Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Bucin, Identitas dari Gerakan Baru Anak Muda Abad Milenial

Ulfa Setyaningtyas oleh Ulfa Setyaningtyas
30 Mei 2019
A A
bucin alias budak cinta

bucin alias budak cinta

Share on FacebookShare on Twitter

Istilah bucin atau budak cinta belakangan ini sering disebut-sebut sebagai ungkapan yang menggambarkan perilaku kecintaan seseorang yang kebablasan sampai-sampai kehilangan jati diri. Kalau pembelaan teman saya sih “cuma jomblo yang bilang begitu”—kan saya jadi ingin berkata kasar. Dasar parutan kelapa! Tapi ada juga yang bilang dengan adanya istilah bucin, kata ‘tulus’ jadi kehilangan tempat—hiyaa hiyaa mashoook, Pak Ekooo~

Jadi sobat Terminal Mojok, sudahkah kamu mendeklarasikan diri sebagai Bucin Club atau Anti Bucin-Bucin Club? Ngomong–ngomong, itu gerakan baru yang muncul akibat fenomena bucin belakangan ini. Saya juga tahunya dari Kang Emil a.k.a Ridwan Kamil dari postingan di Instagram beberapa waktu lalu.

Fenomena bucin ini dimaknai sebagai ketumpulan berfikir masyarakat milenial—terutama kalangan remajanya. Bucin itu memang benar adanya terjadi ketika seseorang yang mencintai orang lain tentu saja ia akan melakukan apa saja yang membuat seseorang yang dicintainya bahagia—rela berkorban untuknya tapi tidak untuk orang lain karena merasa mereka lebih penting dari hal lain disekitarnya serta melakukan semua itu dengan tulus. Yap, dengan tulus.

Lalu barisan para bucin, “Boleh juga kau, Ferguso”. Eitss, tunggu dulu—yang ingin saya sampaikan adalah konteks ketulusan seperti inilah yang kemudian menjadi alat pembenaran atas segala hal yang mereka lakukan, sekali pun hal tersebut setidaknya terlihat seperti membodohi diri sendiri.

Coba deh lihat fenomena yang terjadi sekarang ini, bucin telah bereformasi menjadi lebih kejam—obsesi menjadi jauh lebih mendominasi—dan bucin ini mulai gencar melakukan ekspansi. Mereka ini menjadikan tulus sebagai pembelaan terhadap perilaku mereka yang sesungguhnya kebablasan. Misalnya, mereka tiba-tiba menjadi pengabdi setan pasangan seolah-olah pasangannya adalah makhluk Tuhan paling suci yang tidak pernah salah—dan kita para jomblo yang penuh dosa (bukan curhat ya gaes)—bagian yang salah adalah mereka menemukan seseorang tapi kehilangan diri mereka sendiri.

Mereka juga akan melakukan apa saja untuk pasangannya—tidak peduli benar atau salah—mereka rela berkorban tanpa batas. Gunung akan didaki, laut pun mereka seberangi—ya setidaknya mereka totalitas, totalitas begonya~ (kalimat ini mengandung humor).

Entah bagaimana sampai pada akhirnya mereka kehilangan cara berpikir logis dan rasional. Hal ini lebih mirip obsesi, mereka akan sangat bergantung pada pasangannya mengenai hal apapun. Dan yang lebih mirisnya lagi adalah memiliki perasaan bahwa mereka memang sudah seharusnya ditakdirkan bersama. Jadi, kamu itu mencintai atau terobsesi? Kemudian pasukan Anti Bucin-Bucin Club bersorak “Sadarlah kau, Wahai Alejandro, masa jahiliyah sudah berlalu.”

Bucin juga punya kelasnya sendiri loh—dari yang kelas teri sampai kelas Paus. Dalam kehidupan sehari-hari berita pembunuhan, penganiayaan, bunuh diri maupun depresi yang dipicu oleh masalah percintaan juga mulai memadati portal-portal berita tanah air—dari media online hingga televisi, dan tentu saja tim forward grup-grup Whatsapp. Salah satu yang paling ramai diberitakan dan sempat menjadi hits media belakangan ini adalah kasus Audrey, penganiayaan dan bullying yang dilakukan oleh sesama siswa SMA karena dipicu oleh masalah percintaan remaja.

