Sebagai orang yang yakin dengan rezeki yang sudah diatur oleh Gusti Allah, saya percaya, bahwa program Bantuan Subsidi Upah, atau BSU, pasti akan disalurkan. Soal kapan waktunya, itu urusan lain.
Secara naluriah, sebenarnya saya bukan memercayai bahwa rezeki itu melulu akan diperantarai program pemerintah melalui Kementerian Tenaga Kerja dan BPJS Ketenagakerjaan itu. Tapi, perasaanku dan barangkali juga ribuan rakyat jelata yang kadung ngarep bantuan uang tunai Rp1 juta itu, seperti diombang-ambingkan.
Sejak awal disampaikan secara publik pada akhir 2021 sampai hari ini, ibarat kata, pasang surutnya sudah bukan lagi seperti roller coaster, tapi lebih mirip keimanan manusia. Ada masanya naik banget, ada saatnya hilang tak berjejak. Kadang, kami, eh saya maksudnya sudah senang sekali, ketika melihat kabar di portal-portal berita, bahwa BSU akan segera dicairkan. Dalam sehari, bisa-bisa lebih 10 kali saya mengecek ke aplikasi bank digital di gawai. Bayangkan kalau yang harus mengecek di ATM. Apa tidak habis saja waktunya untuk mengecek?
Tapi sepertinya, orang-orang di atas sana, tidak terlalu ambil pusing. Toh, tidak juga akan berdampak apa-apa, setidaknya untuk mereka.
Ini juga bukan berarti saya jadi mau buta tuli, soal aturan atau pranata hukum yang kabarnya mleyat-mleyot hingga menyebabkan tak jelasnya kapan waktu pencairan BSU ini. Saya cuma pengin menceritakan beberapa hal.
Pertama, walaupun nilainya kecil untuk beberapa kalangan, tapi bagi orang-orang sekitar saya, bantuan tersebut amat berarti. Nilai dua kali Rp500 ribu itu, bahkan dianggap sebagai penyambung hidup. Nilainya tak seberapa, harapannya setinggi angkasa.
Kedua, perangkat aturan yang membikin jumlah penerima atau kriteria penerima BSU juga cenderung berkurang sejurus dengan makin meredanya dampak Covid-19. Seakan-akan, menurunnya angka Covid-19 itu berarti naiknya penghasilan orang-orang.
Padahal siapa yang bisa menjamin, ketika pemerintah menurunkan level PPKM, otomatis kesejahteraan masyarakat akan naik?
Ketiga, kabar yang simpang siur ini bikin warga yang berharap mendapat bantuan jadi makin sulit hidupnya. Begini. Bayangkan kamu, yang awalnya tak berharap apa-apa, tiba-tiba diberi tahu bahwa kamu akan mendapat sejumlah uang yang nilainya sebenarnya tak seberapa, tapi bisa didapat “cuma-cuma”? Ya pasti bikin kamu berharap. Apalagi jika keadaan ekonomimu tak baik-baik amat.
Kamu menjalani harimu yang sebenarnya berat itu, tapi sambil berharap. Pada titik tertentu, hal itu justru bikin hidupmu makin berat. Nah, itu yang saya maksud.
Keempat, tentang berita pencairan BSU. Serius, saya mulai muak mendengar kabar tersebut. Banyak media yang bikin berita semacam BSU Cair Hari ini, Buruan Cek Rekeningmu, dan itu bikin muak. Sebab, hal itu bikin orang-orang yang ngarep jadi bahagia, hanya untuk dihempaskan realitas bahwa hal itu isapan jempol semata.
Rasa-rasanya, kalau itu hanya untuk mencari klik dan sensasi, kok jahat ya.
Yang bikin lebih miris adalah, meskipun kami tahu judul-judul berita seperti itu hanya diisi naskah yang sama, dan nyaris tidak ada kepastian, herannya berita-berita itu masih terus kami pantau. Sampai-sampai, Google terus memberikan rekomendasi berita serupa.
Dalam pikiran super suudzon saya, BSU ini bisa dibilang proyek PHP paling terstruktur, sistematis, dan masif yang pernah ada di Indonesia.
Kelima, ini yang paling penting. Setelah semua ini, kalau sampai ada pembatalan pencairan, saya cuma mau bilang. Yang kalian lakukan itu jahat. Jahat banget. Saya bahkan nggak bisa bayangin berapa banyak orang yang hatinya remuk mendengar kabar ini.
Jadi, pemerintah, maunya gimana?
Penulis: Rusdianto
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 6 Tokoh di SpongeBob SquarePants Beserta Ideologinya