Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Media Sosial

Dari Friendster Sampai Instagram: Mixtape Nostalgia Media Sosial dari 10 Tahun Lalu

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
2 Desember 2020
A A
Dari Friendster Sampai Instagram: Mixtape Nostalgia Media Sosial dari10 Tahun Lalu terminal mojok.co

Dari Friendster Sampai Instagram: Mixtape Nostalgia Media Sosial dari10 Tahun Lalu terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Kali pertama saya mengenal media sosial adalah saat SMP. Berawal dari pertanyaan seorang teman perempuan yang saya sukai di sekolah, “Kamu punya (akun) Friendster nggak?” akhirnya saya langsung tancap gas dan segera mencari tahu bagaimana cara membuat sekaligus memainkan Friendster.

Percayalah, pada masanya, main media sosial itu masih terbilang langka. Selain hape belum dilengkapi dengan internet, kalau mau online atau login ke media sosial apa pun harus ke warnet terlebih dahulu. Satu jamnya kisaran Rp2.000-Rp3.000. Dan sering kali satu jam itu nggak cukup untuk sekadar berselancar di media sosial.

Perlahan tapi pasti, beberapa hape mulai meningkatkan fitur dan berinovasi. Pada banyak merek, sudah dilengkapi oleh Opera Mini, mesin pencari internet yang membuat kita bisa mengakses media sodial melalui hape.

Saya pikir, cikal bakal dan awal mula kebanyakan orang lebih suka mengakses media sosial berawal dari sini. Lantaran tidak lama setelahnya, kisaran tahun 2008-2009, media sosial baru mulai bermunculan. Facebook dan Twitter menjadi dua pelopor di antaranya.

Pada proses pengembangan dan penggunaannya, bahkan sampai dengan saat ini, banyak perubahan yang terjadi. Baik dari sisi pengguna, maupun dari platformnya masing-masing.

Mari kita mulai dari Facebook.

Awal mulanya, postingan di Facebook hanya berupa update status, curhat, kata motivasi, sampai dengan kumpulan foto dari para pengguna yang bergaya sambil memonyongkan mulut, memonyongkan mulut sambil menempelkan tangan dengan membentuk simbol “peace”, atau membentuk “duck face”. Sebagian generasi mengategorikan hal tersebut sebagai proses menuju dewasa ala Raditya Dika. Sebagaimana yang ia sebutkan pada salah satu materi Stand Up Comedy-nya.

Tidak lama setelah Facebook eksis, Twitter hadir sebagai kompetitor. Siapa yang menduga sebelumnya bahwa Twitter akan menarik seperti sekarang ini. Dari yang sebelumnya hanya menyediakan 140 karakter untuk setiap postingannya, kini diperbanyak menjadi dua kali lipat. Tidak kurang, tidak lebih.

Baca Juga:

4 Jasa yang Tidak Saya Sangka Dijual di Medsos X, dari Titip Menfess sampai Jasa Spam Tagih Utang

Drama Cina: Ending Gitu-gitu Aja, tapi Saya Nggak Pernah Skip Menontonnya

Saya cukup yakin, para pengguna Twitter, secara otomatis akan mengenang saat disebut atau melihat tulisan: Tweetdeck, Ubertwitter, Twitter for Blackberry, dan Twit longer.

Selanjutnya Instagram. Platform yang satu ini menawarkan sensasi lain. Awalnya hadir dan dianggap sebagai album foto dalam bentuk digital oleh kebanyakan penggunanya. Sampai akhirnya, kini semua orang bisa memaksimalkan platform ini untuk mengais rezeki dan menjadi salah satu opsi dari sekian banyak profesi. Kita mengenalnya dengan istilah selebgram.

Path hadir di tengah-tengah persaingan antara Facebook, Twitter, dan Instagram. Niat awalnya mungkin ingin menjadi pembeda dengan segala fitur yang diciptakan. Namun, nyatanya, usia platform ini terbilang tidak lama dan hanya dianggap sebagai penggabungan dari kompetitor seniornya. Jumlah pertemanan pun dibatasi.

Nasib antara Path dan Plurk sebetulnya beda-beda tipis. Hanya saja, Plurk tidak terlalu tenar dan seakan sulit mengembangkan eksistensi. Sejak awal membuat akun Plurk dan mencoba mengotak-atik segala fiturnya, secara keseluruhan, bagi saya kurang ramah pengguna. Cukup sulit untuk dioperasikan dibanding para kompetitornya. Barangkali, Plurk memang punya idealisme sendiri.

Secara keseluruhan, saat ini banyak perubahan yang terjadi. Apa pun platform media sosialnya. Beberapa hal yang diposting oleh para pengguna semakin brutal dan serampangan. Mulai dari hate speech, hoaks, foto atau video kekerasan, pornografi, rasis, dan hal lainnya yang berpotensi mencederai nilai kemanusiaan. Makanya, nggak heran kalau setiap platform semakin membutuhkan banyak konten moderator untuk mengawasi segala sesuatu yang diposting oleh para pengguna.

Hal yang sedikit mengganggu pikiran saya, sebetulnya ada pada fitur story yang kini hampir ada di semua platform media sosial. Semuanya. Maksud saya, memang harus semua-muanya gitu?

Padahal, niat awal saya, mungkin juga sebagian pengguna media sosial lainnya, punya berbagai akun media sosial itu biar bisa mendapatkan sensasi dan hal berbeda saat login di berbagai platform. Kalau fiturnya diseragamkan gini sih, ujung-ujungnya malah terdistraksi lagi oleh story.

Khusus untuk Twitter, alih-alih menambah fitur edit twit, entah kenapa malah menambah fitur fleets, semacam story yang dimiliki oleh Facebook juga Instagram. Tolong dipahami. Para pengguna Twitter lebih butuh fitur edit twit dibanding story-story-an gitu.

BACA JUGA Alasan Kenapa Kita Pelan-Pelan Perlu Meninggalkan Instagram dan artikel Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 7 November 2021 oleh

Tags: FriendsterinstagramMedia Sosial
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

Kisi-kisi Menjadi Open Minded Menurut Rakyat Twitter yang Terhormat terminal mojok.co

Alasan Terselubung Seseorang Bikin Akun Alter di Media Sosial

7 Maret 2020
Quora Media Sosial Paling Nggak Toxic yang Pernah Saya Coba, Bikin Betah Mojok.co

Quora Media Sosial Paling Nggak Toxic yang Pernah Saya Coba, Bikin Betah

21 Mei 2025
Kebahagiaan dan Merasa Eksis di Media Sosial Saat Mention Dibalas oleh Tokoh Idola

Kebahagiaan dan Merasa Eksis di Media Sosial Saat Mention Dibalas oleh Tokoh Idola

4 Desember 2019
admin media sosial

Jangan Jadi Admin Media Sosial Jika Belum Kuat Tirakat

3 Juli 2019
Society of Spectacle

Jadilah Society of Spectacle yang Baik dan Tidak Meresahkan

24 September 2019
merdesa

Merdesa, Indonesia

6 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba! (Pixabay)

3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba!

18 Desember 2025
Bali, Surga Liburan yang Nggak Ideal bagi Sebagian Orang

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

19 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier
  • Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya
  • Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu
  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.