Seperti pada hari-hari biasa, saya sedang scrolling layar gawai saya untuk membaca tulisan-tulisan di Terminal Mojok, termasuk sembari menunggu tulisan saya akan terbit atau tidak. Kemarin, mata saya tertuju pada tulisan Mas Prabu yang berjudul “Bahasa Jawa Sangat Peduli pada Jatuhnya Umat Manusia“. Isinya, kurang lebih menjelaskan kalau Bahasa Jawa sebagai bahasa sangat menarik, karena perkara jatuh saja banyak kosakata untuk segala kondisi. Oh, Mas Prabu, percayalah, sesungguhnya bahasa yang paling “peduli pada jatuhnya umat manusia” itu adalah bahasa Sunda.
Ya gimana. Mulai dari posisi, sampai kondisi jatuh, baik itu beneran jatuh sampai jatuh di perasaan, bahasa Sunda memiliki banyak kosakata untuk membedakannya. Lho, jangan salah. Bahasa Sunda sebagai salah satu bahasa lokal yang dituturkan terbanyak nomor dua di Indonesia ini memang sangat kaya karena dalam bahasa Sunda terdapat undak usuk basa. Langsung saja biar nggak lama nih saya jelaskan. Sok mangga, tipayun a.
Jatuh dilihat dari posisi jatuhnya
Posisi jatuh dalam bahasa Sunda itu nggak seperti bahasa Indonesia, yang kalau misalnya jatuh ke depan, ya, disebut “jatuh ke depan” juga. Kalau bahasa Sunda justru berbeda, mulai dari jatuh ke depan sampai jatuh dari atas, memiliki kosakata yang sangat jauh berbeda.
Kita mulai dari kosakata bahasa Sunda posisi-posisi jatuh. Oh iya, kalau bahasa Sunda jatuh umumnya itu labuh untuk kasar, dan geubis untuk yang halusnya.
Pertama, untuk orang yang jatuh ke depan adalah tikusruk. Misalnya, kalau kita lagi jalan kaki dan tiba-tiba badan oleng jatuh ke depan. Tikusruk bisa digunakan dalam kondisi itu. Eits, pasti banyak yang mikir kalau jatuhnya karena tersandung lalu jatuh ke depan gimana? Itu beda kosakata lagi, nanti saya kasih tahu.
Kedua, untuk orang yang posisi jatuhnya ke belakang disebut ngajengkang. Untuk yang satu ini, sepertinya agak cukup umum digunakan. Apalagi, kalau kita bergaul di lingkungan Betawi-Bekasi, yang bahasanya banyak tercampur antara Sunda dan Betawi. Kalau ngajengkang, itu contohnya saat sedang duduk di kursi terus ditarik orang dan jatuh ke belakang. Nah, itu namanya ngajengkang.
Ketiga, jatuh dari atas atau posisi lebih tinggi. Yang satu ini disebut ragrag. Itu untuk makhluk hidup, kalau untuk benda mati digunakan kosakata murag. Contohnya buah yang jatuh dari pohon, itu disebutnya murag. Karena benda mati yang jatuh dari atas. Tidak hanya posisi jatuh saja, kondisi jatuh juga banyak ragamnya dalam bahasa Sunda.
Jatuh dilihat dari kondisinya
Agar tulisan saya padat dan singkat, tentu biar para pembaca paham, saya akan menuliskan kosakata per baris dengan makna/artinya di sebelah, ya. Kalau kepanjangan, nanti takutnya malah pada pusing wqwqwq. Canda sayang~
Tisoledat, artinya jatuh karena licin dan sampai pantat yang jatuh terkena lantai. Misalnya kita sedang jalan-jalan ke mal, lalu ada peringatan “awas lantai licin” tapi kita acuhkan. Saat sedang enak-enak berjalan, tiba-tiba kita terjatuh dan posisinya pantat duluan baru punggung yang jatuh. Tah, itu namanya tisoledat.
Ngagolosor, yang satu ini hampir mirip dengan kondisi jatuh karena licin. Tapi, jika tisoledat hanya jatuh karena licin, yang satu ini sudah jatuh karena licin lalu sambil meluncur. Contohnya, kita sedang jalan di turunan lalu tiba-tiba jatuh dan karena licin kita jatuhnya sambil meluncur ke arah bawah. Itulah yang namanya ngagolosor, agak mirip longsor kan? Wqwqwq.
Tigebrus, biasanya tukang gali sumur ini. Soalnya artinya adalah jatuh ke lubang, pfft. Kalau kalian lagi jalan, tiba-tiba ada lubang besar dan terperosok itu bisa disebut tigebrus. Soalnya, ya, memang artinya jatuh ke lubang. Baik itu lubang yang besar atau kecil. Pokoknya jatuh, dan posisinya masuk ke lubang.
Ngagolepak, yang kalau diartikan dalam bahasa Indonesia itu tergeletak. Kita tahu tergeletak jarang digunakan, dan biasanya untuk benda mati. Tapi, ada juga yang mengartikan jatuh yang satu ini adalah jatuh dengan keadaan badan menyamping. Jadi, saat jatuh posisi badan yang terjatuh adalah samping duluan. Begitu~
Tikosewad, ini jatuh karena tersandung. Bisa tersandung batu, bola, atau benda yang membuat kaki kita oleng dan kita tersandung lalu jatuh. Untuk yang satu ini adalah kosakata dan artinya.
Waduhhh, lumayan banyak sebenarnya kalau saya mau tuliskan semuanya. Tapi, ya, sebenarnya saya nggak hafal-hafal amat wqwqwq. Itu yang di atas adalah beberapa kosakata bahasa Sunda jatuh yang saya ketahui, mungkin nanti saya lanjutkan lagi jika saya sudah hafal kosakata lainnya. Oh iya, beberapa kosakata jatuh sebagai honorable mention juga sudah saya siapkan!
Honorable mention jatuh dalam bahasa Sunda
Pasti yang namanya manusia itu pernah jatuh cinta, atuh. Kalau normal, dan punya perasaan mah pasti tertarik tentang hal-hal yang berbau romansa. Bahasa Sunda juga mengakomodir “jatuh” yang satu ini. Dalam bahasa Sunda, jatuh cinta adalah beger. Contoh penggunaan katanya dalam kalimat: “Tong beger, budak keneh, sakola sing bener” atau jangan jatuh cinta, masih kecil, sekolah dulu yang betul.
Lalu satu lagi adalah jatuh untuk orang yang sering jatuh ke lubang yang sama, kalau yang satu ini kosakata yang paling cocok adalah belegug! Udah tahu itu lubang yang sama, udah tahu dia bakalan begitu dan nggak akan berubah. Masih saja dikejar, masih saja mau masuk ke lubang yang sama. Belegug, eling sia teh!
Jadi ada yang pernah pakai kosakata di atas? Atau mau nambahin? Mangga diantos dina kolom komentar.
BACA JUGA Panduan Belajar Bahasa Sunda yang Tidak Baik dengan Benar dan tulisan Nasrulloh Alif Suherman lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.