Terlepas dari banyaknya artis dan program baru, ada satu program televisi yang saya masih ikuti. Itu acara Jejak Si Gundul di Trans7. Program tersebut bergenre petualangan, dengan host kebanggaan mereka yaitu si Gundul sendiri. Sebelum masuk ke bahasan, ada yang tahu nggak sih nama asli si Gundul? Atau nama aslinya memang Gundul?
Sambil menunggu jawaban, saya mau mengajukan pertanyaan lain: Sebenarnya si Gundul ini mau bertualang apa cuma mau makan? Soalnya sejak satu dua bulan terakhir saya menyimak program ini, isinya cuma tentang makanan tradisonal.
Acara Jejak Si Gundul tayang setiap hari. Di hari biasa disiarkan pukul 16.00 WIB, sedangkan di akhir pekan pukul 14.30. Ciri khas acara ini, bumper pembukanya menampilkan jejak sepatu, kompas, dan si Gundul dengan pakaian pencinta alam.
Setelah bumper selesai, acara akan dimulai dari si Gundul yang sedang melakukan aktivitas seolah-olah warga lokal tempat ia berada saat itu. Sambil gambar menampilkan kegiatannya, akan ada narasi soal keunikan daerah tersebut.
Tak lama kemudian, Gundul akan melihat orang yang sedang menangkap atau memetik sesuatu (biasanya yang bisa dimakan). Orang tersebut bakal melihat Gundul dan meminta bantuannya.
Gundul yang baik hati pasti membantu orang tersebut. Bisa itu memetik buah-buahan atau menangkap binatang. Setelah selesai, ia diajak ke rumah si peminta tolong untuk kemudian mengolah bahan-bahan yang telah didapatkan.
Mulai dari sini Gundul seolah-olah sudah profesional mengolah suatu masakan. Dia dibiarkan sendiri mengolah dari bahan mentah sampai jadi makanan yang siap santap, sedangkan orang-orang lokal hanya nyuruh-nyuruh kayak, “Ndul, tolong ini diparut”, “Ndul, tolong ini diongseng”.
Setelah masakannya jadi, Gundul dan warga lokal akan bersama-sama menyantap hidangan yang telah dimasak sebelumnya. Pola seperti ini akan berlanjut sampai tiga segmen dengan tiga makanan berbeda. Yang kemudian membuat saya heran, kan ceritanya sedang bertualang ya, tapi kok isinya cuma masak sama makan? Malah mirip acara kuliner. Ya, walau tetep acara makannya pindah-pindah daerah sih.
Soalnya, judulnya saja sudah keren gitu. Tapi setelah melihat isi programnya, ternyata cuma masak sama makan, sudah begitu nggak ada tips bertahan di alam liar atau apalah. Nggak sekalian aja judulnya diganti jadi Jejak Dapur Si Gundul atau Jejak Kuliner Nusantara?
Penontonnya pun jadi geser. Dari yang semula ingin menjaring jiwa-jiwa petualang, sekarang bergeser menjadi ibu-ibu yang butuh resep masakan tradisional. Ibu saya sendiri sering mencontek resep masakan dari si Gundul.
Jadi, Trans 7, mbok ya kalau buat acara, tolong disinkronkan antara judul dengan isinya. Ada dosen saya yang pernah bilang, “Pembaca akan selalu melihat buku dari judulnya”. Nah, bayangin tuh misal ada kelompok pencinta alam yang sudah mengagendakan untuk nobar Jejak Si Gundul karena judulnya petualangan banget, tapi setelah ditonton ternyata program masak-masak sama makan, apa nggak rugi besar buat nyewa proyektor?
Sumber gambar: Trans7
BACA JUGA Pengalaman Saya Berguru Ilmu Kebal yang Berakhir Mengecewakan dan tulisan Imron Amrulloh lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.