Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Curhatan Seorang Timur yang Menyesal Iri pada Jawa

La Ode Abdul Wahid oleh La Ode Abdul Wahid
28 Mei 2019
A A
indonesia timur

indonesia timur

Share on FacebookShare on Twitter

Terhitung sejak saya menginjak bangku SD barangkali, Jawa selalu dideskripsikan sebagai pusat kemajuan di Indonesia. Jika mau pendidikan bermutu, sekolah ko ke Jawa. Jika mau barang-barang-barang murah, pergi ko beli ke Jawa. Apa-apa harus di Jawa.  Ibu kota negara, penduduk terbesar, presidennya siapa—pasti tidak akan lepas dari Jawa.

Bahkan dalam urusan Pilpres sekali pun, siapa pun calon yang mampu menang di Jawa pasti dia yang jadi presiden. Terbukti kan di 2019? Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua cuma daerah pelengkap pemilu saja.

Indonesia terbentang dari Sabang sampai Merauke. Saya merasa hanya sebagai jargon omong kosong belaka. Ujung-ujungnya pemerintah pusat itu pilih kasih. Jawa saja yang diperhatikan. Bahkan media pun begitu—yang pasti bukan mojok lah.

Bayangkan saja, kalo ada pohon tumbang di Jawa pasti kena liput media. Kalo di Timur, saat ada desa tidak punya listrik, susah dapat air, jalan aspal belum ada. Media mo liput, aduh hanya mimpi—kasihan. Rasanya, pohon tumbang itu lebih penting diberitakan ketimbang nasib rasa nasionalisme orang-orang Timur yang sedikit lagi tumbang akibat kurang diperhatikan.

Saya jadi punya usul di pemilu ke depannya—orang Jawa harus memberi peluang orang Timur dulu untuk mencalonkan diri  jadi presiden. Jangan ada Jawa yang mencalonkan termasuk Prabowo. Siapa tahu kalo presidennya orang Timur bisa jadi kawasan timur nantinya lebih diperhatikan. Tapi kasian Prabowo kalo begitu. Sudah tiga kali gagal bro~  Kalo semua dari Timur yang mencalonkan, bisa-bisa gagal untuk ke empat kalinya tidak terwujud. Kan tidak lucu toh?

Kenapa Jawa lebih maju dari daerah kami? Pertanyaan yang selalu mengiris hati saya. Begitulah akumulusi kejengkelan saya. Saya mengaku sangat iri pada Jawa. Coba seandainya pembangunan kawasan Timur semaju di Jawa—mana mungkin RMS dan OPM mau berontak. Sudah sejahtera kok, apa artinya mo angkat senjata.

Jadi kepada Pemerintah Pusat, kalo mo lawan OPM tidak mesti pake senjata melulu—cukup sejahterakan rakyat Papua. Kalo jalan sudah dibangun, terus gerakan bersenjata masih ada. Berarti jalan yang dibangun belum cukup bikin sejahtera rakyat Papua.

Emas, Nikel, Aspal dikais dari tanah kami. Puluhan tahun lamanya digarap. Hasilnya mana? Kok pembangunan belum nampak. Pasti hasilnya semua lari ke Jawa—itu anggapan  saya.

Baca Juga:

Kalio Disangka Rendang Adalah “Dosa” Terbesar Orang Jawa di Rumah Makan Padang

Rumah Joglo Memang Unik, tapi Nggak Semua Orang Cocok Termasuk Saya

Bahkan saya sampai beranggapan lagi, kayaknya akan lebih bagus jika Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua bikin negara sendiri saja. Tapi kalo saya ingat sejarah Sumpah Pemuda, niatan saya jadi ciut. Kasian perjuangan Jong  Zelebes dan Jong Ambon sebagai perwakilan Timur pada Kongres Pemuda I dan II. Arwah mereka pasti tidak tenang kalo para penerusnya akan mencoba mengingkari ikrar Sumpah Pemuda. Pokoknya, NKRI—mau tidak mau harus—harga mati.

Sejengkel-jengkelnya saya kepada Jawa tapi saya tidak bisa menafikan keinginan untuk menginjakan kaki di Tanah Jawa. Mengunjungi beberapa tempat seperti Borobudur, Bromo, Monas dan beberapa tempat lainnya—kesempatan itu akhirnya datang juga. Saya memutuskan untuk Kuliah Praktek (KP) di Jawa Barat pada 2 tahun lalu. Selama 45 hari saya menghabiskan waktu di tempat KP.

Untuk sampai di tanah Jawa, saya tidak memilih jalur langsung demi sampai di Jawa Barat. Pesawat yang saya tumpangi hanya mengantarkan saya di Surabaya. Kemudian saya melanjutkan perjalanan darat dengan menaiki bis lintas propinsi.  Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta saya lalui hingga sampai di Jawa Barat. Selama perjalanan ini banyak hal yang saya jumpai dan jarang terjadi di daerah asal saya di Sulawesi. Pengamen, pengasong, calo, gelandangan, pengemis menyita perhatian saya selama perjalanan. Kalau jumlah 1 dua orang saya masih anggap wajar—di Sulawesi juga kadang ada sebagian—tapi jumlah yang saya saksikan di Jawa melebihi jumlah kewajaran.

