Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Film

Didi Kempot Geser Popularitas Band Indie

Syifa Ratnani Faradhiba Jane oleh Syifa Ratnani Faradhiba Jane
23 Agustus 2019
A A
didi kempot dan band indie

didi kempot dan band indie

Share on FacebookShare on Twitter

Tahun 2019 barangkali merupakan tahunnya Didi Kempot. Berkali-kali Didi Kempot berhasil masuk jajaran atas trending topic di media sosial. Didi Kempot sendiri bukanlah nama yang asing bagi industri musik tanah air, ia adalah living legend musik campursari Indonesia.

Puncak kesuksesan Didi Kempot barangkali terjadi di tahun 1990-an, dan kembali lagi di era milennial ini. Menariknya, jika biasanya penikmat lagu-lagu Didi Kempot adalah angkatan tua atau dewasa, kini justru para generasi millenial yang membawa kejayaan Didi Kempot melalui tembang-tembang lawasnya. Para millenial ini lantas menamai diri mereka sebagai Sobat Ambyar atau sadboi dan sadgerl dengan tagline “pecinta campursari, pengabdi mantan”. Para SobatAmbyar pun ramai-ramai memberikan julukan bagi Didi Kempot, ada yang menyebutnya sebagai Lord Didi hingga The Godfather of Brokenheart.

Lagu-lagu Didi Kempot yang banyak menyuarakan kegalauan dan patah hati dalam balutan musik khas campursari telah berhasil menyihir generasi milenial ke dalam babak baru eksplorasi musik. Mereka tidak hanya sekedar menikmati namun benar-benar mengkhayati kata demi kata yang tertuang dalam lagu-lagu Didi Kempot, tak jarang banyak generasi milenial tertangkap basah menangis pilu menyaksikan Lord Didi membawakan lagu-lagunya.  Meski kebanyakan lirik dalam lagu Didi Kempot berbahasa Jawa, namun nampaknya hal ini bukan jadi masalah.

Popularitas Didi Kempot di tahun ini sebenarnya terjadi di luar dugaan banyak orang. Meski selera musik kini jadi lebih dinamis berkat mudahnya akses internet namun rupanya Didi Kempot sama sekali belum jadi opsi. Tren musik dalam negeri selama lima tahun kebelakang adalah musik-musik Folk yang dibawakan oleh band atau musisi yang mengatasnamakan diri sebagai Indie.  Musik Folk yang terlanjur dicap sebagai  musiknya para pecinta kopi, senja, dan gunung. Barangkali kita tidak akan bisa melupakan bagaimana pada 2017 yang lalu lagu Akad yang dibawakan oleh Payung Teduh meledak tak karuan, Folk kian dipastikan langgeng sepanjang tahun 2018. Namun rupanya popularitas Akad tak serta merta melanggengkan kuasa musik folk, pada penghujung 2018 musik Folk kian dirasa mulai jalan di tempat. Dinamika musik memang semengerikan itu ya.

Pada awal 2019 banyak orang kian yakin bahwa musik Pop akan kembali merajai industri musik dan Hip Hop kian digemari, namun rupanya estafet pupularitas musik dalam negeri justru jatuh ke pangkuan Didi Kempot, nama lama dan genre lama yang barangkali tak pernah tersebutkan dalam dialog-dialog kritis permusikan era ini. Ada banyak faktor mengapa popularitas Didi Kempot kian tak terbendungkan, salah satunya barangkali adalah kian menjemukannya kultur yang dibawa musik folk yakni senja, gunung dan kopi yang terus diulang-ulang kini malah jadi hal yang lucu seiring maraknya meme-meme yang menjadikan hal-hal itu sebagai bahan jokes.

Sebaliknya, lirik-lirik dalam lagu Didi Kempot barangkali dirasa lebih natural ketimbang lirik-lirik musisi indie yang penuh metafora. Lagu-lagu Lord Didi dinikmati tak hanya melulu soal patah hati namun lagu-lagunya dapat menyingkap kenangan dengan tempat-tempat tertentu yang terkoneksi oleh para pendengar. Selai itu tak perlu kultur ‘ini’ dan ‘itu’ untuk jadi Sobat Ambyar, cukup dengarkan dan ikut bernyanyi, lalu ambyar seketika. Momentum kebangkitan kedua Didi Kempot juga hasil dari maraknya budaya sambat dan brokenheart framing yang sedang digilai anak-anak muda jaman sekarang.

Lord Didi pun kian memantapkan popularitas dengan sering mengunggah jadwal manggung ke media sosial. Lord Didi kini ikut meramaikan jagat Twit-land sejak Juni lalu. Baru sebentar eksis, Lord Didi sudah diikuti puluhan ribu pengikut di Twitter. Kesuksesan kembali Lord Didi barangkali bisa jadi pelajaran berharga bagi segenap pelaku musik tanah air bahwa karya yang dapat dipertanggungjawabkan akan selalu terkenang dan mendalam bagi pendengarnya. Konsistensi Didi Kempot dalam membawa musik campursari harus jadi contoh bagi musisi-musisi baru tanah air termasuk musisi-musisi Folk yang sedang dianggap jalan di tempat. Tapi, gondrongnya Lord Didi sudah “indie” banget kok yhaaa~

 

Baca Juga:

Cidro 2 Adalah Lagu Jawa Terbaik, yang Lain Minggir Dulu

Universitas Terbuka, Tempat Kuliah yang Cocok untuk Milenial dan Gen Z

Sewu kutho uwis tak liwati~ (*)

 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) yang dibikin untuk mewadahi sobat julid dan (((insan kreatif))) untuk menulis tentang apa pun. Jadi, kalau kamu punya ide yang mengendap di kepala, cerita unik yang ingin disampaikan kepada publik, nyinyiran yang menuntut untuk dighibahkan bersama khalayak, segera kirim naskah tulisanmu pakai cara ini.

 

Terakhir diperbarui pada 24 Januari 2022 oleh

Tags: anak indieband indiecampursarididi kempotgenerasi milenialmusik indonesia
Syifa Ratnani Faradhiba Jane

Syifa Ratnani Faradhiba Jane

ArtikelTerkait

Bung Fiersa

Sementara Kita Sibuk Mencerca, Saat Itu Bung Fiersa Justru Sedang Giat-Giatnya Berkarya

4 Maret 2020
Surakarta Saksi Sejarah, Menyambut Kelahiran Kembali Lokananta (Unsplash)

Surakarta Menjadi Saksi Sejarah, Menyambut Kelahiran Kembali Lokananta

30 Juni 2023
Universitas Terbuka, Tempat Kuliah yang Cocok untuk Milenial dan Gen Z

Universitas Terbuka, Tempat Kuliah yang Cocok untuk Milenial dan Gen Z

27 November 2023
4 Musisi Jawa Legendaris yang Nggak Kalah Keren dari Didi Kempot

4 Musisi Jawa Legendaris yang Nggak Kalah Keren dari Didi Kempot

3 September 2023
musik indie

Mengkritisi Anak Indie yang Tidak Tahu Arti Musik Indie

13 Agustus 2019
lirik kuncung didi kempot masa kecil anak jawa miskin desa mojok

Kuncung, Lagu Didi Kempot yang Mendeskripsikan Kemiskinan dengan Begitu Mewah

7 Mei 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk yang Pernah Ada? (Unsplash)

Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk dalam Hidup Saya?

27 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.