ADVERTISEMENT
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Newsletters
  • Login
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Bung Bernard Batubara, Kata-Kata Itu Termasuk Komoditas, Lho!

Iqbal AR oleh Iqbal AR
14 Januari 2020
A A
Bung Bernard Batubara, Kata-Kata Itu Termasuk Komoditas, Lho!
Share on FacebookShare on Twitter

Selama tiga hari belakangan ini, dunia penulisan sedang ramai-ramainya. Bukan hanya soal karya-karya baru yang muncul atau penghargaan kepada penulis. Tetapi ramai-ramai ini berasal dari dua hal, yaitu jasa rangkai kata dan Bernard Batubara. Ini semua dimulai dari tulisan Muhammad Ikhdat Sakti Arief pada 7 Agustus 2019 (padahal tulisannya sudah cukup lama) yang membahas mengapa jasa merangkai kata milik Zarry Hendrik kok bisa laris manis saat ini. Penulis hanya memaparkan keheranannya, kok bisa ada orang yang rela membayar demi dibuatkan sebuah tulisan, entah untuk urusan bisnis atau pribadi.

Tulisan ini disebarkan ulang via Twitter oleh Mojok beberapa hari yang lalu. Hal ini langsung disambar oleh Mbak Dara (@felsdar), yang merupakan istrinya penulis Bernard Batubara. Mbak Dara bilang bahwa sedemikian miskin dan malas kah generasi sekarang dalam hal berpikir, sampai merangkai kata saja susah dan harus memakai jasa tersebut.

Cuitan ini diretweet oleh Bung Bernard Batubara yang juga mencuit secara terpisah dengan cuitan, “Kata-kata bukan komoditas.” Dan cuitan sindiran plus promosi, “Daripada jualan kata-kata, saya mending jualan minuman, bla bla bla.”

Cuitan mereka berdua ini mendapat respons yang beragam, termasuk dari orang-orang yang ada di dalam jasa merangkai kata yang dimiliki oleh Zarry Hendrik (namanya Kapitulis). Bahkan ada yang cukup berapi-api “menantang” Bung Bernard Batubara. Namun sayang sekali, Bung Bernard dan Mbak Dara nggak merespons apa-apa mengenai tanggapan orang-orang terhadap cuitan mereka sebelumnya. Bahkan, Zarry Hendrik, empunya Kapitulis sampai menuliskan semacam permintaan maaf (yang menurut saya halus, tetapi menohok) kepada Bung Bernard dan Mbak Dara. Responsnya? Belum ada, mungkin sudah secara pribadi. Mungkin.

Itu sedikit rangkaian kejadian yang membuat dunia penulisan ramai tiga hari terakhir ini. Saya akan coba paparkan apa yang jadi kegelisahan saya juga. Oke, sedikit soal cuitan Mbak Dara yang bilang bahwa sedimikian miskin dan malas kah generasi sekarang dalam hal berpikir dan merangkai kata bla bla bla, ini seperti orang yang sok peduli tetapi nyatanya sangat abai. Maksud saya, Mbak Dara mungkin lupa bahwa nggak semua orang punya kemampuan seperti suaminya. Ada orang yang bahkan untuk menuliskan sesuatu saja susah. Zarry Hendrik dan kawan-kawan toh hanya memberikan pilihan solusi untuk itu.

Toh jasa merangkai kata ini secara konteks juga sudah ada cukup lama dengan nama copywriter. Bedanya, jasa merangkai kata Kapitulis ini cakupannya luas, bisa untuk personal dan bisnis. Jadi, jasa merangkai kata itu biasa saja. Bukan memfasilitasi kemalasan, tetapi memfasilitasi ketidakmampuan.

Tentang cuitan Bung Bernard yang biang bahwa kata-kata itu bukan komoditas, saya sebenarnya agak gatal dengan cuitan ini. Bukan apa-apa, cuitan seperti ini dikeluarkan oleh seorang penulis yang di bio twitternya mencantumkan berapa jumlah buku yang ditulisnya. Ya maksud saya begini, kalau cuitan “kata-kata itu bukan komoditas” keluar dari orang yang bukan penulis, saya masih bisa wajar. Namun ini keluar dari seorang penulis (yang salah satunya juga jualan kata-kata, meskipun buat dia sendiri) dan ini aneh gitu lho.

Saya masih nggak dapat juga apa yang dimaksudkan Bung Bernard dalam cuitan tersebut. Padahal, selama ini kata-kata itu sendiri juga bisa dibilang sebagai komoditas atau barang dagangan utama. Orang-orang yang membeli buku Bung Bernard misalnya, mereka membeli ya karena yang dijual selain cerita dan nama besar Bung Bernard, ya kata-kata yang Bung Bernard pilih dan tulis dalam buku tersebut. Masa mau bilang kalau kata-kata bukan komoditas. Kata-kata itu juga punya nilai jual, nggak melulu soal estetika, kaidah, atau yang lainnya. Apakah salah menjual kata-kata?