Baca Juga:

Dongeng Klasik Putri Duyung: Pelajaran untuk Kaum Muda, Jangan Bucin Kalau Nggak Mau Celaka

5 Tokoh Pewayangan yang Bucin Abis

Dalam pemberitaan lainnya misalnya, kabar pembunuhan seorang mahasiswi di Singaraja, Bali, bernama Ni Made Serli Mahardika (20) yang dibunuh dengan dicekik oleh kekasihnya sendiri berinisial KIJ (21) akibat cemburu karena korban sering terlihat kongkow-kongkow manja dengan laki-laki teman kuliahnya. Kasus lainnya, begal dan pembunuhan di Palembang yang dilakukan oleh Wahyu terhadap selingkuhan kekasihnya karena dilandasi perasaan cemburu. Tidak ketinggalan, kasus pembunuhan seorang mahasiswi UPN Yogyakarta bernama Annisa (23) yang dibunuh oleh kekasihnya sendiri, Sandra Saputra (28) karena merasa dibohongi setelah korban mengaku sebagai single di aplikasi TikTok—ini salah satu aplikasi remaja milenial juga—yang sebenarnya telah memiliki kekasih.

Lebih seram lagi salah satu kasus di Jepang oleh Yuka Takaoka dengan menikam pria yang dicintainya agar tak dapat dimiliki oleh orang lain kemudian berencana bunuh diri setelahnya agar mereka sama-sama tidak bersama orang lain. Ya untungnya kekasihnya berhasil diselamatkan setelah ia sendiri menghubungi kepolisian—sungguh upaya pertolongan yang hakiki. Ini adalah contoh bentuk perpaduan antara bucin dan obsesi. Ketahuilah bahwa kedua istilah tersebut memiliki perbedaan yang sangat tipis dan sulit dibedakan.

Berbanggalah bagi kalian yang mendeklasikan diri atau terpaksa dinobatkan sebagai jomblo—apalagi Jomblo di jalan Allah. Ahsiiapp~ Bahwa barang siapa yang menghindari bucin, niscaya anda berada di jalan yang lurus. Mencintai seseorang dan berkeinginan untuk melakukan apa saja untuk si doi adalah suatu hal yang wajar—sangat wajar. Namun cobalah pahami bahwa mencintai diri sendiri bukan sesuatu yang sekedar wajar tapi suatu keharusan.

Katanya cinta memang butuh pengorbanan. Tapi karena terlalu mencintai, banyak orang yang lupa di mana batasan dan kapan harus berhenti berkorban—terutama kalangan remaja yang masih terus belajar caranya menjadi alayers sejati. Nyatanya kehidupan tidak semata-mata tentang ‘cinta’. Bukankah usia muda seharuskan dihabiskan untuk melakukan hal-hal yang lebih produktif dan berfaedah? Hubungan itu dibangun untuk memberikan kita rasa nyaman, tenang, dan bahagia, untuk membuat diri kita berkembang dan belajar. Maka, jadikanlah demikian adanya.

Percayalah, seseorang yang benar-benar mencintaimu akan menghargai dirimu sepenuhnya. Jadikanlah ia pemacu untuk menemukan versi terbaik dari dirimu—bukan malah sebaliknya. Belajarlah bersikap adil pada dirimu sendiri—jangan mengkhianati dengan bersikap bodoh untuk tidak menghargai hidup dan peluangmu sendiri karena tak ada yang dapat menyelematkan kamu selain dirimu sendiri. Sejatinya cinta itu tidak ada yang berlebihan, jika memang ada yang mengatakan demikian. Disebut berlebihan apabila di antara yang saling mencintai tidak dapat mengimbangi satu sama lain, maka disaat kita berjuang sendiri seharusnya kita faham kapan harus berhenti dan lebih menghargai diri sendiri.

Jika kamu berfikir bahwa menyakiti orang lain adalah konsekuensi dari menghargai dirimu sendiri, cobalah tata ulang fikiranmu—bagian mana yang salah. Banyak sekali orang yang mau menghargai kita dunia ini, tapi peduli mereka sering kali dianggap sebagai halangan cinta si bucin ini untuk bersatu dengan pasangannya—bahwa orang lain tidak suka melihat mereka bahagia. Pemikiran yang dangkal seperti ini sering kali menyerap sampai membuat otak dan rasionalitas mereka berhenti bekerja.

