Buat kalian yang penasaran apa itu gondes, akan saya jelaskan, dan saya bisa saja mengaku ahli. Lha gimana, saya hidup di Bantul, tempat para gondes ada dan berlipat ganda
Salah seorang teman menyebut akun media sosial saya di salah satu video yang membahas mengenai gondes. Sejauh pengetahuan saya, gondes sebetulnya merupakan singkatan dari gondrong (n)deso. Walaupun untuk saat ini menjadi gondes nggak harus menunggu rambut gondrong dan tinggal di desa juga, sih.
Teman-teman saya kemudian menodong penjelasan lebih lanjut kepada saya mengenai gondes. Berhubung saya tinggal di Bantul, yang kayaknya menjadi pusat gondes di wilayah Jogja, mereka yang masuk golongan ini jelas akrab di mata dan ingatan saya. Lha bagaimana, cuma motoran 500 meter saja selalu ada kemungkinan ketemu, kok.
Buat kalian yang penasaran apa itu gondes, akan saya jelaskan, dan saya bisa saja mengaku ahli. Lha gimana, fakta bahwa saya hidup di Bantul—seperti yang saya bilang tadi—sudah cukup memberi tanda bahwa saya punya pendapat yang otoritatif perkara ini.
Kaos, hoodie, flanel, starter pack gondes
Sejujurnya, gondes sangat mudah ditebak dari cara berpakaian. Kaos hitam selalu jadi pilihan utama. Yang dipakai, sih bukan kaos polos kayak yang lagi tren sekarang ini. Kaos yang digunakan gondes ini biasanya ada sablonan kalimat yang saya kurang bisa pahami apa maksudnya karena font yang digunakan tuh membuat tulisannya jadi nggak jelas terbaca. Kesannya kayak memindahkan coret-coretan vandalisme dari rolling door warung ke baju. Ini nggak merendahkan, lho, tapi serius seringnya begitu.
Kalau malam hari, sih mereka biasanya pakai hoodie polos, yang lagi-lagi warna favoritnya adalah hitam dan abu-abu. Lebih detail, hoodie-nya harus oversize! Biar nggak kedinginan, walau keluar rumah sampai dini hari cuma pakai celana gemas doang.
Baca halaman selanjutnya: Biasanya mereka juga mengoleksi…