MR DIY dikenal sebagai toko yang menyediakan berbagai macam keperluan rumah tangga. Mulai dari alat kebersihan, pernak-pernik lucu, mainan hingga peralatan listrik, semua ada di MR DIY. Berdasarkan informasi di website resminya, MR DIY memiliki lebih dari 1.100 toko di Indonesia dan 4.000 toko di dunia yang tersebar di 13 negara.
Toko yang punya tagline “Always Low Prices” ini juga dikenal karena jingle-nya yang nempel banget di kepala. Hampir semua orang yang pernah ke MR DIY, meski hanya sekali, pasti pulang dengan oleh-oleh jingle yang terus muter di kepala.
Namun, sepertinya MR DIY perlu mengevaluasi ulang satu bagian dari jingle mereka. Yaitu, pada lirik yang berbunyi, “Ini ada, itu ada”. Okelah, mereka punya stok barang mencapai ribuan, tapi percuma “ini ada itu ada” kalau kursi tunggu saja nggak punya!
MR DIY harus tahu pentingnya kursi tunggu
Jadi begini. Kita semua tahu bahwa yang namanya masuk ke MR DIY itu jarang bisa sebentar. Soalnya begitu banyak barang di MR DIY yang bikin hati penasaran.
Iya sih awalnya cuma mau mampir beli selotip, tapi entah bagaimana kita terpental ke lorong mainan, lalu ke lorong organizer, bahkan ke rak-rak pertukangan. Padahal butuh alat pertukangan aja nggak. Ya namanya orang penasaran gimana, sih?
Menjelajah MR DIY makin makan waktu manakala kita datangnya bareng anak atau keponakan perempuan. Energi ciwi-ciwi itu, lho, seolah tak pernah habis untuk men-screening semua barang yang dipajang di MR DIY. Tak ketinggalan, pekikan khas tertahan ala mereka, “Ihhh, lucukkk!!”, yang diucapkan dengan mata berbinar.
Karena tak bisa sebentar ini, yang kena tulah adalah yang berperan sebagai juru antar. Mau diikutin, capek. Mau duduk juga di mana? Nggak ada kursi tunggu di MR DIY. Akhirnya? Berdiri mematung sambil mata tetap mengawasi gerak-gerak si bocil.
Saya sendiri pernah lho berada di titik lelah ngikutin arah perginya anak perempuan saya di MR DIY. Akhirnya? Duduk di pinggiran tangga. Bukan tangga yang dijual, ya. Tangga lantai, kok. Kebetulan MR DIY di tempat saya ada tangga menurun, menuju ke arah lorong alat tulis dan pecah belah.
Ya sudah, saya duduk saja di situ. Ndempes, kalau kata orang Tegal. Alias, duduk sendirian di pojokan kek orang ilang.
Lahan sudah memungkinkan
Sebetulnya nggak ada alasan MR DIY tidak menyediakan kursi tunggu untuk para juru antar. Rata-rata, sisi depan MR DIY punya space kosong selebar kurang lebih 2–3 meter sebelum masuk pintu toko. Jadi, bisalah dimanfaatkan untuk meletakkan kursi tunggu. Sehingga para juru antar ini tidak perlu lagi harus kesemutan karena berdiri terlalu lama saat menunggu, ataupun ngedeprok di tangga kayak saya.
Memang berdasarkan pengalaman saya beberapa kali ke MR DIY, nasib para orang dewasa yang cuma nganter istri, anak, atau keponakan belanja di MR DIY memang cukup menyedihkan. Bagi yang kuat mental, biasanya akan ikut masuk ke dalam. Pura-pura lihat barang, biar lupa waktu.
Tetapi bagi yang sudah hafal betapa di MR DIY ini seseorang tak pernah bisa sebentar, biasanya akan memilih untuk menunggu di luar, duduk di atas jok motor. Masalahnya, duduk di atas jok motor sambil parkir itu rawan banget disalahpahami. Tukang parkir bisa saja memberi tatapan bombastic side eye, seolah-olah kita sedang melakukan manuver licik untuk menghindari bayar parkir. Padahal sumpah, bukan itu ceritanya. Cuma pengin duduk. Itu aja.
Fasilitas di kursi tunggu
Maka, alangkah bahagianya jika kursi tunggu masuk sebagai SOP yang wajib ada di setiap toko MR DIY. Lebih bahagia lagi kalau kursi tunggunya tidak hanya tersedia di luar toko, tapi juga di dalam. Jadi, yang mau nunggu sambil sebat bisa duduk di luar, sementara yang mau nunggu sambil ngadem bisa duduk di dalam.
Kalau MR DIY mau, menyediakan kursi tunggu juga bisa berpotensi cuan. Misalnya, dengan menyediakan kopi seduh di area kursi tunggu. Jadi, yang mau berburu barang bisa puas eksplor sak’mblengere, tim penunggu bisa tetap chill sambil ngopi, sementara MR DIY bisa dapat tambahan pemasukan. Win win solution, kan?
Kalau mau naik level lagi, bisa tuh tambahkan sedikit hiburan untuk batita di area tunggu. Misalnya, sediakan mobil-mobilan statis yang bisa gerak kalau dimasukkan koin. Supaya batita yang ke sana juga bisa ikut merasakan kegembiraan di MR DIY, nggak cuma emaknya atau kakaknya doang.
Dengan catatan, ketika koin tersebut dimasukkan, tolong, lagu yang keluar lagu anak-anak saja, jangan jingle MR DIY. Sudah cukup jingle itu menghantui telinga umat manusia. Tolong jangan ditambah penderitaannya. Kami orang dewasa, belum siap jika tiba-tiba, lagu pertama yang dihafal oleh bayi adalah… MR DIY ada aja idenya~
Jadi, kapan nih kursi tunggu jadi bagian dari SOP di MR DIY?
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 5 Dosa MR DIY yang Nggak Bisa Diampuni, Bikin Pelanggan Kapok Datang Lagi.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















