Jangan ajak kami makan pecel lele
Jika Anda suka makan pecel lele, di Magelang juga ada banyak penjajanya. Namun, jika ingin mengajak orang sini makan pecel lele, sebisa mungkin hindari penggunaan istilah pecel lele. Cukup sebut Lamongan dan kami pasti sudah mengerti. Iya, saya tahu, tak semua penjualnya asli Lamongan, namun begitulah orang Magelang menyebut kuliner satu ini.
Selain itu, tak perlu Anda mencari magelangan di Magelang. Mayoritas nasi goreng di sini dijamin punya bentuk dan rasa yang magelangan itu tadi. Jadi, sebenarnya agak haram jika Anda menyebut nasi goreng sebagai magelangan di sini, karena tanpa diminta pun nasi bercampur mi adalah yang akan didapat. Mayoritas warga adalah pencinta nasi goreng semacam itu, dan penjualnya ada di setiap sudut.
Hal yang perlu dipahami lagi adalah perihal panggilan kepada rekan atau kawan sejawat. Tak perlu “bro”, apalagi “bung”. Di Magelang cukup gunakan “leh” (e dibaca seperti pada ikan lele). Memang perlu waktu untuk mempelajarinya, sebab ini agak sulit. Biar dianggap sudah ahli, perlu agak medok saat mengucapkannya. Seolah-olah ada huruf h diantara l dan e. Lllhehhh… Begitulah kira-kira.
Sebenarnya daerah seperti Kecamatan Secang dan Grabag yang berbatasan dengan Temanggung punya kata ganti untuk kamu, panjenengan, atau kowe. Kami biasa menggunakan samang dibanding sampean. Terdengar lebih merdu dan syahdu, kan?
Begitulah sedikit penjelasan soal apa saja yang tak ada dan harus diperhatikan saat berada di Magelang. Siapa tahu mau pindah dan pensiun di sini, biar nggak terlalu kesambet culture shock. Yang pasti dan paling penting adalah, kami tak punya pantai, bandara, dan tentu saja seorang sultan. Dan untuk yang terakhir itu, saya amat sangat bersyukur.
Penulis: Bayu Kharisma Putra
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Sudah Saatnya Magelang Menjadi Daerah Istimewa.