Jadi basecamp siswa yang bolos
Letaknya yang strategis membuat rumah saya sering dijadikan tempat membolos para siswa SMP negeri yang ada di seberang. Kadang, para siswa ini beralasan enggan mengikuti pelajaran karena malas bertemu gurunya. Bahkan, sesekali ada juga di antara mereka yang mencuri-curi waktu sambil merokok di belakang rumah saya.
Pernah suatu hari guru SMP tersebut menggerebek rumah saya, lho. Kan orang tua saya jadi nggak enak sama gurunya. Takutnya dikira orang tua saya mengajari para siswa ini membolos. Padahal ibu saya sebenarnya juga risih dengan kehadiran mereka, sih.
Banyak sampah
Lantaran dijadikan area parkir dadakan dan basecamp membolos para siswa, rumah saya jadi ramai. Biasanya keramaian terjadi saat jam berangkat sekolah, jam istirahat, dan jam pulang sekolah. Para siswa ini kadang membuang sampah sembarangan di sekitar rumah saya. Mending kalau beli jajannya di warung ibu saya, lha seringnya beli jajannya di warung kelontong lain. Beli jajannya di mana, buang sampah di mana. Duh.
Berisik
Kalau risiko yang satu ini memang nggak bisa dimungkiri. Punya rumah dekat sekolahan, contohnya rumah saya yang berseberangan dengan SMP negeri, memang harus tebal telinga. Sejujurnya, saya paling nggak suka kalau ada siswa yang ke sekolah naik motor dengan knalpot bobokan. Saya pernah kebangun saat sedang asyik-asyiknya tidur siang. Mau saya marahin, tapi kasihan. Kalau nggak dimarahin, kok para siswa itu makin kurang ajar.
Nggak punya privasi
Saya sudah bilang kan kalau rumah saya sering jadi tempat parkiran para siswa SMP negeri yang membawa motor ke sekolah? Nah, gara-gara parkiran motor ini saya dan anggota keluarga lainnya jadi nggak punya privasi.
Kebetulan toilet saya terletak di belakang rumah dan hanya disekat dengan bilik bambu. Suatu ketika, saya sedang buang air besar, eh, tiba-tiba ada segerombolan siswa datang sepertinya hendak mengambil motor mereka yang diparkir di belakang. Alhasil saya nggak bisa cebok sampai mereka pergi.
Selain itu, saya juga merasa canggung kalau menjemur pakaian, apalagi daleman. Duh, mosok jadi tontonan para siswa yang nongki di belakang, sih? Beneran deh, saya seperti nggak memiliki ruang gerak sama sekali meski di rumah sendiri.
Itulah beberapa penderitaan yang saya alami selama ini. Satu hal yang membuat saya tetap bertahan tinggal di sini adalah karena melihat kesabaran bapak ibu saya yang cuma bisa menghela napas dan tersenyum melihat tingkah para siswa yang aneh dan nyeleneh.
Kalau kalian tinggal di mana, Gaes? Apa penderitaan yang kalian rasakan?
Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 3 Derita Punya Rumah di Gang Kecil.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.