Beberapa hari lalu, timeline Twitter saya diramaikan cuitan soal video TikTok tenaga kesehatan yang bikin perbandingan pelayanan antara pasien BPJS dan umum. Saat ada tulisan “ketika pasien BPJS masuk”, tiga orang nakes dalam video tersebut tampak bermalas-malasan. Yang satu tiduran di atas meja, sedangkan dua lainnya mainan hape. Pada sesi video lainnya ketiganya tampak berjoget saat ada tulisan “ketika pasien umum masuk”.Â
Belum selesai huru-hara Kiky Saputri yang membahas beda pelayanan dokter di Indonesia dan luar negeri, ini malah ada lagi nakes yang menambah masalah. Mantap, Mas dan Mbak, kalian sukses membuat kegaduhan baru di dunia kesehatan Indonesia. Bravo!
Pertama, saya dengan tegas menyangkal pendapat para nakes dalam video yang seolah-olah menggeneralisir perilaku mayoritas nakes yang malas-malasan ketika menghadapi pasien BPJS. Kedua, jika sampai ada di antara pembaca Terminal Mojok yang pernah mengalami hal demikian, mohon maaf, saya yakinkan bahwa situasi semacam itu tidak terjadi di semua tempat.Â
Daftar Isi
Klinik dan rumah sakit kini banyak yang menerima pasien BPJS
Mengingat BPJS adalah pilihan utama asuransi kesehatan untuk masyarakat dengan pendapatan menengah ke bawah, coba bayangkan bagaimana kalau para nakes yang bertugas di kelompok masyarakat tersebut bekerja malas-malasan seperti mas dan mbak dalam video TikTok tadi? Hancur sudah klinik dan rumah sakit tempat mereka bekerja. Mana ada pasien yang mau datang ke sana?Â
Padahal di daerah dengan penduduk berpendapatan rendah, klaim BPJS memiliki andil besar dalam pendapatan klinik dan rumah sakit, lho. Setidaknya begitu yang terjadi di daerah saya yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. Daerah-daerah selatan Jawa Timur seperti Trenggalek, Ponorogo, Tulungagung, dan Blitar adalah contohnya.
Jika Anda melihat dengan teliti tren yang terjadi di klinik dan rumah sakit beberapa tahun terakhir ini, kebanyakan klinik dan rumah sakit justru gencar memberi tahu khalayak umum bahwa mereka telah menerima layanan BPJS. Sampai klinik optik pun melakukan hal serupa.Â
Padahal di awal ketika BPJS masih baru saja disahkan, banyak pihak yang protes akibat BPJS dinilai kurang menguntungkan. Namun seiring dengan bertambahnya jumlah masyarakat yang bergantung pada BPJS untuk berobat, rumah sakit dan klinik juga perlahan merespons perubahan.Â
BPJS menjadi pilihan utama pasien untuk berobat
Hingga tahun 2023 ini, BPJS malah menjadi pilihan utama para pasien untuk berobat. Buktinya, coba lihat di sekeliling Anda. Kebanyakan klinik yang tidak menjalin kerja sama dengan BPJS terlihat lebih sepi daripada klinik yang menjalin kerja sama dengan BPJS, kan?
Jelas, untuk masyarakat berpenghasilan rendah yang tergolong penerima bantuan iuran (PBI), BPJS adalah pilihan satu-satunya jalan untuk berobat. Untuk masyarakat yang memiliki pendapatan menengah, saat menghitung biaya asuransi kesehatan swasta tidak ramah untuk kantong mereka yang pas-pasan, BPJS juga menjadi pilihan terbaik. Lha, premi untuk kelas 1-nya saja cuma Rp150 ribu. Coba bandingkan dengan premi asuransi kesehatan swasta.Â
Sekarang mari kita bedah lebih lanjut kelebihan BPJS dalam situasi-situasi pelayanan di rumah sakit. Pertama situasi pelayanan rawat inap, kedua pelayanan poli rawat jalan spesialis, ketiga pelayanan tindakan operasi.
Kelebihan BPJS pada situasi rawat inap di RS
Pertama, pada situasi rawat inap. Meskipun pasien akan mendapat obat generik yang standar, tapi ayolah, soal ruang rawat inap, fasilitas untuk pasien BPJS sudah cukup memuaskan. Obat-obatan generik juga memiliki khasiat yang sama dengan obat paten, lho.Â
Coba kita telaah lebih lanjut. Lewat premi BPJS per bulan yang hanya Rp150 ribu, Anda bisa mendapat fasilitas ruangan kelas 1 yang isinya hanya untuk dua pasien. Pun kalau mau naik ke VIP, Anda hanya tinggal bayar selisihnya.
Bahkan di rumah sakit swasta terkenal dan bagus yang melayani BPJS, fasilitas ruangan kelas 3-nya sudah sangat nyaman. Saya berkaca pada RS Universitas Airlangga tempat saya sekolah dan RSU Aisyiyah Ponorogo tempat saya internship. Meskipun harus berbagi ruang dengan beberapa pasien, fasilitas rawat inap kelas 3 yang lumayan tersebut bisa diakses dengan premi Rp35 ribu saja per bulannya.
Kelebihan BPJS pada situasi rawat jalan spesialias
Kedua, kelebihan BPJS pada situasi rawat jalan spesialis. Saya coba ambil beberapa contoh kasus, ya.
Contoh kasus pertama adalah pasien diabetes mellitus. Obat suntik insulin yang biayanya tinggi itu bisa didapat pasien dengan membayar premi BPJS tiap bulan yang terjangkau.
Begitu juga untuk kasus pasien gagal jantung yang dalam pengobatannya memerlukan banyak jenis obat. Meskipun ada beberapa obat paten yang tidak bisa diberikan untuk pasien gagal jantung, dokter jantung telah berpengalaman memanfaatkan obat generik supaya luaran pasien sama baiknya.Â
Belum lagi dengan penyakit yang memerlukan biaya besar dalam jangka waktu yang panjang seperti layanan kemoterapi untuk kanker dan hemodialisis untuk gagal ginjal. Sekali lagi, semua layanan itu bisa didapat pasien dengan membayar premi BPJS yang terjangkau.
Pelayanan tindakan operasi
Ketiga, kelebihan BPJS pada tindakan operasi. Ini cukup sering saya diskusikan dengan teman-teman kerja betapa BPJS sangat membantu menangani banyak kasus bedah.
Bayangkan, kasus batu saluran kemih, batu empedu, usus buntu, sampai kanker otak semua bisa ditangani. BPJS telah menolong banyak pasien dengan premi yang tidak seberapa itu. Padahal jika menggunakan biaya sendiri tagihannya pasti sangat besar.Â
Entah apa yang ada di otak ketiga nakes TikTok yang viral beberapa hari lalu itu. