Cek Toko Sebelah 2 Bikin Saya Overthinking akan Masa Depan Saya

Cek Toko Sebelah 2 Bikin Saya Overthinking akan Masa Depan Saya (Pixabay.com)

Beberapa hari lalu saya menyelesaikan film Cek Toko Sebelah 2. Film ini mengisahkan tentang lika-ilku pernikahan Erwin, Koh Afuk yang mulai libur kerja, dan rumah tangga Yohan beserta istrinya. Berbagai masalah menimpa mereka dan merembet ke mana-mana. Filmnya bagus, bagus sekali. Penuh pesan-pesan baik dan tipikal film Ernest sekali, penuh dengan komedi.

Walaupun begitu, jujur setelah menonton Cek Toko Sebelah 2, ada beberapa hal yang membuat saya jadi kepikiran tentang masa depan dari sudut pandang sebagai lelaki. Bahkan mengembang menjadi overthinking. Berikut beberapa hal di Cek Toko Sebelah 2 yang bikin saya overthinking.

Gaji lebih kecil dari pasangan, gimana dong?

Kalau ada yang tanya apa ciri khas makhluk bernama lelaki, maka itu pasti ego dan harga diri. Ada kalanya harga diri lelaki itu tergores, terlebih untuk urusan sensitif seperti masalah gaji. Jika gaji istri jauh lebih besar, pasti akan jadi hal yang bikin kepikiran. Insecure lah, mudahnya. Padahal ya, sebenernya nggak ada masalah dengan itu, sebenernya. Tapi ya masalah ego tadi, hal sepele jadi sulit.

Maka di sinilah saya terpikir bahwa besok begitu lulus kuliah harus mendapat pekerjaan yang ideal dan lebih berkomunikasi dengan calon pasangan kelak mengenai gaji.

Dalam Cek Toko Sebelah 2, calon istri Erwin maklum dan tidak masalah dengan fakta bahwa gajinya lebih besar dari Erwin.

Menghadapi mertua banyak minta

Saya memang belum menikah dan belum ketemu calon mertua atau ketemu orang tua pacar saya. Tapi, melihat interaksi Erwin dan calon mertuanya di Cek Toko Sebelah 2 bikin saya rada bergidik sendiri. Seribet dan sesusah itukah minta restu untuk nikah?

Di film itu, Erwin yang notabene karyawan kelas atas dan lumayan berkecukupan saja masih susah minta restu. Tapi wajar, sebab dia ada kerja di luar kota, tapi camer maunya tetap di dalam kota. Belum lagi camer yang minta acara nikahan besar-besaran padahal maunya kecil-kecilan. Sepertinya saya harus berlatih ilmu komunikasi agar tidak bernasib sama seperti Erwin.

Punya anak dan menjadi orang tua

Dalam Cek Toko Sebelah 2, Yohan dan Ayu sempat berselisih terkait memiliki buah hati. Yohan ingin punya anak, memang karena dia ingin dan ayahnya juga kerap bertanya kapan mereka punya anak. Sedangkan Ayu sendiri masih belum siap untuk menerima kehadiran seorang anak di tengah-tengah mereka. Meskipun begitu pada akhirnya mereka tetap memutuskan bersama. Konflik Yohan dan Ayu ini bikin saya bertanya-tanya, semengerikan itukah memiliki anak? Seberat itukah memegang amanah menjadi orang tua? Bagaimana kalau besok orang tua dan istri ribut masalah anak?

Tapi menurut film ini, jalan keluarnya ya harus ada komunikasi yang baik dengan pasangan dan orang tua. Lagian yang ngurus juga kita dan pasangan, bukan orang tua.

Anak lelaki dan orang tua

Kata orang, anak lelaki itu milik orang tuanya sampai mati. Interaksi antara Erwin dan Koh Afuk (ayahnya) yang sedikit renggang membuat saya membatin, ambisi atau orang tua? Tidak semudah mengatakan jalani saja keduanya. Ada celah yang membuat seseorang harus mengejar ambisinya, tapi tidak melupakan orang tuanya. Bukan itu saja, menjaga hubungan baik dengan ayah ibu juga harus dilaksanakan agar tidak salah paham antara kedua pihak.

Faktanya, Cek Toko Sebelah 2 adalah film keluarga yang bikin bertanya-tanya, bukan ke alurnya tapi ke diri sendiri sebagai seorang pria. Intinya, masa depan tidak hanya harus dipikirkan tapi juga dipersiapkan.

Sebagai penutup, doakan dapat pasangan yang kaya raya seperti pacarnya Erwin ya. Tulung banget iki, Gaes.

Penulis: M. Guntur Rahardjo
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Angkat Kisah Trauma Perceraian, Ernest Prakasa Rilis Film Cek Toko Sebelah 2

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version