Beberapa hari yang lalu, hati saya langsung tersentuh setelah membaca artikel dari Mas Muhammad Arif Prayoga yang berjudul “5 Dosa Pembeli Bensin di Pertashop yang Bikin Kesal Operator”. Bukan tanpa alasan, hidup saya dan keluarga tak pernah jauh dari urusan jualan bensin. Dulu eceran, sekarang konsepnya pom mini.
Berdasarkan cerita bapak saya, beliau sudah mulai menjual bensin bahkan sebelum saya lahir. Saya sendiri lahir tahun 1996. Sudah lama sekali. Saking lamanya, kami yang hampir setiap hari kulakan ke pom bensin Pertamina terdekat ini sudah sangat bersahabat dengan para operatornya. Bestie banget.
Setelah sekitar kurang lebih dua dekade berjualan bensin menggunakan wadah botol kaca, sekitar 2015, bapak saya memutuskan untuk upgrade model jualan bensin ke mesin digital. Orang-orang biasa menyebutnya pom mini atau ada juga yang menyebut Pertamini.
Pom mini ini pada dasarnya berbeda konsep dengan Pertashop. Kamu bisa memiliki Pertashop dengan model franchise resmi dari Pertamina. Sementara itu, konsep pom mini sih sama saja seperti jualan bensin eceran pakai botol kaca. Bedanya cuma kami menggunakan mesin digital.
Sejak awal mula menggunakan pom mini hingga sekarang, banyak pengalaman yang kami dapatkan. Mulai dari munculnya rumor bahwa pom mini akan disegel karena dianggap ilegal, hingga susahnya bagi pemilik untuk mencari pasokan bensin. Kami sudah merasakan semua.
Namun, pengalaman yang paling membekas selalu berkaitan dengan pelanggan. Maklum saja, pom mini milik bapak saya ini berada di sebuah desa kecil yang membuat pelanggannya ya itu-itu saja. Masalah dan kekonyolan yang terjadi juga itu-itu saja.
Tidak bisa membuka jok motor
Mereka yang nggak bisa membuka jok motor di pom mini bapak saya cukup beragam. Mulai dari bocil, ibu-ibu, sampai bapak-bapak juga ada.
Mereka yang masih bocil ini rata-rata masih duduk di kelas lima SD hingga kelas dua SMP. Iya, konyol banget. Masih bocah tapi sudah boleh mengendarai motor. Ketika sadar tidak bisa membuka joknya, sambil cengengesan, mereka akan meminta tolong. Konyol sekali.
Ibu-ibu lebih mengherankan lagi. Mereka ini biasanya mengendarai motor zaman sekarang yang jok motornya bisa dibuka dengan hanya sedikit memutar kunci lalu memencet tombol yang berada di samping kunci. Yang menjadi masalah kok mereka nggak tahu sistem itu.
Jadi, yang mereka lakukan adalah mengambil kunci, lalu mencari lubang kunci di bawah jok. Lah piye toh. Biasanya antara si ibu-ibu dan yang lagi melayani akan sama-sama tertawa. Si ibu tertawa malu, yang melayani tertawa sedih.
Bapak-bapak juga tidak luput dari hal konyol ini. Mereka ini biasanya sedang membawa motor milik anak mereka yang sudah dimodifikasi. Oleh sebab itu, secara tidak langsung, membuat jok agak susah dibuka. Kalau sudah begitu, mereka biasanya akan sambat “Ditumbaske motor kok yo digawe aneh-aneh toh yo.”
Datang ke pom mini, tapi bensin masih full tank
Kalau bensin di dalam tangki motor masih penuh, lalu maksudnya beli bensin di pom mini tuh apa? Saya bingung dengan orang-orang seperti ini.
Pada umumnya, dan sudah seharusnya, ketika akan mengisi bensin kita akan mengecek speedometer terlebih dahulu. Tapi itu tidak berlaku bagi orang-orang yang saya juga bingung sebenarnya mereka ini dari sekte apa. Ketika kami bilang kalau bensinnya masih full, jawaban mereka pasti “Eh iya, Mas. Maaf lupa ngecek.”
“IYA NGGAK PAPA!”
Tidak tahu perbedaan Pertalite dan Pertamax
Jauhnya jarak antara desa saya dan pom Pertamina membuat beberapa orang lebih memilih mengisi bensin di pom mini atau eceran. Hal itu juga membuat beberapa dari mereka tidak tahu bahwa ada yang namanya Pertalite dan Pertamax. Yang mereka tahu ya cuma bensin. Kalau sudah begini, kami harus menjelaskan perbedaan antara keduanya sampai mereka mengerti dan dapat memutuskan mau beli yang mana.
“Jadi, mau beli yang mana?”
“Bensin, Mas.”
“IYA, OKE!”
Beli bensin di pom mini cuma Rp5.000, bayar pakai Rp100.000
Di antara berbagai kekonyolan di atas, satu hal ini yang paling menjengkelkan. Keuntungan pom mini itu nggak banyak. Bahkan saat ini sama kayak Pertashop. Menderita. Maka dari itu, salah satunya, kami harus pandai mengatur persediaan uang receh.
Celakanya, ada pembeli yang membayar pakai uang Rp100.000 ketika mereka hanya beli bensin Rp5.000. Bukannya nggak boleh jajan bensin di pom mini cuma Rp5.000. Namun, kalau bayarnya Rp100.000 ya kudu sabar menantikan kembalian. Bahkan kami harus pergi ke warung terdekat untuk menukar uang. Kalau bisa bayar pakai uang kecil kan bisa menghemat waktu.
Yah, begitulah adanya. Hal-hal konyol yang terjadi di pom mini, yang mirip dengan kejadian di Pertashop.
Untuk pembaca, doakan kami ya, baik pom mini maupun Pertashop, biar rezeki kami lebih baik lagi untuk 2023 ini. Amin.
Penulis: Firdaus A’la Illiyyin
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Derita Tinggal di Pertashop: Bisnis Warisan yang Meresahkan