Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Dear Wiraswasta, Mau Jualan Laris tapi Pelayanan Kok Tidak Ramah?

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
21 November 2019
A A
Dear Para Pewirausaha, Mau Jualan Laris tapi Pelayanan kok Tidak Ramah?
Share on FacebookShare on Twitter

Pada suatu hari bertepatan dengan jam makan siang, saya bersama dengan beberapa teman memutuskan untuk membeli sate yang lokasinya kedainya berada tidak jauh dari kantor. Menurut informasi dari beberapa rekan, rasa satenya betul-betul enak—baik dimakan dengan bumbu kacang maupun kecap. Tanpa ragu, saya langsung bergegas menuju lokasi yang dimaksud.

Kala itu saya beserta teman yang lain sedang kurang beruntung, karena jika dilihat dari panjangnya antrean dan banyaknya pengunjung yang datang di kedai sate tersebut, tidak diragukan lagi, kemungkinan besar rasanya memang enak. Bagi saya dan beberapa teman, tolok ukur suatu kedai makanan memiliki cita rasa yang enak atau tidak, dinilai dari ramai serta padat atau tidaknya pengunjung di tempat tersebut.

Sederhananya, selain mereka yang penasaran dan baru kali pertama datang untuk mencoba, pasti beberapa di antaranya ada pelanggan tetap. Biar pun begitu, bukan berarti tempat makan yang sepi pengunjung berarti rasa makanannya tidak enak sama sekali. Barangkali perbedaannya ada pada selera.

Tanpa pikir panjang, akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke tempat makan lain yang lebih sepi. Tanpa ditanya terlebih dahulu menu apa yang dipesan, saya memesan pecel lele dan beberapa teman lain memesan soto lamongan. Perasaan saya sudah tidak enak sedari awal karena pemilik kedai memasang wajah ketus dan tidak ramah. Namun, karena sedang lapar, saya lebih memilih fokus untuk makan. Setelah menunggu beberapa menit, hidangan pun disajikan.

Memang, makan pecel lele itu akan lebih nikmat menggunakan tangan, tapi kala itu saya butuh sendok dan garpu untuk mempercepat tempo makan, selain lele gorengnya masih sangat panas. Saat meminta sendok dan garpu, dengan nada ketus Ibu pemilik warung berkata, “Namanya juga baru digoreng ya panas toh, Mas”. Perkataan itu memang betul, tapi rasanya tidak perlu diucap kepada pelanggan yang…. sedang lapar seperti saya—apalagi dengan ekspresi wajah yang ketus.

Spontan saya langsung mangkel dan ngebatin, “Jangan-jangan kedainya sepi pengunjung karena pemiliknya ketus”. Beberapa teman yang lain tetap menikmati menu makanannya masing-masing dan baru berani cerita saat keluar kedai. “Sabar, Bro. Ibu di situ emang ketus, sayang banget padahal makanannya enak”, kata mereka meng-amin-i mangkelnya saya.

Saya atau banyak pelanggan lain mungkin tidak gila hormat, juga tidak gila disapa saat berkunjung ke suatu tempat makan. Sebagai pelanggan, saya pun tidak pernah semena-mena atau menganggap diri saya sebagai raja. Tapi, jika mendapatkan pelayanan yang ramah, tentu pelanggan akan lebih senang dan nyaman. Minimal mendapat senyum dan sapaan ramah dari para pegawainya—atau pemilik kedai. Sayangnya, tidak semua pegiat usaha menyadari hal tersebut.

Bukan sekali-dua kali saya merasakan hal serupa—entah di tempat yang sama atau berbeda—rasanya tidak nyaman saat baru saja tiba di suatu tempat makan, bukannya disapa malah mendapat ekspresi yang seakan murka. Awalnya saya pikir, mungkin pemilik kedai sedang tidak mood atau ada masalah, tapi setelah berkunjung beberapa kali, pelayanan masih sama—ketus. Padahal, tidak sedikit pula yang memiliki menu dengan cita rasa paripurna. Jika sudah seperti itu, sama saja seperti menyia-nyiakan potensi keuntungan yang ada.

Baca Juga:

QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Warung Prasmanan Sebaik-baiknya Cara Tempat Makan Menyajikan Makanan, Jangan Sampai Punah

Oleh karena itu, saya menjadi semakin paham saat di beberapa cafe atau restoran ada biaya service tambahan (service charge), sebab mereka memang betul-betul memerhatikan pelayanan kepada para pelanggan dengan cara yang sangat baik.

Jika ada yang berkata, “Halah, itu kan di cafe atau restoran, masa mau dapat hal yang sama ketika makan di kedai pinggir jalan?”.

Saya pikir, justru itu kenapa paling tidak pelayanan menjadi salah satu hal penting saat berwirausaha. Sebab, jika rasa dari menu yang ada belum bisa bersaing dengan tempat lain, paling tidak pelayanan kepada para pelanggan terbilang baik. Tidak sedikit, kok, pelanggan tetap yang terus kembali karena alasan pelayanannya baik dan ramah sehingga membuat nyaman. Hal ini juga berlaku bagi pegiat usaha dalam berbagai bidang—tidak hanya kuliner.

Jika pelayanan sudah baik, saya pikir, para pegiat usaha tidak perlu khawatir kehilangan atau kekurangan pelanggan. Rasa bisa menyesuaikan selera, tapi pelayanan akan selalu melekat dalam ingatan.

BACA JUGA Jangan Pesan Air Putih Gratisan saat Makan di Warung atau tulisan Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 21 November 2019 oleh

Tags: makanpelayananwarung
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

Penjaga Warung Madura Membeberkan 5 Hal Sepele yang Menentukan Kesuksesan Warung Mojok.co

Penjaga Warung Madura Membeberkan 5 Hal Sepele yang Menentukan Kesuksesan Warung

26 September 2025
3 Hal yang Bikin Makan Bakso di Rumah Terasa Jauh Lebih Nikmat terminal mojok

3 Hal yang Bikin Makan Bakso di Rumah Terasa Jauh Lebih Nikmat

10 Desember 2021
Pelayanan Adminduk Surabaya Pantas Diacungi Jempol, dan Bikin Daerah Lain Makin Iri dengan Surabaya jogja kuliah di Jogja

Pelayanan Adminduk Surabaya Pantas Diacungi Jempol, dan Bikin Daerah Lain Makin Iri dengan Surabaya

28 Januari 2024
Hal Paling Menyebalkan Saat Makan Mi Ayam yang Jarang Kita Sadari terminal mojok

Hal Menyebalkan Saat Makan Mi Ayam yang Jarang Kita Sadari

8 November 2021
10 Istilah Makan dalam Bahasa Jawa dari Ngemrus hingga Nguntal Terminal Mojok

10 Istilah Makan dalam Bahasa Jawa dari Ngemrus hingga Nguntal

17 Juni 2022
Ini Ciri-ciri Warung Mi Ayam Enak di Jogja terminal mojok.co

Ciri-ciri Warung Mi Ayam yang Enak di Jogja

4 Oktober 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.