Daftar Isi
#2 Manusia memang nggak sempurna
Pada drama Korea, visual para aktor dan aktris (khususnya pemeran utama) adalah yang nomor satu. Kesempurnaan fisik berperan penting di drakor. Bahkan tokoh yang digambarkan miskin sampai harus utang sana-sini pun tetap bisa glowing dan bajunya bagus. Makanya nggak heran kalau orang di luar Korea Selatan mengira bahwa semua orang Korea itu cantik-cantik dan ganteng-ganteng.
Dari yang saya lihat, dorama Jepang menggambarkan orang Jepang dengan lebih realistis. Tokoh utamanya nggak harus tinggi, cakep, dan berotot. Mereka menggambarkan dunia yang beragam ini dengan lebih nyata. Bahkan di dorama yang saya lihat saja tokoh utama cowoknya punya bulu ketek dan kerempeng. Hal itu hampir mustahil ditemukan di drakor.
#3 Product placement nggak begitu masif
Strategi periklanan yang khas banget dari drama Korea adalah dengan menerapkan product placement. Suatu produk akan ditempatkan secara langsung di dalam drama, baik itu dalam bidikan kamera, disebut dalam percakapan, maupun digunakan untuk mengembangkan plot. Contohnya di drakor kita sering melihat satu negara mobilnya Hyundai dan HP-nya Samsung Z Flip semua. Lalu para tokohnya makan siang di Subway, minum beer Hite, dan pakai body care Scarlett.
Di dorama Jepang pun ada product placement. Bedanya, dorama Jepang main lebih “rapi” karena product placement-nya nggak sebanyak drakor. Di setiap episode dorama Jepang belum tentu ada satu product placement. Tapi di drakor, satu scene saja bisa langsung ada dua sampai tiga produk yang diiklankan.
Product placement memang tujuannya meningkatkan brand awareness ke penonton, sih. Tapi kalau kebanyakan ya bikin penonton risih.
#4 Episode dorama Jepang sedikit dan durasi pendek
Terakhir, saya cukup kaget waktu tahu ternyata dorama Jepang nggak begitu banyak jumlah episodenya. Sebagian besar dorama Jepang cuma menayangkan 10-12 drama. Durasinya pun hanya sekitaran 45 menit.
Mengingat durasinya yang pendek dan jumlah episodenya yang sedikit, hampir nggak ada porsi untuk side story di dorama Jepang. Cerita hanya berkutat di para pemeran utama dengan interaksi yang terbatas sama pemeran pendukung.
Hal ini berbeda dengan drama Korea yang ceritanya kerap kali sampai ke mana-mana. Supporting roles, seperti love line sahabat pemeran utama sampai trauma yang dialami kakak pemeran utama, juga diceritakan dalam drakor.
Begitulah kalau kelamaan nonton drama Korea, langsung culture shock waktu nonton serial produksi negara lain. Keterkejutan yang saya alami bukan berarti menunjukkan kalau drama Korea lebih buruk daripada dorama Jepang atau sebaliknya, ya. Keduanya punya plus-minus masing-masing dan tetap worth to watch.
Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 7 Drama Korea Terkenal yang Sebenarnya Adaptasi Dorama dan Manga Jepang.