Sekira dua minggu lalu, Bruce Dickinson melawat ke Jakarta. Niatnya: mengumpulkan sebanyak mungkin naskah tentang Geger Pecinan tahun 1740. “Buat bahan nulis lirik album baru nanti, Ris,” jawabnya saat dicecar rekannya Steve Harris terkait alasannya pergi ke Jakarta.
Malam Ahad lalu, setelah kelewat overwhelmed membaca naskah tentang pembantaian warga keturunan Tionghoa oleh Belanda itu, Bruce memutuskan untuk nongkrong di bar dekat hotelnya.
Sampai di Bar, insting bule Inggrisnya bekerja. Bruce langsung memesan segelas bir. Namun, sebelum bartender menggelosorkan pesanan Bruce, Gus Miftah—yang kebetulan barusan banget mengelarkan tausiah di bar yang sama—menepuk pundaknya.
“Assalamulaikum, Bung, pesan apa, nih” tanya Gus Miftah.
“Just a glass of Beer, mate.”
“Ah, alkohol. Konon, alkohol itu nikmat, ya, Bung.”
“Oh, tentu!”
“Masa? ada, loh, yang lebih nikmat dan melenakan, Bung!”
Bruce memasang tampang sengak, yang biasanya cuma dia pajang di depan fan yang kelewat banyak maunya.
“Bung, saya dengar maniak sejarah, bagaimana kalau kita berdua ngobrol tentang sejarah kemunculan Islam di Nusantara? Apa yang Bung pesan on me, deh,” ucap Miftah sambil mengerlingkan mata.
Bagai anak metal dikasih part-part breakdown, Bruce langsung mengikuti Miftah. Mereka lantas duduk di sudut bar, ngobrol ngalor ngidul tentang Samudra Pasai, Mataram Islam, Walisongo dst.
Jelang Subuh, Gus Miftah mohon diri, mau solat malam dulu katanya sebelum Subuh tiba. Bruce tak bisa mencegahnya. Lagipula, dia puas disuguhi kuliah singkat Sejarah Islam di Indonesia. Plus, perutnya begah dijejali 4 piring kentang goreng dan 6 gelas besar teh manis—semuanya, sesuai janji, dibayari Miftah.
Yak, saudara saudara, tak ada bir Ahad itu!
********
Pukul 10 pagi Ahad itu, Bruce bangun dari tidur. Benda yang pertama dia cari adalah ponsel.
“Hello, Ris, jam berapa di London Timur sana? begini, Gue bakal lebih lama di Jakarta. Lirik album baru kita ditulis berdasarkan Pembantaian 6000an ulama oleh Amangkurat 1”
“Gila lo ya, Bruce!”
“Nggak lah, gue nggak gila. GUE MASUK ISLAM!”
“Bruce, this conversation can serve no purpose anymore, goodbye.”
Percakapan berakhir prematur. Tapi sebagai kawan lekat Harris bertahun-tahun, dia paham betul apa yang terjadi: Harris menendangnya dari Iron Maiden.
Dan, dia harus segera menjadi kapten bagi sebuah biduk heavy metal baru: IMRON MAIDEN
PS: Single pertama Imron Maiden “Run to The Mosque” akan dilepas Muallaf Records, tanggal 25 Dzul Hijjah 1440 H.
Catatan: Tulisan ini dimuat ulang dari status Facebook penulis.(*)