Proyek pembangunan bandara Kediri digadang-gadang akan menjadi salah satu proyek strategis nasional. Pembangunan bandara ini dimulai sejak April 2020. Katanya, tujuannya di bangun bandara ini untuk alternatif daya tampung Bandara Juanda di Surabaya. Bandara ini juga tidak luput kontribusi dari PT. Tbk Gudang Garam, yang merupakan salah satu pabrik rokok terbesar di Indonesia.
Pastinya lahan yang dibutuhkan dalam pembangunan bandara tidaklah kecil. Kebutuhan lahan pembangunan diperkirakan 400 hektare dan diperkirakan pembangunan ini akan menghabiskan dana 6-9 triliun itupun menggunakan kas internal perusahaan. Rencana pembangunannya dibangun di atas tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Grogol, Kecamatan Banyakan, dan Kecamatan Tarokan. Sebenarnya pembangunan bandara Kediri ini sudah dicicil sejak 2019, di tahun ini merupakan gencar-gencarnya pembebasan lahan. Tetapi, pembangunan mulai diresmikan oleh Menteri Perhubungan pada April 2020, yang dilakukan secara virtual karena saat itu Indonesia sedang terkena wabah pandemi Covid-19.
Pembebasan lahan ini meliputi, lahan pertanian, rumah warga, dan sekolahan, sehingga pembangunan bandara ini menarik perhatian warga sekitar dan para komunitas yang ada di Kediri, karena pembebasan lahan secara besar-besaran. Padahal pembebasan lahan ini belum keseluruhannya dibebaskan.
Katanya temen saya, yang rumahnya daerah Kecamatan Grogol, banyak rumah yang belum bisa deal dilepas, katanya rumah tersebut merupakan peninggalan orang tua jadi mereka tidak rela melepaskan rumahnya. Akan tetapi, pada akhirnya warga yang tidak rela melepaskan rumahnya pun mengalah dengan diiming-imingi uang yang nilainya sangat besar.
Saya mendengar beberapa informasi dari masyarakat sekitar, bahwasanya ada beberapa orang yang meninggal karena uang tersebut. Ada yang menduga karena uang tersebut membawa unsur-unsur mistis, ya biasalah masyarakat Jawa pasti tidak lepas dari unsur-unsur tersebut dan ada juga yang menduga karena kaget melihat uang yang sebegitu besar di depannya.
Dalam pembangunan proyek bandara Kediri ini membawa dampak positif dan negatif, tinggal kita mau melihat dari sudut pandang mana, hehehe. Kalau di lihat dari sektor ekonomi, dampak yang dirasakan oleh warga sekitar maupun masyarakat yang ada di Kediri. Salah satunya warga yang tinggal di sekitar proyek bandara bisa membuka usaha, seperti warung makan, angkringan yang ada WiFi-nya. Dalam jangka panjang, Kediri bisa menjadi pusat perekonomian yang ada di Indonesia.
Tapi, anehnya dalam pembangunan proyek bandara Kediri ini tenaga yang dikerjakan mayoritas adalah masyarakat luar Kediri. Padahal masyarakat Kediri banyak pekerja yang ahli dalam pembangunan proyek. Pastinya nanti akan membuka lapangan pekerjaan buat masyarakat, khususnya di Kediri sendiri.
Di balik dampak positif pembangunan proyek bandara Kediri ini terdapat juga dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat sekitar. Mulai dari polusi udara akibat pembebasan lahan, krisis iklim, longsor, dan terutama kemarin sejak ada pembangunan proyek ini, daerah terdampak pembebasan lahan mengalami banjir karena pohon-pohon ditebangi.
Daerah yang paling berdampak banjir adalah Desa Gambyok Kecamatan Grogol, Desa Mojoagung Kecamatan Prambon Kabupaten nganjuk, Kecamatan Grogol, Desa Sumberjo, Desa Jati Kecamatan Tarokan, Desa Kaliboto Kecamatan Tarokan, sehingga di sektor pertanian mengakibatkan gagal panen, gagal tanam dan munculnya hama seperti tikus, ular, dan lain-lain, sehingga merugikan para petani.
Entah, saya sebagai putra asli daerah Kediri harus mengambil sikap bagaimana, karena suatu regulasi akan memunculkan dua sisi kejadian baik positif maupun negatif, antara baik dan buruk, antara bahagia dan gelisah karena pembangunan proyek bandara di Kediri.
BACA JUGA Di Kediri, Anak Kecil Nggak Bisa Bercita-cita Jadi Presiden