Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Di Desa Saya, Orang yang Beli Beras Bakal Dianggap Miskin

Mohammad Maulana Iqbal oleh Mohammad Maulana Iqbal
6 Mei 2022
A A
Di Desa Saya, Orang yang Beli Beras Bakal Dianggap Miskin

Di Desa Saya, Orang yang Beli Beras Bakal Dianggap Miskin (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Bagi masyarakat kota, ataupun masyarakat semi kota, beli beras adalah suatu kewajaran, standar taraf hidup, atau bahkan menunjukkan ia tergolong sebagai kelas menengah yang “mampu”. Lah, wong beras adalah bahan pokok makanan sehari-hari yang memang harus dibeli.

Namun, aturan ini nggak akan berlaku bagi masyarakat desa di daerah saya. Ketika ada orang yang membeli beras, maka ia akan dianggap kurang mampu, miskin atau tergolong sebagai kelas bawah.

Ya, memang agak aneh tampaknya. Tapi, nyatanya memang begitu. Membeli beras adalah pertanda ketidakmampuan dalam hal ekonomi di tempat saya, Kabupaten Gresik sektor selatan.

Beras (Pixabay.com)

Anggapan semacam ini saya dapatkan dari perbincangan ibu-ibu desa, beserta tetangga-tetangganya, yang mana mereka mengasihani, bahkan menganggap kurang mampu keluarga-keluarga yang nempur (beli) beras dalam kesehariannya.

Padahal lho ya, beli beras itu tandanya orang punya duit. Orang punya duit, kebanyakan, nggak bisa dianggap miskin. Inilah anehnya: bagaimana bisa orang beli beras dianggap miskin?

Padahal udah ada tolok ukur kemiskinan yang bisa dipegang, contohnya pake acuan BPS. Menurut BPS, orang dianggap miskin jika pengeluarannya tak mencapai Rp486.168 per bulan.

Nah, kalau manut BPS kan jelas, terukur, siapa saja yang dianggap miskin, meskipun dalam kasus tertentu tolok ukur ini cukup problematis. Namun, seenggaknya ada ukuran yang jelas untuk skala nasional, nggak kayak di desa saya yang tolok ukur kemiskinannya begitu aneh.

Kita bahas dulu kenapa bisa ada tolok ukur kemiskinan seaneh ini.

Baca Juga:

Indomie Bukan Makanan Legendaris, Ia Cuma Simbol Krisis dan Kemiskinan Kolektif

Sawah Hilang, Data Bertambah: Trik Sulap LP2B Ala Jember

Persepsi-persepsi tolok ukur miskin di daerah tertentu ini disebut kemiskinan relatif. Saya sendiri baru sadar dalam sebuah materi perkuliahan bahwa memang ada tolok ukur kemiskinan absolut seperti yang dipaparkan BPS secara nasional dan ada kemiskinan relatif yang di setiap daerah itu beda-beda ukurannya. Misalnya seperti di desa saya yang tolok ukurnya perihal membeli beras atau nggak.

Bahkan, di suatu daerah di Jawa Timur itu ada tolok ukurnya dilihat dari apakah seseorang tersebut sudah naik haji atau belum. Kalau sudah naik haji, berarti mampu, tapi kalau belum naik haji, berarti kurang mampu alias miskin. Kebayang nggak betapa kayanya orang-orang di daerah itu?

Kalau manut wejangan dari seorang Jurnalis asal Inggris, yakni Jeremy Seabrook dalam bukunya Kemiskinan Global: Kegagalan Model Ekonomi Neoliberalisme, bahwa seseorang itu dapat dikatakan miskin dalam konteks masyarakat tertentu, namun tidak untuk masyarakat yang lain. Maknanya, kemiskinan itu relatif dan tolok ukurnya hanya nongol di masyarakat tertentu saja dan di masyarakat lain tolok ukurnya akan berbeda.

Sawah siap tanam (Pixabay.com)

Begitupun di masyarakat desa saya yang tolok ukurnya ya beli beras itu. Pasalnya, masyarakat di desa saya mayoritas adalah petani padi, dan ketika mereka nempur beras maka akan dianggap kurang mampu. Lah, wong produsen beras kok mlarat beras. Namun, tolok ukur ini sangat mungkin akan berbeda dengan masyarakat lain.