Kalau penulis seperti Bung Bernard bilang bahwa kata-kata itu bukan komoditas, ya sekalian saja kata-kata (termasuk cerita) yang ada dalam buku nggak perlu diberi harga. Bukunya dijual seharga artwork dan jumlah kertas saja. Gimana? Biar nggak nanggung gitu. Saya di sini juga nggak membela Zarry Hendrik dan Kapitulis. Buat apa juga, toh saya juga nggak dibayar. Saya di sini cuma heran saja sama apa yang dicuitkan oleh Bung Bernard itu.

Ayolah, kita ini hidup di era di mana segala sesuatu bisa dijadikan uang. Buku, kata-kata, bahkan kemarahan dan kesombongan pun bisa jadi uang kalau pintar mengelolanya. Bukan berarti kita harus tunduk pada sistem di era seperti itu, tetapi ini hanya pilihan. Kalau mau silakan, nggak ya nggak ada masalah. Toh siapa tahu jasa merangkai kata ini bisa jadi ajang belajar bagi orang lain yang memesan. Satu dua kali pertama memesan tulisan, lalu berikutnya sudah bisa menulis sendiri. Siapa tahu, kan?

Tapi kalau cuitan itu maksudnya sebagai sebuah “kecemburuan” ya beda lagi lho ya.

BACA JUGA Terminal Mojok: Penulis sebagai Bis, Tulisan sebagai Penumpang, dan Pembaca sebagai Bis Mania atau tulisan Iqbal AR lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 14 Januari 2020 oleh

Tags: bernard batubarakapituliskata-kataZarry Hendrik
Iqbal AR

Iqbal AR

Menulis, menulis, menangis

ArtikelTerkait

Jasa Merangkai Kata yang Laris Manis: Kok Bisa?

Jasa Merangkai Kata yang Laris Manis: Kok Bisa?

7 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Tantangan Penulis Pemula Melawan Penulis Berprivilese Ketenaran

Tantangan Penulis Pemula Melawan Penulis Berprivilese Ketenaran

Efek Dunning-Kruger: Kenapa sih Orang-Orang Bisa Merasa Paling Tahu?

Efek Dunning-Kruger: Kenapa sih Orang-Orang Bisa Merasa Paling Tahu?

Potensi Kebaikan Sales Penyebar Brosur di Depan Konter Hape untuk Pengendara

Potensi Kebaikan Sales Penyebar Brosur di Depan Konter Hape untuk Pengendara



Terpopuler Sepekan

Digigit Nyamuk Memang Menyebalkan, tapi Jika Digigit di 5 Bagian Tubuh Ini, Rasanya kayak Menderita Selama 1000 Tahun

Digigit Nyamuk Memang Menyebalkan, tapi Jika Digigit di 5 Bagian Tubuh Ini, Rasanya kayak Menderita Selama 1000 Tahun

oleh Iqbal AR
23 September 2023

Memakai Lampu LED buat Lampu Rem Mobil Itu Contoh Pengendara Biadab

Memakai Lampu LED buat Lampu Rem Mobil Itu Contoh Pengendara Biadab

oleh Achmad Fauzan Syaikhoni
22 September 2023

Sate Ambal Sambal Tempe, Kuliner "Nyeleneh" Kebumen yang Bikin Ketagihan

Sate Ambal Sambal Tempe, Kuliner “Nyeleneh” Kebumen yang Bikin Ketagihan

oleh Setiawan Muhdianto
25 September 2023

Daihatsu Luxio dan Stigma Mobil Murahan yang Melekat Terminal Mojok

Kalau Ada yang Bilang Daihatsu Luxio Mobil Mewah, Baiknya Bawa Orang Tersebut ke Puskesmas Terdekat

oleh Yanuar Abdillah Setiadi
25 September 2023

Betapa Repotnya Keluarga Suku Campuran di Hadapan Petugas Sensus

Betapa Repotnya Keluarga Suku Campuran di Hadapan Petugas Sensus

oleh Virgilia Puput K.
22 September 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=UYaA2xiqS2A

DARI MOJOK

  • Menelusuri Kampung Sayidan, Kampung Arab dalam Lagu Andalan Shaggydog
  • Duel Panas, Waroeng Open Wujudkan Ekshibisi Eksklusif Pertemukan Ganda Putra Badminton Kebanggaan Indonesia
  • Universitas Imelda Medan, Kampus Kesehatan yang Layak Diperhitungkan
  • Apotek Kimia Farma Malioboro, Apotek Tertua Jogja Bekas Toko Obat Belanda
  • 4 Kisah Pilu di Balik Gegap Gempita Sumbu Filosofi Jogja Jadi Warisan Budaya Dunia
  • Menelusuri Jejak Kaesang Pangarep, Baru Dua Hari Masuk Partai Langsung Jadi Ketua Umum PSI
ADVERTISEMENT
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Newsletters
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Login
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Sapa Mantan
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Halo, Gaes!

atau

Masuk ke akunmu di bawah ini

Lupa Password?

Lupa Password

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email Anda untuk mengatur ulang kata sandi Anda.

Masuk!