Pagi tadi saya kedatangan pelanggan yang tiba-tiba meminta saya untuk menggantikan busi untuk mobilnya. Setelah saya periksa, mobilnya dalam kondisi mesin pincang. Mesin bisa menyala, tapi putarannya tidak halus seperti biasanya.
“Ini mau langsung ganti businya atau diperiksa dulu, Pak?” Tanya saya kepada pelanggan tersebut guna menentukan harga pemeriksaan.
Ternyata bapak tersebut memilih langsung melakukan penggantian busi dengan alasan sudah mendapatkan hasil pemeriksaan dari bengkel sebelah. Rupanya ini bapak pelanggan baru, bagaimana kalau saya curi hatinya agar beliau berpindah tempat dalam melakukan servis? Beberapa kali saya berpikir demikian. Halah nggak penting!
Yang terpenting adalah saya melakukan yang terbaik untuk setiap pelanggan yang datang, baik datang untuk servis atau sekadar ngopi sembari memberikan uang tip.
Sebagai montir senior, bukannya sok sakti, hanya saja mesin yang pincang ketika harus ganti busi bukanlah seperti yang dialami oleh mobil bapak ini, begitulah menurut pengamatan saya. Meski demikian, saya tidak bisa asal tebak demi nama baik. Ya, seorang montir juga perlu menjaga nama baik agar pelanggan percaya dan setia kepada saya.
Nah, sebab pincangnya itu ketika mesin idle dan hilang begitu pedal gas diinjak perlahan, maka saya menyimpulkan masalahnya bukan dari pengapian melainkan karena ada udara yang masuk ke ruang bakar yang tidak terbaca oleh MAF (Mass Air Flow) sensor.
Oh iya, mobil pelanggan ini adalah Grand Livina tipe L10, mobil yang pernah mengalahkan penjualan Avanza. Wajar jika kita masih banyak menjumpainya di jalanan, meski sekarang sudah tidak diproduksi lagi.
Baik, kembali kepada mesin pincang yang disebabkan oleh udara masuk tidak melalui sensor. Bagaimana penjelasannya kok pincangnya hilang ketika pedal gas mulai diinjak perlahan?
Jadi begini, mesin injeksi pada mobil itu sudah diatur oleh komputer sehingga ketika terjadi sedikit saja miskomunikasi antara sensor dan komputer, mesin akan segera memunculkan gejala. Jika suatu bengkel punya alat pemindai, data setiap sensor bisa dibaca lalu dibandingkan dengan spesifikasi dalam kondisi tertentu. Kondisi idle sekian, di rpm 2000 sekian, dan lain sebagainya.
Nah, sebab saya ini montir senior, sudah sewajarnya jika sedikit mengenali gejala pada mesin. Ya seperti manusia, tidak setiap yang demam dan diikuti batuk-batuk bisa dikatakan terinfeksi virus corona, kan? Dan jenis batuk pun bermacam-macam, ada batuk kering dan batuk berdahak. Sama seperti mesin, mesin pincang juga bisa diidentifikasi bermacam-macam, bisa karena pengapian tidak wajar, bisa dari bensin yang tidak normal, dan bisa juga dari udara yang tidak sesuai dengan kebutuhan mesin.
Apa yang saya takutkan pun menjadi kenyataan. Busi yang saya bongkar kondisinya masih baru banget dan saya yakin tidak mengalami kerusakan. Sampai sini, saya merasa dilema harus berkata seperti apa kepada pelanggan tersebut. Jika saya katakan businya tidak rusak, pelanggan itu akan sangat kecewa kepada bengkel langganannya. Jika saya katakan businya memang rusak, masalah akan selesai seakan tidak terjadi apa-apa.
Padahal, kendaraan bapak ini tidak mengalami kerusakan komponen melainkan hanya ada kotoran yang mengganjal di dalam EGR. Komponen ini letaknya di bawah troutle, ini merupakan komponen yang berfungsi meminimalisir emisi gas buang. Dengan kata lain, sisa gas buang yang keluar dari exhaust manifold diolah ulang ke dalam ruang bakar.
Jika kondisi mesin idle, seharusnya EGR ini tidak membuka karena memang ia bekerja saat pedal gas diinjak. Nah, bila ada kotoran yang mengganjal maka katup di dalam EGR ini akan membuka dan menyebabkan ada udara masuk ke dalam ruang bakar. Jika sudah seperti itu, dapat dipastikan putaran mesin tidak akan stabil.
Saya pun sering berkonsultasi kepada senior saya yang lebih lama menjadi montir. Kebanyakan dari mereka akan meminta saya memilih jalan damai yaitu dengan mengatakan businya memang rusak. Dengan begitu tidak akan terjadi konflik dan hubungan bilateral bengkel tempat saya bekerja dengan bengkel sebelah akan baik-baik saja.
Bisa saja pelanggan malah berpikir saya mengada-ada karena ingin mencari pelanggan baru dengan cara memberi berita bohong atas kualitas servis bengkel lain tersebut. Wah, tentu ini tidak benar meski niatan saya benar.
Tentu sebagai montir yang berada di bawah naungan perusahaan, saya pun menuruti keinginan mereka, yaitu mengutamakan kedamaian. Meski pada hakikatnya hati saya tidak bisa berdamai karena tidak mengatakan sejujurnya.
Yah, itu namanya politik yang mengutamakan perdamaian. Saya pikir jenis politik seperti ini juga kerap terjadi di negeri ini. Misalnya kasus dugaan penistaan agama yang dulu dijatuhkan kepada Ahok, hingga sampai sekarang saya yakin beliau tidak bersalah. Wong jelas yang membodohi masyarakat itu bukan ayat suci Al-Qurannya, tapi orang yang menggunakan ayat tersebut.
Saya sih tidak menginginkan hal itu terjadi, hanya saja saya dapat mengambil pelajaran dan tetap kalem dengan memahami bahwa dunia ini hanya permainan.
Jika memang dunia ini adalah permainan, bukan berarti kita boleh main sesuka hati, bukan? Maka dari itu, meski saya ini hanya seorang montir, saya masih sangat ingin menyampaikan kebenaran semacam ini.
Iya, akan saya sampaikan bahwa tidak semua mesin pincang itu disebabkan oleh businya yang rusak! Tapi, perlu dianalisa dengan baik, bahkan dicari permasalahannya lalu dikonfirmasi bahwa komponen itu benar-benar rusak.
Montir jangan seperti dukun, nebak-nebak tanpa bisa membuktikan. Namun, bukan berarti menebak-nebak itu tidak boleh loh, ya. Semua harus ada porsinya dan selalu ditutup dengan kalimat, “Analisa ini harus dibuktikan secara langsung.” Sebab, pada dasarnya manusia memang memiliki akal untuk berpikir agar hidupnya lebih mudah dan efisien.
BACA JUGA Sebenarnya Bahaya Nggak sih Flushing Oli Mesin Menggunakan Solar? dan tulisan Erwin Setiawan lainnya.