Oke karena banyak yang bilang Universitas Brawijaya (UB) itu kampus yang “seram” di sini aku mau cerita beberapa urban legend yang tersebar di sana. Saya belum tahu terlalu banyak sih tapi yang jelas yang akan saya tulis ini adalah pengalaman teman saya. Cerita di tulisan ini akan bahas…
…hantu muka rata.
Kisah ini bisa dibilang yang paling tua dan paling terkenal. Konon makhluk ini biasa muncul di fakultas kedokteran dan perpustakaan pusat. Banyak versi yang beredar tapi berikut salah satu cerita dari teman saya berinisial N
Suatu malam setelah si N ini mengerjakan tugas di perpustakaan, karena jam 11 area sudah harus steril, maka ia pun memutuskan untuk pulang. Karena ia sendiri tak mau diusir oleh petugas. Akhirnya ketika lampu sudah dimatikan, N pun berjalan kaki dari perpus pusat menuju kost.
N masih maba sehingga ia belum berani membawa motor ke area kampus. Alhasil ia jalan kaki dengan keadaan sekitar yang gelap gulita dan sudah sepi. Ia juga tak memesan ojek online karena jarak dari perpustakaan ke kost cukup dekat dan ia bisa berhemat.
Tetapi di saat itu juga ia merasa ada hal yang aneh. Di sekitar rektorat memang banyak pohon-pohon tinggi, dan ia pun melihat ada sosok gadis berambut panjang yang cukup tinggi, bersandar di bawah pohon.
Dari situ ia sudah berpikir yang tidak-tidak, namun dia juga berusaha untuk tidak teriak ataupun ketakutan. Akhirnya ia tetap melewati pohon itu dan bersikap bodo amat.
Ketika dia melewatinya, ada bau yang sungguh menyengat mengganggu penciumanya. Dan tiba-tiba ia menginjak sesuatu yang amat basah. Bau menyengat ditambah ketakutan yang ia rasakan. Sekujur tubuhnya mulai kaku dan lemas.
Dia pun menengok kebawah dan melihat ada cairan yang telah menyelimuti sepatunya. Ada dua campuran cairan, yang satu bening seperti air dan satunya gelap pekat seperti darah.
Ia tahu jelas bahwa itu adalah kencing yang tercampur dengan darah haid seorang wanita. Mengucur sangat deras. Dan saat itu juga ia mendengar tangisan dan kata tolong keluar dari gadis di bawah pohon itu.
Entah kebodohan apa yang merasukinya, N pun dengan rasa penasaran memuncak berusaha melihat sumber suara tersebut. Ia sudah memikirkan wajah yang rusak atau menyeramkan dari kuntilanak.
Tetapi ia tak melihat itu. Dia tak bisa menemukan wajah gadis itu. Malah ia melihat pohon yang dibelakang gadis itu. Rupanya kepala gadis itu agak transparan. Tidak ada bentuk wajah apapun yang terlihat di sana.
Saat mereka berdua saling menatap, tiba-tiba gadis di bawah pohon itu sekujur tubuhnya mendadak bergetar seperti seseorang yang sedang ayan dan mengeluarkan suara yang sangat aneh dan tak manusiawi. Ia bergetar begitu kencang seperti hampir tak bertulang.
N yang pikiranya sudah kacau balau, tak peduli lagi dan langsung berteriak sekencang-kencangnya dan lari terbirit-birit. Tak peduli dengan kakinya yang bersimbah air kencing dan darah haid.
Ia langsung lari ke pos satpan terdekat dan untungnya waktu itu ada pos yang segera bisa ia temui. Meskipun agak jauh jaraknya dari pohon tadi. Tetapi akhirnya suara tak manusiawi dari gadis di bawah pohon tadi sudah tak terdengar.
“Loh, ono opo to mbak, kok playonan bengi-bengi, sampean gak opo-opo?” tanya penjaga tersebut. N pun menjawab “Niku pak, ngisor e wit, onok setan pakk, raine genok, iki sepatuku teles kabeh pak kenek oyoh e ambek getih e” jawabnya sambil bergelimang air mata dan nafas tersengal.
*translate*
“Loh, ada apa mbak kok lari-lari, mbaknya nggak apa-apa?” tanya penjaga tersebut. N pun menjawab “Itu pak, di bawah pohon, ada setan pakk, wajahnya nggak ada, ini sepatu saya basah kena kencing sama darah haidnya”
Anehnya di situ, sepatu si N sama sekali tidak basah dan tak ada darah apapun yang menempel. N sudah sangat lemas dan hampir pingsan dan akhirnya ia meminta tolong penjaga tersebut untuk mengantarnya pulang dan ia pun bersedia dan meninggalkan pos dengan temannya yang lain
Akhirnya di perjalanan si penjaga menjelaskan bahwa si N bukanlah korban pertama. Sudah banyak sekali mahasiswa atau mahasiswi yang ditakut-takuti oleh gadis tersebut. Dengan banyak cara juga.
Ia pun berkata. “Dulu mbak, katanya sih itu adalah mahasiswa yang meninggal dan diperkosa oleh supir angkot waktu dia pulang malam-malam, daripada menakuti, biasanya dia lebih sering meminta tolong, makanya mbak hati-hati ya kalau bisa pulang sama teman jangan sendirian”
N pun hanya bisa mengangguk dengan cemas, dan ia masih bergidik ngeri atas apa yang terjadi padanya barusan. Dan sejak saat itu, ia tak berani lagi jalan sendirian apalagi di malam hari sekitar perpustakaan. (?)
BACA JUGA Rumah Pocong Sumi: Pengalaman Masuk Rumah Horor yang Sering Dipakai Uji Nyali atau tulisan Bobby Primadi lainnya. Follow Twitter Bobby Primadi.