Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Bulak Banteng Krisis Identitas, Terlalu Madura untuk Disebut Surabaya

Dito Yudhistira Iksandy oleh Dito Yudhistira Iksandy
8 Agustus 2024
A A
Bulak Banteng Krisis Identitas, Terlalu Madura untuk Disebut Surabaya Mojok.co

Bulak Banteng Krisis Identitas, Terlalu Madura untuk Disebut Surabaya (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Bulak Banteng merupakan nama salah satu kelurahan yang ada di utara Kota Surabaya. Menurut saya, daerah ini punya keunikan tersendiri, setidaknya jika dibandingkan dengan daerah lain yang ada di Kota Pahlawan. Bagaimana tidak, Bulak Banteng punya dua julukan unik, seperti Istanbul—akronim dari Istana Bulak Banteng—dan Mexico. Julukan tersebut umumnya digunakan untuk merujuk pada banyaknya etnis Madura yang tinggal di sini.

Saya tekankan, di sini saya nggak akan rasis. Sebaliknya, saya justru merasa Bulak Banteng menjadi daerah yang unik. Sebab, ketika berkunjung ke Bulak Banteng Surabaya, saya merasa tidak sedang di Surabaya.

Penduduk Bulak Banteng yang didominasi etnis Madura

Penyebab utama yang membuat saya merasa asing ketika mampir ke Bulak Banteng adalah mayoritas penduduk di kelurahan ini merupakan etnis Madura. Bayangkan, dari bahasa yang digunakan saja sudah jauh berbeda. Sebab, hampir semua warga lokal yang saya temui berinteraksi menggunakan Bahasa Madura.

Uniknya, dari beberapa orang yang saya temui, hanya ada sebagian yang bisa menggunakan bahasa Jawa. Itu pun mereka masih menggunakan gaya bicara dan logat khasnya. Sementara itu sebagian lain hanya bisa berbahasa Madura. Makanya saya bilang kalau Bulak Banteng seperti bagian lain dari Surabaya. Padahal, secara administratif daerah ini masih menjadi bagian dari Kecamatan Kenjeran.

Awalnya, saya sempat menduga kalau banyaknya etnis Madura yang tinggal di sini disebabkan oleh lokasinya yang berbatasan langsung dengan Jembatan Suramadu. Namun, dugaan saya salah, sebab menurut cerita warga sekitar, Bulak Banteng sudah ditempati banyak orang Madura jauh sebelum Jembatan Suramadu dibangun.

Meskipun demikian, tak bisa dimungkiri kalau keberadaan Jembatan Suramadu juga turut meningkatkan populasi etnis Madura yang tinggal di daerah ini.

Suasana yang sangat mirip dengan Madura

Banyaknya penduduk etnis Madura yang tinggal di Bulak Banteng ternyata turut memengaruhi suasana di tempat ini. Dari hal yang paling sederhana saja, perkara fashion, misalnya. Kawan saya pernah berkata kalau salah satu kebiasaan orang Madura adalah sering menggunakan sarung di berbagai aktivitas.

Benar saja, saya menemukan tren fashion serupa di sini. Serius, deh, mulai dari anak-anak sampai bapak-bapak banyak banget yang keluar rumah dengan bersarung. Ya, memang nggak salah, sih, tapi outfit kayak gini nggak umum di Surabaya.

Baca Juga:

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Selain perkara fashion, suasana perkampungan di sini juga cukup berbeda dibandingkan dengan kampung lain di Surabaya. Sebab, di sini nuansa ke-Madura-annya sangat kental. Salah satu penyebabnya adalah banyak ditemukan usaha pengepul besi tua, pangkas rambut, toko kelontong, sampai pengepul barang-barang bekas.

Memang usaha-usaha seperti gitu juga ada di daerah lain, tapi jumlahnya nggak akan sebanyak di Bulak Banteng. Saya bisa jamin kalau kalian akan mudah sekali menemukan pengepul barang bekas di daerah sekitar sini. Bahkan, tak jarang lokasinya hanya berjarak beberapa meter.

Terlalu Madura untuk bisa disebut Surabaya

Sebelumnya, saya menyebutkan kalau Bulak Banteng merupakan daerah yang unik. Sebab, ketika saya berkunjung ke sini, saya justru merasa seperti nggak sedang di Surabaya. Lebih dari itu, saya justru merasa seperti orang asing karena warga lokal lebih banyak berinteraksi menggunakan bahasa Madura, alih-alih bahasa Jawa. Ya, saya mana ngerti.

Demi memvalidasi perasaan ini, saya mencoba bertanya ke beberapa kawan yang berasal dari Surabaya. Hasilnya, mereka semua sepakat kalau Bulak Banteng memang punya vibes yang berbeda dibandingkan dengan daerah lain di Surabaya.

Mungkin ini sebabnya banyak komedian Surabaya yang memperdebatkan soal Bulak Banteng ikut bagian dari Pulau Madura atau Surabaya. Lha, gimana, mau dibilang ikut Madura kok secara administrasi masih bagian dari Surabaya. Tapi, mau dibilang bagian dari Surabaya pun susah, sebab di sini sudah terlalu melekat vibes Madura-nya.

Jadi, saya merasa kalau Bulang Banteng itu daerah yang krisis identitas. Tapi, sekali lagi, saya nggak bermaksud buruk atau mendiskreditkan etnis Madura, ya. Justru keberagaman ini yang membuat Bulak Banteng unik. Lebih dari itu, hal ini juga menjadi bukti kalau berbagai etnis bisa hidup berdampingan di Kota Pahlawan. Bukan begitu, Lur? Salam toleransi!

Penulis: Dito Yudhistira Iksandy
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Mantrijeron, Kecamatan di Kota Jogja dengan Vibes Bantul yang Kental

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 8 Agustus 2024 oleh

Tags: Bulak BantengBulak Banteng SurabayamaduraSurabaya
Dito Yudhistira Iksandy

Dito Yudhistira Iksandy

Saya punya motor namanya Arnol.

ArtikelTerkait

Tradisi Menjemput Jemaah Haji (Harus) dengan Konvoi di Madura Lama-lama Meresahkan!

Menjemput Jemaah Haji (Harus) dengan Konvoi di Madura Itu Meresahkan, Nggak Semua Orang Harus Tahu kalau Situ Baru Naik Haji

27 Juli 2024
Surabaya Memang Kekurangan Tempat Wisata, tapi Tidak Pernah Kekurangan Warkop

Surabaya Memang Kekurangan Tempat Wisata, tapi Tidak Pernah Kekurangan Warkop

5 Juli 2024
Terminal Bungurasih Momok bagi Pengguna Jalan Raya Waru Sidoarjo, Macet Ora Umum! Mojok terminal bungurasih surabaya

Pengalaman Saya Dipalak dan Ditipu Calo di Terminal Bungurasih Surabaya, Bikin Kapok untuk ke Sana Lagi

20 Agustus 2024
kebiasaan orang madura logat asli sapi sonok kerapan sapi sate madura pangkas rambut sarung mojok.co

Madura dan Pernak-perniknya yang Orang Sering Salah Sangka

5 April 2020
Honda Vario 125 Old, Motor Paling Loyo Sedunia (Firzafp via Wikimedia Commons)

Honda Vario 125 Old, Motor Loyo yang Nggak Ramah Polisi Tidur dan CVT yang Sering Gredek

12 Desember 2023
Ketintang, Neraka bagi Perantau Saat Ramadan Tiba

Ketintang, Neraka bagi Perantau Saat Ramadan Tiba

26 Maret 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri
  • Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier
  • Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya
  • Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.