Saya adalah sosok introvert. Meskipun saya seorang introvert, tapi soal bergaul saya nggak kaku-kaku amat. Saya punya (lumayan) banyak teman. Tapi baru-baru ini saya mempunyai keresahan. Dalam benak saya timbul pertanyaan, standar kesetiakawanan itu diukur dari segi apa, sih, dalam pertemanan? Pertanyaan ini bermula dari ruang obrolan saya dengan seseorang (yang nomornya belum terdaftar dalam kontak hape saya). Dia nyeletuk, “Katanya sahabat, tapi nomorku nggak disimpan. Dasar nggak setia kawan!”
Awalnya saya pikir redaksi “setia kawan” bisa muncul karena terjadi gabungan diksi antara “setia” dan “kawan”, yang jika dikontemplasikan berarti kawan yang selalu ada saat suka dan duka. Tapi seseorang yang ngakunya teman saya, mengatai saya tidak setia kawan hanya karena saya tidak menyimpan kontak WhatsApp-nya. Sebetulnya salah saya di mana saudara-saudara?
Setelah perdebatan yang kurang penting dengan nomor tak dikenal ini melalui WhatsApp, akhirnya saya tahu juga siapa identitas nomor tak dikenal ini. Tak lain dan tak bukan adalah salah satu teman saya ketika duduk di bangku SMP sebut saja Florin. Saya tiba-tiba jadi gemas dengan Florin, karena setelah saya cek di kontak hape, nomornya sudah 5 kali saya simpan. Dan nomor barunya itu adalah nomor ke-6 yang harus saya simpan setelah ini. Luar biasa!
Dibilang tidak setia kawan karena tidak menyimpan kontak WhatsApp seseorang yang hobi gonta-ganti nomor itu sebenarnya menyebalkan sekali. Jangankan dikatai tidak setia kawan karena tidak menyimpan nomor teman sendiri, melihat teman suka susah dihubungi karena gonta-ganti nomor saja sudah bikin saya empet sendiri. Sebenarnya siapa, sih, yang nggak setia kawan, hah?
Malas menyimpan nomor seseorang yang hobi gonta-ganti nomor dengan alasan sepele, mungkin pernah dialami oleh sebagian orang. Karena saking seringnya mereka yang doyan ganti nomor, kontak mereka yang lama sering kali jadi rancu dan membuat saya bingung harus menghubungi nomor yang mana ketika sedang ada perlu.
Maksud saya, kalau memang nomor lama sudah tidak diganti kenapa tidak bilang, “Hapus saja nomor lamaku.” Tanpa saya perlu bertanya, “Nomormu yang lama masih dipakai?” Sebagai orang yang bijak, seharusnya mereka yang suka ganti-ganti nomor sudah paham betul soal hal sepele ini.
Satu: Membagikan nomor berarti siap menanggapi keperluan pribadi antar dua orang yang bersangkutan.
Kalau nggak urgent-urgent amat mendingan nggak usah share nomor. Tapi kalau nge-share nomor mbok ya yang bisa dihubungi setiap saat. Jangan pernah membagikan nomor yang seminggu lagi hangus karena jarang diisi pulsa atau membagikan nomor yang tidak digunakan untuk selular alias nomor khusus paket internetan. Nomor semacam ini bisa saja ganti tiap bulan berdasarkan masa aktif paket internet, atau ketika paket internet mencapai batas limit.
Menghubungi seseorang yang sering ganti nomor saat keadaan genting bisa lebih menyebalkan daripada sekadar sebal karena kontak WhatsApp tidak disimpan oleh teman sendiri.
Dua: Kebanyakan nomor bisa bikin orang lain bingung dengan nomor mana yang akan dihubungi.
Oke, saya sudah simpan semua nomor kamu. Suatu kali, saya butuh kamu, tapi nomor mana yang lebih kamu prioritaskan? Mana mungkin kamu membawa banyak ponsel dalam sekali waktu karena nomor aktifmu sebanyak ini. Pikirkan baik-baik!
Bayangkan saja ketika kita akan menghubungi seseorang karena urusan yang sangat penting. Di saat bersamaan, kita melihat ada lebih dari tiga nomor orang yang bersangkutan itu. Kalian menghubungi ketiga nomornya atau hanya salah satu nomor yang sering aktif? Meskipun ketiganya sama-sama nomor aktif. Saya pernah mengalami hal ini. Karena saya bukan tipikal orang yang mau ribet karena masalah sepele, saya pun mengurungkan niat.
Tiga: Jangan menuh-menuhin memori telepon ya!
Saya tahu kapasitas memori hape canggih saat ini sudah tidak perlu diragukan lagi. Tapi sebagai sama-sama pengguna yang juga mempunyai kepentingan beragam lewat hape, menjaga memori hape tetap besar adalah salah satu caranya. Meskipun daftar kontak tidak memakan banyak memori hape, tapi usahakan jangan menggunakan nomor hape lebih dari dua.
Saran saya, gunakan dua nomor saja jika memang mempunyai keperluan yang mendesak. Satu nomor untuk keperluan bisnis dan nomor lain untuk keperluan pribadi.
Jadi, daripada capek tersinggung karena nomor kalian tidak disimpan oleh teman kalian sendiri, saya sarankan kalian belajar introspeksi diri. Apakah selama ini kalian tergolong orang yang doyan gonta-ganti nomor atau tidak. Jika doyan, berarti pahami sendiri alasan temanmu tidak menyimpan nomor WhatsApp barumu. Tapi kalau tidak doyan, ya berarti temanmu yang lupa kalau kamu adalah temannya. Heuheu~
BACA JUGA Konsensus Juga tentang Nomor Ponsel, Sayang atau tulisan Ade Vika Nanda Yuniwan lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.