Baru sebentar reda, tapi kontroversi Attack on Titan Season 4 kembali dibicarakan di seluruh jagat media sosial. Memang kritik itu penting agar kualitas tayangan tetap terjaga. Namun, sepenting itukah anime bagi kehidupan kalian? Masak, hanya gara-gara scene Eren tidak seakurat manga, akun studio pembuat kembali diserang sampai bikin debat hingga ribuan reply? Jujur saja, ke-toxic-an kalian malah bikin citra anime yang sudah bagus jadi turun drastis. Tidak hanya itu. Sebenarnya masih ada ulah-ulah sebagian fandom anime yang bukannya bikin kehadiran makin happy, malah jadi risih.
Berdasarkan informasi dari media sosial seperti Twitter, Instagram, Facebook, Quora, maupun YouTube, berikut saya tuliskan ulah-ulah fandom anime yang norak karena tindakan mereka bikin orang makin ilfeel.
#1 Ekspektasi lebih dari manga reader
Tidak ada yang salah dengan berekspektasi. Silakan saja kalian berteori macam-macam untuk menebak tentang cerita berikutnya. Namun, yang saya sayangkan adalah ketika ekspektasi tidak sesuai realita, kalian malah tidak bisa berlapang dada dan memaki studio pembuat dengan cara yang kasar. Tulisan di atas saya tujukan untuk para manga reader yang berekspektasi tinggi, tapi tidak siap untuk kecewa.
Peristiwa ini saya dapatkan ketika menonton Attack on Titan Season 4. Setelah saya membandingkan chapter manga dengan salah satu episode anime, memang ada banyak perubahan seperti panel chapter dihapus, urutan cerita yang tidak sesuai, dan adegan yang tidak seakurat manga. Pertanyaan saya, kalau nasi sudah menjadi bubur terus kenapa?
Penonton anime only, mah santai aja karena penilaian bagus diberikan hanya dari cerita dan visual yang uhuy. Nah, pembaca manga nih yang bikin ribet karena ekspektasi mereka tidak sesuai realita dan bikin kecewa. Udah gitu tetep nyampah dan maki-maki studio pembuat karena mengecewakan. Kalau dianalogikan, manga reader ini sama kayak kita nembak orang. Sudah bikin rencana kalau diterima gebetan, eh malah ditolak. Nggak berhenti di situ, dia malah playing victim karena hatinya udah dibikin sakit. Hu… dasar bocah!
Padahal, perubahan adegan di manga ketika dianimasikan sering terjadi sejak lama karena beberapa hal. Bisa karena permintaan mangaka, masalah durasi TV, masalah produksi, maupun arahan dari sutradara yang bertanggung jawab. Harusnya dari penjelasan saya di atas, bisa dipikir ulang biar nggak komen sembrono.
#2 Etnosentrisme fans
Kebalikan dari penjelasan pertama, di sini wibu memuji anime kesukaan mereka, tapi justru bikin orang risih. Gimana nggak risih? Mereka aja nyombong-nyombongin sambil ngejek kalau tontonan selain dia adalah tontonan berselera rendah. Ketemu orang dengan sifat kayak gini di dunia nyata saja bikin capek, apalagi dari dunia maya yang tidak terkontrol aktivitasnya.
Contohnya seperti kelakukan fandom anime Kimetsu no Yaiba. Anime tersebut memang bagus dari segi animasi serta mampu memenangkan beberapa penghargaan. Sayang, kehebatan tersebut tidak diimbangi oleh sebagian fandom mereka yang menyombongkan diri dan meremehkan anime lain. Bahkan, anime legendaris seperti One Piece, Naruto, dan Dragon Ball dianggap rendahan dari Kimetsu no Yaiba.
Tolonglah, animenya masih belum nyampe 50 episode dan alur cerita masih terus berjalan. Kalau bandingin grafis juga tidak apple to apple. Kimetsu no Yaiba dibuat per season, sedangkan anime legendaris dibuat kejar tayang per minggu makanya kualitas visualnya kalah jauh.
Ada lagi ulah fandom dari Jojo’s Bizarre Adventure. Mentang-mentang anime tersebut bagus, sampai seisi dunia disebut Jojo’s Reference. Musik bagus dibilang Jojo’s Reference, gerakan senam pagi dibilang Jojo’s Reference, sampai adegan fight di anime lain dibilang, “Wow, is this Jojo’s Reference?”
Ketika ada orang nggak suka Jojo’s karena alasan tertentu, malah dibilang aneh terus diajak debat sampai ngaku kalau Jojo’s Bizarre Adventure adalah anime terbaik se-planet Namex.
#3 Dibawa jadi masalah serius
Untuk penjelasan terakhir saya mengambil sampel dari fandom barat. Mengapa demikian? Pasalnya, yang mereka suka bertolak jauh dari kita yang dari Asia. Fandom anime yang saya bahas berikut adalah mereka pengikut anime Boku no Hero Academia.
Tidak bisa didebatkan lagi jika Boku no Hero Academia diminati banyak orang karena cerita yang tidak hanya berfokus ke karakter utama dan dibantu dengan animasi terbaik dari studio pembuat. Dengan karakter utama masih bocah SMA dan bertema superhero membuat anime ini disenangi dari kalangan bocah hingga remaja. Sayang, meskipun sudah dibuat alur cerita dengan bagus, tapi masih saja ada yang tidak setuju karena perbedaan pemahaman.
Mereka para fandom Boku no Hero Academia selalu menginginkan permintaan mereka dibuat oleh Kohei Horikoshi. Namun, menurut saya, permintaan mereka justru membuat masalah baru karena tidak sesuai dengan budaya orang timur.
Sangat disayangkan ketika fandom malah menjadi musuh utama anime. Padahal keberadaan fans dibutuhkan dalam bentuk positif seperti menonton secara legal, membeli merchandise resmi, dan lebih bagus lagi beli manganya dalam bentuk buku biar mangaka lebih semangat bikin cerita.
Mau mengkritik juga nggak masalah, asal tahu cara kritik dengan baik, biar orang lain menganggap kalian juga berakhlak dan nggak malu-maluin. Namun, kalau tetap kayak gitu, jangan nyalahin ketika ada yang ngomong, “Ava anime argumennya nggak valid!”
BACA JUGA ‘Jujutsu Kaisen’ Harusnya Masuk Daftar Best Anime 2020 dan tulisan Muhammad Haekal Ali Mahjumi lainnya.