Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Musik

Dangdut Koplo di Kalangan Pemuda: Sempat Dianggap Norak, Sekarang Malah Semarak

Iqbal AR oleh Iqbal AR
15 Agustus 2019
A A
Penyambutan Tokoh Ormas Boleh, Konser Musik Harusnya Juga Boleh, dong? terminal mojok.co

Penyambutan Tokoh Ormas Boleh, Konser Musik Harusnya Juga Boleh, dong? terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Sejak munculnya pada awal tahun 2000 an, dangdut koplo sudah mendapat hadangan dari beberapa praktisi dangdut nusantara. Sebut saja Rhoma Irama yang sempat menganggap dangdut koplo bukan bagian dari musik dangdut, sampai perseteruan Rhoma Irama dengan Inul Daratista yang dianggap menodai musik dangdut. Mulai dari goyangan yang tidak senonoh, hingga lirik-lirik yang dianggap tidak pantas menjadi dalih ketidaksukaannya terhadap musik ini.

Terlepas dari ketidaksukaan Raja Dangdut terhadap dangdut koplo, sub-genre ini ternyata menyebar lebih cepat dan lebih mudah diterima. Kultur masyarakat pesisir dan kelas bawah menjadi pasar yang empuk bagi dangdut koplo. Mengingat lirik-lirik yang digunakan berkutat tentang masalah tidak punya uang, ditinggal menikah, hingga sakit hati. Kedekatan ini yang membuat dangdut koplo cepat mengambil hati para pendengarnya. Namun genre musik ini tidak mudah mendapat atensi dari anak-anak muda, terlebih lagi anak-anak muda perkotaan.

Dangdut koplo masih dianggap sebagai musik kaum pinggiran dan musik kelas bawah oleh beberapa anak-anak muda perkotaan. Anggapan yang norak, katrok, dan tidak keren menjadi dalih mengapa tidak banyak anak muda yang menyukai dangdut koplo. Meskipun banyak mendapat cacian atau hujatan dari banyak anak muda, dangdut koplo bisa dipastikan terselip di salah satu playlist mereka. Setidaknya itulah yang terjadi dengan teman saya, sebut saja namanya Freddie.

Di lingkungannya, Freddie terkenal dengan gayanya yang sok keren. Mulai dari baju, celana, sepatu, hingga daftar lagu yang hanya dia yang tahu. Freddie tak pernah terlihat biasa-biasa saja. Gayanya selalu paling nyentrik diantara kami. Kalau tidak nyentrik, setidaknya beda sendiri lah sama kami. Urusan penampilan, Freddie cukup pilih-pilih. Dia hanya mau pakai baju, kaus atau celana yang mereknya paling dianggap keren dan edgy. Saya juga nggak tahu apa maksudnya.

Untuk urusan musik, Freddie lebih keras lagi. Semenjak naiknya band-band independen tanah air ke permukaan, Freddie menjadi lebih pilih-pilih soal musik. You name it lah nama-nama bandnya. Freddie bahkan sudah tidak mau lagi mendengarkan band-band dari label besar. Meskipun saya yakin, satu atau dua lagu dari band-band label besar masih sesekali didengarkannya secara diam-diam.

Kalau musik dangdut, Freddie mungkin lebih parah. Dia tak hanya benci sub-genre dangdut koplonya seperti Rhoma Irama dulu. Dia bahkan membenci dangdutnya, langsung ke akarnya. Tak ada alasan yang pasti mengapa Freddie membenci dangdut, apalagi dangdut koplo. Meski tak sampai membenci yang parah, di lingkungan kami Freddie memang terkenal paling benci dengan dangdut. Seperti ketika saya dan Freddie sedang naik motor di jalan, kami melewati sebuah lapangan yang sedang ada orkes dangdut. Freddie langsung bilang, “ndeso banget sih mereka.”

Kelakuan Freddie malah mengesankan bahwa adanya dikotomi sosial antara pendengar band-band independen, dengan pendengar dangdut koplo. Meskipun pada kenyataannya memang ada, tapi ya mbok dilebur dikotominya. Jangan malah dijauhkan lagi.

Tapi akhirnya Freddie menyerah juga. Beberapa minggu lalu, Freddie akhirnya “berkenalan” dengan musik dari dua orang DJ yang suka meremix lagu-lagu pop rock jadi musik koplo. Entah kena petir dimana, Freddie jadi berubah haluan menjadi pendengar dua orang DJ ini, yang menamakan mereka  . Meskipun gayanya tetap sok keren, soal musik setidaknya Freddie sudah lebih kompromi.