Parahnya ada satu momen, sewaktu saya berkesempatan istirahat makan di sebuah warung makan samping jalan.  Pada saat makan tanpa sengaja saya menjatuhkan lauk (tahu) dari dalam piring saya. Saya langsung menggantinya dengan lauk baru yang disediakan oleh pemilik warung. Selang beberapa waktu, saya merasa ada gerak-gerik di bawah meja tempat saya makan. Awalnya, saya mengira kucing yang mengais sisa-sisa makanan termasuk tahu saya yang jatuh. Tapi di luar dugaan, gerak-gerik yang mengusik saya tadi ditimbulkan oleh tangan seorang nenek-nenek yang coba menjangkau tahu yang saya jatuhkan dan lalu memakannya.

Saya dan beberapa kawan dari Sulawesi langsung terdiam. Salah satu kawan bergerak cepat membelikan makanan  yang layak untuk diberi ke nenek. Saya terheran-heran—kok bisa ya?

Tanah yang ditinggi-tinggikan, karena perkembangan pembangunannya. Diagung-agungkan karena banyak tempat pendidikan bermutunya. Tanah yang buat kami dari Timur iri karena setiap presiden Indonesia—selain BJ. Habibie—pasti seorang yang lahir dari tanah ini. Kenapa bisa?

Lantas saya bertanya ke pemilik warung, “Kok bisa ada nenek kaya tadi, Tante?”

Pemilik warung memberi jawab. “Yang seperti tadi, di sini udah biasa, Mas.” Jawaban yang menandakan sebuah kelumrahan.

Kok bisa?—pertanyaan yang masih sama terngiang-ngiang dalam kepala. Saya benci dominasi Jawa di Indonesia. Saya yakin bukan hanya saya—masih banyak yang sepemikiran dengan saya terkhusus mereka-mereka yang berasal dari luar Jawa yang daerah mereka sangat tertinggal.

Tapi setelah menyaksikan fakta-fakta di Jawa. Saya kok jadi malah kasihan pada orang-orang di Jawa. Yang miskin dan tertinggal sebenarnya di mana? Di Timur memang tertinggal pembangunan dan pendidikannya tapi persoalan makanan, saya merasa masyarakat Timur tidak susah dapat makan, tinggal ambil dalam kebun sendiri. Kalaupun tidak, alam yang menyediakan makanan—yang sudah barang tentu gratis semua.

Saya jadi tambah bingung. Di Timur listrik belum masuk semua dan jalan-jalan  banyak tidak di aspal. Sementara di Jawa—pusat kemajuan Indonesia—terdapat banyak orang yang susah dapat makan. Lantas,—uang Emas, Nikel, Aspal dan tambang-tambang lain—semua lari kemana e?

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2021 oleh

Tags: Indonesia TimurJawaPembangunan IndonesiaPolitik Indonesia
La Ode Abdul Wahid

La Ode Abdul Wahid

ArtikelTerkait

Mengenal Malam Satu Suro, Malam yang Terkenal Mistis bagi Orang Jawa Mojok.co

Kemistisan Malam Satu Suro Ditakuti Orang Jawa, Tidak Boleh Berpesta hingga Perlu Melakukan Ritual

26 Juni 2025
5 Kosakata Bahasa Jawa Orang Demak yang Bikin Orang Bojonegoro Gagal Paham Mojok.co

5 Kosakata Bahasa Jawa Orang Demak yang Bikin Orang Bojonegoro Gagal Paham

11 Juli 2024
oligarki

Saat Oligarki Media Mainstream Dihadang oleh Kekuatan Media Sosial Bersama Hashtagnya

2 Oktober 2019
Belajar Tidak Ketergantungan Nasi dari Masyarakat Indonesia Timur

Belajar Tidak Ketergantungan Nasi dari Masyarakat Indonesia Timur

17 Juli 2022
belanja di Alfamart dan Indomaret minimarket pilih yang mana mojok.co

Yang Terlewat Dari Rivalitas Alfamart dan Indomaret

7 Juli 2019
Stadion Papua Bangkit pertanyaan yang sering didapat mahasiswa papua di jawa mojok.co

4 Pertanyaan yang Sering Diterima Mahasiswa Papua di Jawa

23 Juni 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang, Tempat Terbaik bagi Saya Menghilangkan Kesedihan

4 Aturan Tak Tertulis agar Liburan di Lumajang Menjadi Bahagia

17 Desember 2025
Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

15 Desember 2025
Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025
Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025
Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

16 Desember 2025
Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu Mojok.co

Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu

13 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban
  • Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan
  • Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega
  • Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.