Suka menulis? Tertarik ingin menjadi seorang content writer?
Sebelumnya saya pernah menulis tentang S.Pd yang sejatinya memiliki kepanjangan Sarjana Penuh Derita. Saat itu saya pesimis, apa sih yang bisa saya lakukan sebagai lulusan keguruan tapi nggak punya passion ngajar? Bahkan ketika saya cerita ingin kerja di bidang selain keguruan, seorang teman malah berkata, “Kamu kan lulusan keguruan, Sejarah pula, pasti susah cari kerja di luar bidang keguruan!” Makin pesimis deh saya.
Hingga akhirnya dua tahun lalu saya diterima bekerja sebagai content writer di sebuah perusahaan software akuntansi. Eh, gimana? Lulusan Pendidikan Sejarah kerja di perusahaan software akuntansi? Iya, saya tahu, nggak nyambung banget.
Sejak saat itu petualangan saya sebagai seorang content writer dimulai. Oh ya, buat kamu yang belum tahu, content writer punya tugas menulis konten sesuai dengan pesanan atau relevan dengan situs web. Misalnya tempat saya bekerja adalah perusahaan software akuntansi, tentu tulisan yang saya hasilkan adalah tulisan seputar akuntansi, keuangan, dan bisnis. Atau content writer yang bekerja di website kesehatan, maka tulisan yang ia hasilkan adalah yang berhubungan dengan kesehatan, penyakit, ilmu kedokteran, dsb.
Saat mulai bekerja, saya belum tahu banyak soal pekerjaan saya tersebut, tapi setelah dua tahun bekerja, setidaknya saya bisa menjawab kualifikasi apa saja yang dibutuhkan untuk jadi content writer. Terlebih, saya beberapa kali diminta merekrut penulis konten di tempat kerja saya. Kalau kamu tertarik pengin berkarier sebagai seorang content writer, cek dulu kualifikasi yang biasanya dibutuhkan berikut ini.
#1 Bisa menulis dan suka menulis
Namanya mau jadi penulis pasti wajib bisa dan suka menulis, kan? Eh, kenapa selain bisa juga harus suka menulis, sih? Memangnya bisa menulis saja nggak cukup?
Jadi gini, menjadi content writer itu bakalan dituntut untuk menulis konten setiap hari. Kalau kamu nggak suka menulis, kamu nggak bakal bertahan di bidang ini. Banyak tantangan yang dialami para content writer, lho, misalnya saja writer’s block. Lha, kalau kamu cuma bisa menulis tapi nggak suka terus mengalami yang namanya writer’s block, memangnya yakin bakal kerasan kerja seperti itu?
#2 Punya bidang keilmuan sesuai dengan kebutuhan
Kualifikasi kedua yang harus diperhatikan jika ingin menjadi content writer adalah bidangmu harus sesuai dengan yang dicari. Misalnya, perusahaan tempat saya bekerja beberapa kali open recruitment content writer akuntansi dan mewajibkan lulusan akuntansi. Tapi, bukan berarti kamu yang tak punya basic akuntansi nggak boleh melamar. Biasanya kalau kamu punya pengetahuan atau ketertarikan di bidang keilmuan tertentu, perusahaan akan mempertimbangkan, misalnya ya seperti saya.
Sekarang ini sudah banyak agensi yang mencari content writer dengan syarat bisa menulis banyak bidang keilmuan atau niche menyesuaikan pesanan artikel dari klien. Jadi, sesuaikan bidang keilmuanmu dengan tempat di mana kamu akan melamar kerja.
#3 Mau belajar
Kualifikasi ketiga adalah mau belajar. Menjadi content writer itu berhubungan erat dengan SEO (Search Engine Optimization). SEO adalah ilmu tentang mesin pencari atau Google dan ilmu ini selalu upadate mengikuti algoritma Google. Nggak ada yang pasti dalam SEO, oleh karena itu kamu harus mau belajar perkembangan SEO.
Lantaran ada SEO ini, seorang content writer nggak bisa menulis seperti menulis novel atau esai. Kamu wajib memperhatikan poin-poin SEO dalam artikel. Istilahnya artikel yang kamu tulis harus SEO friendly. Akan ada banyak hal yang kamu perhatikan seperti kata kunci, meta deskripsi, alt gambar, internal link, external link, dll. Saya pun mengalami kesulitan waktu awal bekerja, namun jangan khawatir, asal kamu mau belajar, kamu juga pasti bisa.
Nah, buat kamu yang memang tertarik ingin menjadi seorang content writer, berikut saya kasih tahu tips agar bisa mendapatkan pekerjaan dalam bidang ini.
Pertama, miliki portofolio yang mendukung. Untuk menjadi seorang content writer, kamu memang wajib bisa dan suka menulis. Tapi selain dua hal tersebut, kamu juga wajib membuktikan kalau memang bisa menulis. Gimana cara membuktikannya? Portofolio adalah jawabannya.
Portofolio seorang content writer biasanya adalah tulisan yang dimuat di media, bisa media cetak atau media online seperti Terminal Mojok ini. Selain tulisan yang dimuat di media, kamu juga bisa membangun portofolio sendiri dengan memiliki blog atau website pribadi. Usahakan website yang kamu miiki sudah TLD agar lebih dipercaya dan terlihat profesional.
Kedua, jangan segan untuk membangun relasi. Satu bulan yang lalu, saya diminta kantor untuk mencari penulis baru. Saya lalu menyebar informasi lowongan ini di media sosial, OLX, dan website info lowongan kerja, namun hasilnya zonk. Saya sempat berhasil mendapatkan satu penulis, tapi sayangnya nggak sesuai dengan yang dibutuhkan perusahaan. Saya lalu mencoba menghubungi penulis yang berada dalam satu komunitas menulis sama dengan saya. Eh, ternyata teman saya ini lolos.
Saat itulah saya sadar pentingnya membangun relasi. Bukannya saya nggak mau memberi kesempatan pada pelamar lainnya, tapi jika memang ada yang dikenal dan punya kualifikasi sesuai dengan yang diinginkan perusahaan, kenapa nggak langsung direkomendasikan saja? Jadi, buat kamu yang memang pengin berkarier menjadi seorang content writer, perluas relasi di bidang ini. Ikuti komunitas menulis atau perbanyak teman penulis, siapa tahu tiba-tiba kamu diajak untuk bekerja sama dengan salah satu temanmu itu.
Ketiga, terus kembangkan diri. Pekerjaan ini termasuk menjanjikan, lho. Apalagi saat ini makin banyak perusahaan yang mengandalkan website untuk pemasaran. Selagi masih ada Google, pekerjaan menulis konten ini akan selalu dibutuhkan. Soal penghasilan, nggak usah pesimis dengan penghasilan seorang content writer, UMR Jogja mah lewat. Hehehe, canda UMR.
Itulah kualifikasi yang harus dimiliki dan tips agar bisa diterima kerja sebagai content writer. Gimana? Setelah membaca kualifikasi dan tips dari saya, masih percaya diri untuk menapaki karier dalam bidang ini? Yok, semangat, yok!
Penulis: Desi Murniati
Editor: Intan Ekapratiwi