Baca Juga:

5 Pekerjaan yang Bertebaran di Indonesia, tapi Sulit Ditemukan di Turki

Pengalaman Melepas Penat dengan Camping ala Warlok Queensland Australia

Setelah saya lihat beberapa video live dari Feel Koplo, memang benar bahwa mereka ini seperti messiah untuk musik koplo. Bagaimana tidak, biasanya dangdut koplo ditonton oleh bapak-bapak, mas-mas belum mandi, sampai gondes-gondes. Kini dangdut koplo ditonton oleh mas-mas edgy dan mbak-mbak trendy. Ini juga membuat musik koplo dikenal lagi oleh muda-mudi yang lebih luas. Meskipun lagunya hanya sebatas lagu-lagu pop yang diremix jadi koplo.

Bayangin aja, mas-mas edgy dan mbak-mbak trendy datang ke sebuah acara, yang ternyata musiknya dangdut koplo remix. Nggak cuma itu, mereka juga nyanyi dan joget bareng. Seakan-akan dangdut koplo adalah jalan hidupnya. Padahal jika disuruh datang ke acara dangdutan di lapangan yang gratis pun, mereka malah nggak ada yang mau.

Tak hanya Feel Koplo, banyak juga orkes-orkes yang mulai merambah pasar anak muda dengan gayanya masing-masing. Tentu dengan dangdut sebagai akarnya. Ini juga yang membuat Freddie berkompromi dengan dangdut koplo, meskipun dia masih sering ngejekin acara dangdutan dan orang-orangnya dengan kata ndeso.

Padahal kalau dilihat, dangdut koplo kekinian juga nggak jauh beda dengan dangdut koplo pada umumnya. Wong cuma beda tampilan, beda orang-orangnya aja. Lainnya ya sama aja, selama itu masih di ranah dangdut koplo. Bahkan musiknya pun ya sebelas dua belas lah.

Anak-anak muda semacam Freddie ini menjadi sasaran empuk untuk musik-musik seperti Feel Koplo dan kawan-kawannya yang mengandalkan remix-remix lagu pop/rock. Meskipun sejak dulu banyak yang sudah melakukannya dan banyak diputar di acara-acara dangdutan, hingga nikahan. Istilahnya, sebelum ini tenar, mereka sudah mengakar.

Tapi ya kembali lagi, namanya musim pasti berganti. Anggap saja dangdut seperti ini sedang memasuki musimnya. Modal laptop sama mixer saja, nggak perlu gendang, seruling, icik-icik, atau apapun lah. Nggak tahu juga akan bertahan lama atau tidak, meskipun dangdutnya enak banget e bos. Koplonya itu lho, serasa berdosa kalau nggak goyang.

Nikmati dulu lah tahun ini. Joget-joget dulu sepuasnya. Mumpung penontonnya keren-keren. Mumpung panggungnya lagi banyak. Siapa tahu tahun depan sudah jarang lagi yang seperti ini dan Freddie mungkin juga sudah ganti lagi musiknya. (*)

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) yang dibikin untuk mewadahi sobat julid dan (((insan kreatif))) untuk menulis tentang apa pun. Jadi, kalau kamu punya ide yang mengendap di kepala, cerita unik yang ingin disampaikan kepada publik, nyinyiran yang menuntut untuk dighibahkan bersama khalayak, segera kirim naskah tulisanmu pakai cara ini.

Terakhir diperbarui pada 4 Februari 2022 oleh

Tags: anak mudadangdut koploIndonesiaKearifan LokalMusikTren Masa Kini
Iqbal AR

Iqbal AR

Penulis lepas lulusan Sastra Indonesia UM. Menulis apa saja, dan masih tinggal di Kota Batu.

ArtikelTerkait

Mustahil Oasis dan Duo Gallagher Reuni, tapi 'I Said Maybe' noel gallagher liam gallagher terminal mojok.co

Mustahil Oasis dan Duo Gallagher Reuni, tapi ‘I Said Maybe’

8 Oktober 2020
Filosofi "Lendu'na Salubarani, Tawana Mo Tau To" dalam Kisah LDR Anak Muda Toraja

Filosofi “Lendu’na Salubarani, Tawana Mo Tau To” dalam Kisah LDR Anak Muda Toraja

27 Maret 2020
video klip

Video Klip Lagu Itu Penting Nggak Sih?

8 Juli 2019
Bedah Suzuki Fronx Versi Indonesia, India, dan Jepang: Duel 3 Negara, Siapa Paling Gahar?

Suzuki Fronx Versi Indonesia: Jauh Melampaui India, Negara yang Jadi “Anak Emas” Suzuki

17 Mei 2025
dosen

Sok Lucunya Dosen yang Nggak Lucu

4 Oktober 2019
Tolong, Indonesia’s Next Top Model Jangan Kebanyakan Drama! terminal mojok.co

Tolong, Indonesia’s Next Top Model Jangan Kebanyakan Drama!

24 Desember 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

27 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.