Maka sebagai sesama generasi muda, mari saling mengingatkan. Sudahkah kita menghargai dan mencintai diri kita sendiri?

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2021 oleh

Tags: bucinBudak CintaRemaja Milenial
Ulfa Setyaningtyas

Ulfa Setyaningtyas

ArtikelTerkait

witing tresno jalaran soko kulino atlet bucin pengalaman selingkuh pacaran dari sudut pandang laki-laki mojok.co

Wajar Saya Bucin, wong Saya Lama Jadi Jomblo

2 Februari 2021
fiersa besari

Hewan-hewan Ini Lebih Bucin dari Fiersa Besari

3 September 2019
bucin

Kenapa Orang yang Sayang dan Perhatian Pada Pasangannya Justru Diolok-olok Sebagai Bucin?

21 Juli 2019
Dongeng Klasik Little Mermaid Pelajaran untuk Kaum Muda Jangan Bucin Kalau Nggak Mau Celaka Terminal Mojok

Dongeng Klasik Putri Duyung: Pelajaran untuk Kaum Muda, Jangan Bucin Kalau Nggak Mau Celaka

13 Mei 2022
kado buat pacar

5 Alternatif Kado buat Pacar yang Lebih Berfaedah daripada Boneka

21 Juni 2020
Kalau di Kota Ada Kirim Parsel, di Desa Ada Ater-ater Tipe-tipe Orang saat Menunggu Lebaran Datang Terima kasih kepada Tim Pencari Hilal! Ramadan Sudah Datang, eh Malah Menanti Bulan Syawal Ramadan Sudah Datang, eh Malah Menanti Lebaran Buku Turutan Legendaris dan Variasi Buku Belajar Huruf Hijaiyah dari Masa ke Masa Serba-serbi Belajar dan Mengamalkan Surah Alfatihah Pandemi dan Ikhtiar Zakat Menuju Manusia Saleh Sosial Inovasi Produk Mushaf Alquran, Mana yang Jadi Pilihanmu? Tahun 2020 dan Renungan ‘Amul Huzni Ngaji Alhikam dan Kegalauan Nasib Usaha Kita Nggak Takut Hantu, Cuma Pas Bulan Ramadan Doang? Saya Masih Penasaran dengan Sensasi Sahur On The Road Menuai Hikmah Nyanyian Pujian di Masjid Kampung Mengenang Asyiknya Main Petasan Setelah Tarawih Horornya Antrean Panjang di Pesantren Tiap Ramadan Menjadi Bucin Syar'i dengan Syair Kasidah Burdah Drama Bukber: Sungkan Balik Duluan tapi Takut Ketinggalan Tarawih Berjamaah Opsi Nama Anak yang Lahir di Bulan Ramadan, Selain Ramadan Panduan buat Ngabuburit di Rumah Aja Sebagai Santri, Berbuka Bersama Kiai Adalah Pengalaman yang Spesial Panduan buat Ngabuburit di Rumah Aja Pandemi Corona Datang, Ngaji Daring Jadi Andalan Tips Buka Bersama Anti Kejang karena Kantong Kering Mengenang Asyiknya Main Petasan Setelah Tarawih Rebutan Nonton Acara Sahur yang Seru-seruan vs Tausiyah Opsi Nama Anak yang Lahir di Bulan Ramadan, Selain Ramadan Drama Bukber: Sungkan Balik Duluan tapi Takut Ketinggalan Tarawih Berjamaah Sebagai Santri, Berbuka Bersama Kiai Adalah Pengalaman yang Spesial Aduh, Lemah Amat Terlalu Ngeribetin Warung Makan yang Tetap Buka Saat Ramadan Tong Tek: Tradisi Bangunin Sahur yang Dirindukan Kolak: Santapan Legendaris Saat Ramadan

Menjadi Bucin Syari dengan Syair Kasidah Burdah

7 Mei 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

15 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

16 Desember 2025
Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

17 Desember 2025
Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

16 Desember 2025
Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.