Seminar Proposal Itu Menguji Calon Skripsi Mahasiswa, Bukan Dosen Pembimbing. Jangan Terlalu Bergantung!

Seminar Proposal Itu Menguji Calon Skripsi Mahasiswa, Bukan Dosen Pembimbing. Jangan Terlalu Bergantung! (Mojok.co)

Seminar Proposal Itu Menguji Calon Skripsi Mahasiswa, Bukan Dosen Pembimbing. Jangan Terlalu Bergantung! (unsplash.com)

Belum lama ini saya mendapat cerita unik bin ajaib tentang kawan saya. Dia baru saja menyelesaikan ujian seminar proposal (sempro). Usai seminar proposal ia bersungut-sugut karena dosen pembimbing yang membantunya ketika dosen penguji bertanya. Dia berharap dosen pembimbing ikut menjawab ketika dosen penguji mengajukan pertanyaan.

Saya berusaha memahami kekesalannya, tapi nggak mampu juga. Sejak kapan dosbing ikut menjawab pertanyaan dari dosen penguji. Kalau sebatas membantu agar jawaban dari mahasiswa tersampaikan dengan lebih baik, masih dapat dipahami. Namun, kalau ikut menjawab, saya rasa tidak. Memangnya dosen penguji yang nantinya melakukan penelitian?!

Lantas apa yang dilakukan dosen pembimbing saat sempro? 

Saya kebetulan sering ngobrol dengan beberapa dosen yang menjadi pembimbing mahasiswa skripsi. Secara garis besar mereka mengungkapkan ada dua hal yang biasa dosen pembimbing lakukan selama sempro. Pertama, dosbing bersikap seperti dosen penguji. Kedua, dosen yang memberi petunjuk. 

Dosbing bukannya ingin mempersulit atau apapun itu, mereka hanya ingin mahasiswanya tidak diserang oleh dosen penguji. Oleh karena itu, dosbing terlebih dahulu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin ditanyakan dosen penguji secara lebih halus. 

Dosbing juga bisa memberikan petunjuk kepada mahasiswa ketika menjawab pertanyaan dosen penguji. Ingat, hanya petunjuk ya, bukan ikut membantu kalian menjawab pertanyaan. Dosbing memang hanya boleh merangsang pikiran mahasiswanya untuk menjawab pertanyaan, nggak boleh memberikan jawaban.

Baca halaman selanjutnya: Kalian yang turun lapangan, bukan dosen…

Kalian yang turun lapangan, bukan dosen

Wajar saja dosen pembimbing tidak bisa terlalu turut campur ketika seminar proposal. Pada akhirnya mahasiswa yang akan menyusun penelitian. Seminar proposal hadir untuk memastikan apakah rambu-rambu dalam penyusunan skripsi itu sudah benar atau belum. Kalau mahasiswa tidak paham betul dengan apa yang akan dilakukan, lantas apa kabar ketika menyusun skripsi nanti?  

Di sisi lain, kalau kalian bergantung pada dosbing ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan sempro, apa tidak malu? Apalagi ketika foto-foto perayaan sempro yang sebetulnya nggak penting-penting amat itu? 

Iya saya paham, lulus tepat waktu adalah beban semua mahasiswa. Namun, bukan berarti kalian sembarangan dalam proses lulusnya. Ngebet ingin sidang sempro hingga tidak mempersiapkan baik-baik. Ujung-ujungnya hanya bergantung pada dosbing dan marah-marah kalau tidak dibantu ketika sempro. 

Penulis: Achmad Fauzan Syaikhoni
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Yudisium Lebih Layak Dirayakan daripada Sempro, Sidang, dan Wisuda

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version