Ingin bisa kesurupan adalah salah satu keinginan yang paling aneh yang pernah ada. Ketika anak lain ingin menjadi pilot, tentara, ingin kaya raya, ingin punya motor, punya mobil, saya malah ingin kesurupan. Entah apa yang menyebabkan saya ingin sekali bisa kesurupan. Saya juga tidak tahu pasti. Namun yang jelas, ada hal yang keren, sangar, yang saya lihat ketika orang lain kesurupan. Ya meskipun sebenarnya kasihan melihat orang lain seperti itu. Sudah mah tidak sadar, guling-guling ke sana-sini, teriak-teriak tidak jelas, eh pas sadar badan sakit-sakit semua. Itu kata orang yang pernah mengalami.
Sebenarnya, kesurupan yang saya maksud itu bukan yang tiba-tiba, tetapi yang disengaja. Ya mirip seperti mediator acara hantu, lah, tapi ini buat senang-senang saja. Ceritanya begini, di lingkungan tempat saya tinggal, ada tren yang cukup digemari anak-anak seusia saya. Ya kira-kira anak usia 12-15 tahun, lah. Tren itu adalah tren kesurupan. Maklum, saat itu kesenian “Bantengan” juga sedang naik daun dan banyak dari kami yang ikut. Nah, berhubung kesenian “Bantengan” ada beberapa adegan kesurupan, maka ikut lah hal ini menjadi tren di lingkungan saya.
Awalnya, saya merasa takut melihat teman-teman saya yang kesurupan. Ada yang kemasukan “Banteng Tanduk Kerbau”, ada yang kemasukan “Macan Putih”, pokoknya mulai dari yang wajar sampai yang aneh lah. Mereka benar-benar kesurupan seperti biasanya, ya badannya kaku, tatapannya tidak jelas, bahkan sampai makan bunga kenanga dan makan dupa. Hebatnya lagi, proses memasukkan setan ke dalam tubuh itu dilakukan sendiri, tanpa bantuan orang lain. Mereka tinggal duduk bersila, memejamkan mata, dan this is it, setan sudah masuk. Beberapa dari mereka juga mengeluarkan setannya sendiri. Santai saja, seperti bukan sesuatu yang serius gitu.
Saya yang awalnya takut melihat orang kesurupan di depan mata, tiba-tiba menganggap hal itu keren. Ya keren saja gitu, kita dimasuki oleh banteng, macan, atau hewan-hewan lain yang kerap bersinggungan dengan setan. Bahkan, saat itu standar keren anak usia 12-15 tahun di lingkungan saya adalah mereka yang bisa dan mampu kesurupan seperti itu. Apalagi yang sudah ikut kesenian “bantengan”, itu sudah paling keren pokoknya. Kebetulan saya dilarang keras ikut kesenian “Bantengan”. Musyrik, kalau kata ibu saya. Maklum, ibu orangnya syariah banget dan kebetulan kurang percaya takhayul seperti itu.
Semula memang saya anggap keren, hingga suatu saat ada keinginan dalam diri saya untuk bisa kesurupan. Saya tanya saja sama teman saya, bagaimana caranya biar bisa kesurupan. Kata teman saya, kalau mau seperti itu salatnya (ibadahnya) harus rajin setidaknya selama 40 hari. Saya agak heran waktu itu, dua hal ini kan kontradiktif. Namun, berhubung saya waktu itu masih polos, saya nurut saja untuk melakukannya. Orang tua saya bahkan sampai agak kaget melihat saya yang biasanya malas-malasan disuruh salat, tiba-tiba rajin sekali. “Tumben belum disuruh sudah mau salat?!” kata orang tua saya setengah bercanda.
Hari yang saya tunggu akhirnya tiba. Setelah 40 hari melakukan syarat rajin salat, siang itu saya menemui teman saya di kebun apel yang ada di belakang rumahnya. Di gubuk tempat para petani biasanya beristirahat, beberapa teman saya sudah berkumpul. Saya datang dan langsung bilang bahwa saya sudah melakukan syarat dari mereka dan saya siap untuk kesurupan. Teman saya langsung menyuruh saya untuk duduk bersila di depan gubuk dan mengosongkan pikiran. “Aku saja yang memasukkan setannya,” kata teman saya. Saya nurut saja dan tetap duduk bersila, mata terpejam, dan pikiran kosong, sementara teman saya membantu dari belakang.
Lima menit berlalu, tidak terjadi apa-apa. Sepuluh menit, saya sudah mulai risau, kok saya belum kesurupan juga. Lima belas menit lebih, saya sudah capek dan bertanya pada teman saya: mengapa saya belum juga kesurupan? Alasan teman saya waktu itu badan saya susah, sehingga setannya tidak mau masuk. Saya mau tidak mau menerimanya, dan sedikit menyesal tidak bisa kesurupan seperti teman-teman lainnya.
Sekarang, kalau dipikir-pikir lagi tentang apa yang pernah saya lakukan, pasti akan terdengar aneh. Jangan-jangan teman saya waktu itu bohong ketika kesurupan. Atau jangan-jangan teman saya tidak benar-benar membantu saya ketika saya ingin sekali kesurupan. Ah, sudahlah, toh saya juga sudah dewasa dan tidak polos lagi. Percuma juga masih ingin kesurupan. Lha wong kondisi sadar saja kelakuan saya sudah kayak setan.
BACA JUGA Di Mata Sains, Kesurupan Bukan Perkara Menyeramkan dan tulisan Iqbal AR lainnya.