Lantas kenapa kok bisa di desa saya itu orang nempur beras dianggap nggak mampu dan kenapa kok bisa sampai ada petani yang nempur beras? Berdasarkan pengalaman melakoni hidup menjadi masyarakat desa, jadi ada beberapa faktor yang menjadi alasan nempur beras alias membeli beras sebagai wujud “ketidakmampuan” masyarakat desa di daerah saya dan kenapa bisa terjadi. Khususnya, bagi masyarakat petani padi seperti masyarakat desa di daerah saya.

Sawah (Pixabay.com)

Pertama, mereka yang nempur beras itu dianggap nggak punya beras/padi. Atau kalau punya, jumlahnya hanya sedikit dan nggak cukup untuk makan setahun. Belum lagi untuk ater-ater, tinjo (memberi beras kepada orang yang punya hajatan), dan tetek bengek lainnya. Mau tak mau, mereka harus membeli beras.

Nggak punya padi yang saya maksud di sini itu maksudnya orang tersebut nggak punya lahan sawah yang luas, yang cukup untuk menghidupi mereka selama setahun. Atau malah nggak punya sawah sama sekali. Entah karena terjual, atau habis dibeli oleh pabrik masuk desa.

Gara-gara nggak punya sawah, mereka jadi buruh tani di sawah orang lain. Jadinya, mereka nggak punya padi atau beras yang cukup untuk setahun.

Kedua, beberapa masyarakat desa ada juga yang menjual keseluruhan hasil panennya seketika itu juga ketika panen datang. Jadi, langsung terjual semua padinya dan kaya mendadak seketika itu juga, tanpa menyisakan padi sedikit pun untuk makan mereka. Walhasil, beberapa bulan kemudian, khususnya ketika kemarau tiba, mereka jatuh miskin. Mereka akhirnya membeli beras dari orang lain untuk makan mereka sehari-hari.

Itulah alasan-alasan masyarakat desa saya benar-benar anti untuk beli beras. Pokoknya sebisa mungkin nggak beli beras. Lha wong tani kok nggak punya beras. Produsen beras kok nggak punya stok beras. Aneh kan?

Meski hal itu aneh, tapi, jujur saja, saya sedikit bangga. Semangat berdikari di desa saya begitu kuat, dan itu bagus. Nggak kayak negara mana gitu, mengaku punya sawah luas tapi impor beras terooos.

Penulis: Mohammad Maulana Iqbal
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Bekerja Kok untuk Duit, Aneh

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 6 Mei 2022 oleh

Tags: beli berasKemiskinansawah
Mohammad Maulana Iqbal

Mohammad Maulana Iqbal

Terkadang sedikit halu.

ArtikelTerkait

Nasib Sepetak Sawah di Tengah Kota Jogja yang Sudah di Ujung Tanduk, Tinggal Menunggu Waktu untuk Berubah Jadi Bangunan

Nggak Masalah Sawah di Jogja Habis dan Berubah Fungsi Jadi Perumahan, wong Warga Jogja Lebih Suka Beras Daerah Lain dan Pemerintah Lebih Suka Impor

15 November 2024
rumah daerah persawahan

Ingin Punya Rumah di Daerah Persawahan? Pikir-pikir Lagi

29 Oktober 2021
Gambar Menyeramkan pada Bungkus Rokok Adalah Kesia-siaan yang Merusak Karya Seni terminal mojok.co

Rokok Bikin Rakyat Miskin Makin Miskin Itu Omong Kosong

16 September 2020
nadin amizah orang miskin empati kemiskinan orang miskin mojok

Orang Miskin: Dimanfaatin Bule, Disepelekan Musisi Edgy

20 Januari 2021
Indomie Bukan Makanan Legendaris, Ia Cuma Simbol Krisis dan Kemiskinan Kolektif

Indomie Bukan Makanan Legendaris, Ia Cuma Simbol Krisis dan Kemiskinan Kolektif

21 September 2025
pak tua

Pak Tua itu Lebaran di Penjara

5 Juni 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.