojok.co

Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas

13 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.