Cikarang, kota kaya yang minim fasilitas. Pejalan kaki butuh kewaspadaan dan rasa sabar yang tinggi.Â
Jika di antara kau dan dia adalah aku, di antara Karawang dan Bekasi adalah Cikarang. Cikarang dijuluki sebagai kota industri, karena memang banyak industri yang berdiri dan tumbuh di sana. Sebagai gambaran, bayangkan saja sebuah komplek perumahan, namun diisi oleh rupa-rupa industri.
Banyak orang dari berbagai daerah yang datang untuk mencari penghidupan di Cikarang. Hal tersebut tercermin dari beragamnya plat nomor kendaraan di jalanan Cikarang. Cikarang dapat dijadikan pilihan untuk berkarier, selain lowongan pekerjaan lebih banyak, UMR Cikarang pun tergolong tinggi.
Biar begitu Cikarang juga memiliki kekurangan, salah satunya adalah tidak ramah bagi pejalan kaki. Mengapa demikian?
Daftar Isi
#1 Tidak memiliki trotoar
Berjalan kaki di Cikarang akan menyadarkan betapa pentingnya trotoar bagi pejalan kaki. Trotoar adalah barang langka di kota ini. Jika ada pun, keadaannya tidak baik, rusak. Giliran ada yang layak, trotoar akan dialih-fungsikan untuk tempat parkir atau tempat berjualan makanan.
Belum lagi, ketika keadaan jalan macet, motor tidak segan untuk naik ke trotoar. Hak pejalan kaki dirampas tuntas.
#2 Jalannya lebar
Ruas jalan di daerah Cikarang dibuat lebar karena banyak kendaraan besar yang melintas di Cikarang, baik untuk mengangkut barang hasil produksi, maupun bahan baku untuk keperluan industri. Jalannya yang lebar akan mempersulit pejalan kaki jika hendak menyeberang.
Meskipun sudah dibuat lebar, tetap saja jalanan Cikarang padat, dan tak jarang macet, khususnya saat mendekati jam masuk dan setelah pulang kerja. Apalagi jika hujan mengguyur, jalanan akan dipastikan macet. Air turut menambah kemeriahan, jalanan banjir.
Percayalah, biar pun macet, tetap saja akan sulit untuk menyeberang. Semua pengendara akan berebut jalan. Butuh kehati-hatian untuk dapat menyeberang.
#3 Tidak memiliki jembatan penyeberangan
Jembatan penyeberangan diperuntukkan bagi pejalan kaki untuk menyeberang pada jalan yang ramai kendaraan. Jembatan penyeberangan relatif mudah dijumpai di kota besar, tapi tidak di Cikarang. Padahal menyeberang di Cikarang memiliki tingkat kesulitan yang luar biasa. Rasanya tidak mungkin jika seorang berusia lanjut menyeberang tanpa bantuan orang lain di kota ini.
#4 Pengendara yang ugal-ugalan
Jalanan Cikarang didominasi oleh pengendara yang tidak sabaran. Memang tidak semua, tapi kebanyakan. Entah apa yang dikejar, mungkin bagi mereka waktu adalah uang. Apa pun akan dilakukan agar cepat sampai ke tempat tujuan, melawan arah lalu lintas, menerobos lampu merah, dan memutar balik dengan menaiki pembatas jalan.
Memang, terdapat lampu lalu lintas dan zebra cross di percabangan jalan, tapi tetaplah hati-hati jika hendak menyeberang. Pastikan kembali, tidak ada pengendara yang nekat menerobos lampu merah.
#5 Udaranya panas
Berjalan di Cikarang akan menguras energimu jauh lebih besar pada siang hari. Bagaimana tidak, keringatmu akan mengucur lebih deras, lantaran terik sinar matahari yang menyengat. Sun block menjadi solusi bagi yang harus melaksanakan aktivitas di luar ruangan agar kulit tidak rusak akibat sinar matahari.
Kualitas udara di Cikarang juga buruk, disebabkan oleh polusi yang dihasilkan dari industri dan kendaraan. Badan akan terasa lengket setelah melakukan aktivitas di luar ruangan. Jika sudah demikian, mandi menjadi ritual wajib untuk kembali menyegarkan badan. Semoga saja kebutuhan air bersih dapat selalu tercukupi. Amin.
Untuk teman-teman yang hendak berdinamika di Cikarang, terlebih yang tidak memiliki kendaraan, kiranya dapat menjadi pertimbangan, ya. Dan untuk kalian para pengendara, di mana pun kalian berada, hargailah hak pejalan kaki! Hati-hati selalu dan teruslah waspada!
Penulis: Bernardus Kolling Pamungkas
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 5 Alasan Cikarang Adalah Tempat yang Tepat untuk Nyari Duit