Demi menjawab polemik minyak goreng, Megawati rela turun gunung. Bukan dengan membawa ribuan karton minyak goreng, tapi dengan mengadakan demo masak. Meskipun dicibir setengah mati, tapi inilah sebaik-baiknya solusi dari negara.
Apa yang biasa dilakukan ibu rumah tangga masa kini? Selain menggoreng, tentu mereka menjadi MVP dari sebuah rumah tangga. Kalau waktu senggang, biasanya sih ibu rumah tangga saling share resep masakan. Selain membangun komunikasi sesama garda depan rumah, para ibu rumah tangga juga memperluas khazanah perkulineran rumahan.
Ternyata tren sharing resep tidak hanya berhenti di ibu-ibu yang biasa kita temui di kompleks perumahan. Ibu-ibu yang biasa nongki di kantor pusat partai juga ikut meramaikan tren kulineran ini. Siapa lagi kalau bukan Megawati Soekarnoputri, mamak banteng dan mantan presiden yang mirip-mirip Imu-sama di One Piece.
Karena kita bicara Megawati Soekarnoputri, tentu sharing resepnya beda level dengan ibu kita. Bukan via grup WhatsApp atau Facebook, tapi dengan livestream demo masak yang bisa disimak seluruh bunda Indonesia. Ya jangan kaget, bikin demo masak itu perkara sepele untuk blio. Toh, minta jatah menteri saja bisa kok, apalagi cuma bikin demo masak.
Alasan di balik demo masak Bu Mega juga tidak sepele. Bukan demi mengobati krisis eksistensi yang sering dialami ibu rumah tangga. Semata-mata demi stabilitas bangsa dan negara. Demo masak ini diharapkan bisa meredam polemik akibat krisis minyak goreng. Megawati rela turun ke lapangan untuk membuka mata ibu-ibu bahwa memasak bisa tanpa minyak goreng.
Melihat Bu Mega rela melakukan demo masak membuat saya berpikir dua hal. Pertama, saya kok jadi teringat Sisca Soewitomo, ratu boga Indonesia yang sering muncul di Indosiar. Sama-sama short hair, sih. Kedua, saya makin yakin bahwa solusi negara dari setiap masalah ya itu-itu saja.
Memang, Bu Mega tidak secara langsung menjadi bagian pemerintahan. Tapi seperti yang saya bilang, Bu Mega itu seperti Imu-sama. Maka apa yang kini disuarakan Megawati, sedikit banyak ikut menyinggung negara. Nah, model demo masak ala Megawati ini adalah bukti jelas negara selalu memberi solusi yang mirip cara pikir MC acara gathering. Solusinya hanya sekelas ice breaking.
Perkara minyak goreng, kita sudah menjadi saksi betapa negara kecolongan oleh para penimbun. Harga minyak goreng yang menjadi bagian dari sembako ini bisa dipermainkan tanpa intervensi nyata. Padahal jika bicara sembako, negara bertanggung jawab kepada rakyat secara langsung. Sembako yang jadi kebutuhan pokok masyarakat (katanya) harus dilindungi negara.
Lha kok harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng kemasan malah dicabut. Alasannya demi menjaga distribusi di pasaran. Akhirnya harga minyak meroket dan melahirkan polemik. Polemik inilah yang sedang dijawab Megawati dengan demo masaknya. Mungkin karena sudah jadi partai terbesar di pemerintahan, demonya demo masak. Kalau masih oposan, pasti demonya demonstrasi di depan istana negara.
Demo masak Bu Mega ini memang khas negara banget. Polemik dijawab dengan model-model publicity stunt. Ancaman Covid-19 dijawab dengan membayar influencer. Kritik kepada IKN dijawab dengan membawa tanah dari setiap daerah. Lonjakan angka positif Covid-19 dijawab dengan main level PSBB. Konflik di Wadas dijawab dengan main polisi-polisian.
Jadi jangan kaget kalau minyak goreng langka dijawab dengan demo masak tanpa minyak. Besok jika bahan bakar langka, nanti akan ada demo menggunakan mobil berbahan bakar air kelapa. Atau jika perang dunia ketiga di ambang pintu, akan ada webinar bertema tenggang rasa ke tentara Rusia.
Tapi segala solusi di atas itu bukti Bu Mega berani berpikir out of the box. Alias di luar kotak yang bernama bangsa dan negara. Tidak ada operasi besar-besaran memburu penimbun minyak. Tidak ada sidak ke gudang distributor. Yang ada malah memberi ruang bagi mantan presiden untuk mengajak rakyat meninggalkan minyak goreng.
Ya gimana lagi. Jika ada masalah, solusi paling enak hanyalah memindahkan masalah. Jika masalahnya pandemi, pindah saja ke urusan pariwisata. Jika masalahnya adalah mafia minyak goreng, pindah saja masalahnya ke urusan kreativitas ibu rumah tangga. Mudah, bukan?
Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Audian Laili