Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Culture Shock Arek Malang Saat Menikah dengan Orang Kertosono Nganjuk

Atikah Syahar Banu oleh Atikah Syahar Banu
27 Juni 2025
A A
Culture Shock Arek Malang Saat Menikah dengan Orang Kertosono Nganjuk

Culture Shock Arek Malang Saat Menikah dengan Orang Kertosono Nganjuk (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Kota Malang dan Kertosono, salah satu kecamatan di Kabupaten Nganjuk, memang masih satu provinsi di Jawa Timur. Jaraknya hanya satu jam perjalanan menggunakan mobil via tol atau dua jam menggunakan bus. Meski begitu, sebagai arek Ngalam, saya tetap mengalami berbagai culture shock ketika menikah dengan orang Kertosono.

Perbedaan bahasa

Culture shock paling utama adalah bahasa. Malang yang secara geografis bertetangga dengan Surabaya, kerap menggunakan bahasa Jawa kasar dalam keseharian. Bahkan kepada orang tua sekalipun, lumrah bicara dengan bahasa ngoko.

Sementara di Kertosono Nganjuk, berbicara dengan teman sebaya saja tetap menggunakan bahasa Jawa halus. Jika bicara pada orang tua, harus memakai kromo inggil.

Intonasi bicara orang Kertosono juga lemah lembut. Kalau menggunakan istilah anak zaman sekarang, soft spoken. Berbeda jauh dengan orang Malang yang intonasi bicaranya seperti mau mengajak ribut.

Adik kandung saya biasa memakai kata “koen” atau “awakmu” saat berbicara dengan saya. Sementara adik ipar menggunakan kata “sampean”. Hal itu cukup membuat kuping geli, karena tidak biasa ada yang mengatakan “sampean” pada saya.

Saat keluarga besar suami berkumpul dan saling bicara menggunakan bahasa kromo, saya hanya bisa plonga-plongo, persis seperti meme Wapres Gibran yang banyak beredar. Jika ada mbah yang mengajak saya bicara dengan bahasa kromo, saya akan melirik suami untuk minta menerjemahkan.

Jika sudah mentok, saya menjawab dengan satu-satunya kalimat bahasa kromo inggil yang lancar saya ucapkan, “Inggih, Mbah.” Saya jadi sedikit menyesal tidak serius memperhatikan guru saat mata pelajaran bahasa Jawa di sekolah. Nilai mata pelajaran bahasa Jawa saya dulu memang sering jeblok, bahkan pernah mendapatkan nilai 6.

Urusan buang hajat juga bikin orang Malang yang menikah dengan orang Kertosono Nganjuk culture shock

Lebih lanjut, urusan buang hajat juga sempat membuat saya gegar budaya. WC di kamar mandi Kertosono Nganjuk ditempatkan pada undakan setinggi harapan orang tua, dengan lubang jamban yang sangat dalam. Saya dan keluarga di Malang menyebut undakan itu sebagai panggung.

Baca Juga:

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

Saya sendiri bingung, bagaimana caranya lansia dan anak kecil menaiki undakan dengan tinggi sekitar setengah meter. Apalagi kalau sudah kebelet buang air. Suami pernah menjelaskan, undakan itu bertujuan menghindari cipratan saat buang air besar. Tetapi setelah saya pikir-pikir lagi, bukankah kalau dibuat tinggi, kotoran yang jatuh justru akan seperti rudal?

Tak sampai di situ, saat ke kamar mandi di rumah yang lain, saya sempat terkaget-kaget karena mendapati ikan koi sedang berenang di dalam bak kamar mandi. Ternyata fungsi ikan koi itu untuk memakan jentik-jentik nyamuk di bak kamar mandi.

Selera musik juga berbeda

Gegar budaya berikutnya yang saya alami sebagai orang Malang yang menikahi orang Kertosono Nganjuk adalah soal musik. Sebelum menikah, saya sempat bertanya pada calon suami, senang mendengarkan lagu apa? Dia menjawab, suka lagu-lagunya Alan Walker.

Ternyata setelah menikah, suami tidak pernah sekali pun memutar lagu Alan Walker. Dia justru lebih sering mendengarkan lagu dangdut. Saya sampai hafal, lagu dangdut yang wajib menemani ketika suami sedang mencuci piring atau menyikat kamar mandi yaitu “Jajal Kowe Dadi Aku” dan “Ditikam Asmara.”

Saat awal menikah, saya cukup terganggu dengan preferensi lagu suami, karena saya jadi merasa seperti tinggal di dalam bus. Saya juga heran ada anak muda yang senang mendengarkan dangdut. Sebab, di lingkungan keluarga dan pertemanan saya di Malang tidak ada yang menyukai dangdut. Bahkan saat masih berusia 20-an, saya merasa lagu dangdut itu ndeso.

Namun setelah sekian tahun menikah, saya mulai terbiasa dan tak pernah protes lagi jika suami mulai memutar lagu dangdut. Tanda kedewasaan pola pikir saya adalah menerima lagu dangdut sebagai kebanggaan Nganjuk dan khazanah budaya yang perlu dilestarikan lintas generasi.

Penulis: Atikah Syahar Banu
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Nganjuk di Mata Orang Surabaya: Warganya Begitu Ramah, tapi Kotanya Tak Bergairah.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 26 Juni 2025 oleh

Tags: culture shockKabupaten NganjukKertosono NganjukMalang
Atikah Syahar Banu

Atikah Syahar Banu

Rakyat pada umumnya.

ArtikelTerkait

Kalanak, Jajanan Mirip Isian Bakpia yang Mengangkat Citra Kabupaten Nganjuk

Kalanak, Jajanan Mirip Isian Bakpia yang Mengangkat Citra Kabupaten Nganjuk

8 September 2024
Kota Malang Hari Ini: Problem Kemacetan dan Tamu-tamu Peradaban angkot surabaya

Artikel Balasan: Ibu Kota Jawa Timur Pindah ke Malang? Enak Aja!

8 Februari 2023
Jalan Mergan Lori Malang Macetnya Bikin Frustasi, Hanya Orang Sabar yang Sanggup Melewatinya (Mojok.co)

Jalan Mergan Lori Malang Macetnya Bikin Frustasi, Hanya Orang Sabar yang Sanggup Melewatinya

2 November 2023
Kafe di Malang Udah Terlalu Banyak, Jangan Ikut-ikutan Bikin Kafe Lagi di Sini!

Kafe di Malang Sudah Terlalu Banyak, Jangan Ikut-ikutan Bikin Kafe Lagi di Sini!

30 Agustus 2023
Boleh Diadu, Burjo UMS Lebih Unggul Ketimbang Burjo di UNS terminal mojok.co

Burjo di Solo Adalah Culture Shock Pertama Saya

30 Juli 2020
Mustahil Hidup Tentram di Lingkungan Pecinta Sound Horeg Banyuwangi (Pexels)

Mereka yang Menemukan Cinta dan Keindahan dalam Gelegar Sound Horeg

27 April 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.