Kalau kamu mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, khususnya mahasiswa jurusan Informatika, Sistem Informasi, atau siapa pun yang sering bolak-balik Blotongan, kemungkinan besar kamu pernah mendengar atau bahkan nongkrong di tempat sakral ini, Bukit FTI. Bukit FTI adalah sebuah tempat di belakang Fakultas Teknologi Informasi UKSW yang katanya sih biasa-biasa aja, tapi begitu matahari mulai condong ke barat, tempat ini menjelma jadi spot healing paling hakiki se-Salatiga.
Jangan bayangkan bukit yang tinggi menjulang dengan rerumputan Swiss dan suara gemericik air kayak di film-film Studio Ghibli. Bukit FTI itu ya bukit. Kecil, sepi, dan kadang agak jomplang tanahnya, tapi justru itu daya tariknya.
Tempat ini seperti cinta pertama yang tak sempurna, tapi meninggalkan kesan mendalam. Kalau kamu jeli dan datang di waktu yang tepat, pemandangan senja di sini bisa bikin kamu mempertimbangkan kembali hubungan toksik yang selama ini kamu bela-belain.
Bukit FTI, spot terbaik untuk merenung di kampus UKSW Salatiga
Waktu terbaik untuk ke Bukit FTI adalah jam 5 sore lewat dikit. Saya nggak menyarankan kamu datang terlalu awal ke sini karena biasanya masih panas. Tapi menjelang sore, begitu matahari mulai turun pelan ke arah barat, langit di atas Blotongan bakal berubah jadi panggung seni dadakan.
Pemandangan langit dari Bukit FTI akan berubah. Warna oranye, merah muda, dan ungu bercampur aduk kayak hasil karya cat air anak TK yang niat. Ini bukan hasil filter Instagram atau preset Lightroom, ya, ini beneran lukisan alam. Matahari tenggelam di ujung barisan pepohonan, siluet perumahan warga, dan Gunung Merbabu yang muncul malu-malu, semua menyatu dalam simfoni visual yang nyaris bikin kamu lupa kalau kamu belum bayar uang semester ini.
Di Bukit FTI UKSW Salatiga, kamu nggak cuma duduk menatap langit. Kamu bisa membawa teman ke sini buat ngobrol apa pun. Soal skripsi, cinta yang kandas, atau bahkan dosen yang hobinya ghosting revisi.
Kalau nggak bawa teman pun nggak masalah karena tempat ini juga cocok buat menyendiri. Kamu bisa duduk diam, pasang headset, memutar lagu Pamungkas atau Banda Neira, lalu mulai mikir, “Sebenernya aku ini maunya apa, sih?”
Kadang kamu bakal melihat mahasiswa duduk sendiri di sini bawa kopi dari belakang kampus UKSW Salatiga bawah yang terkenal murah, sambil buka laptop dan ngerjain tugas. Tapi percaya deh, tugasnya nggak bakal kelar. Soalnya suasana senja di sini terlalu syahdu untuk dipakai mikir logika pemrograman.
Bukit FTI juga sering jadi tempat PDKT diam-diam. Ada yang akhirnya jadian, tapi banyak juga yang bubaran pas UTS tiba.
Jadi poin plus meski tak masuk brosur kampus
Meski tak masuk dalam brosur kampus, Bukit FTI adalah salah satu kebanggaan UKSW Salatiga. Akses ke tempat ini juga gampang tapi nggak banyak yang tahu. Kamu tinggal masuk lewat jalan ke Fakultas Teknologi Informasi UKSW di Jalan Dr. O. Notohamidjojo, nah, di situlah surga kecil ini berada.
Lantaran letaknya agak nyempil dan minim papan petunjuk, Bukit FTI sering luput dari peta wisata Salatiga. Tapi justru itu keuntungannya. Tempat ini masih sepi, belum banyak dirusak tangan-tangan kreatif yang suka bikin konten sok estetis tapi buang sampah sembarangan.
Bukit FTI mungkin bukan tempat wisata mainstream. Nggak ada tiket masuk, nggak ada warung, apalagi tempat parkir proper. Tetapi justru kesederhanaan itulah yang membuat bukit ini memesona. Di tengah rutinitas kuliah, tugas, dan realitas hidup anak kos yang kadang lebih pahit dari kopi tanpa gula, Bukit FTI hadir sebagai pengingat bahwa bahagia itu sederhana. Cukup duduk, tarik napas, dan melihat matahari pulang kerja.
Kalau kehidupan kuliahmu sedang terasa berat-beratnya, kamu bisa ke sini. Siapa tahu kamu akan menemukan ketenangan di sini. Atau malah ketemu jodoh…? Siapa tahu. Namanya juga usaha.
Kalau mau ke Bukit FTI, jangan lupa bawa alas duduk biar nggak digigit semut. Bawa camilan dan minum juga biar nggak kehausan dan kelaparan. Terus, bawa kembali sampahmu dan buang pada tempatnya. Sunset boleh indah, tapi kalau lingkungannya jorok, ya batal romantisnya…
Penulis: Imam Dwi Widiantoro
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















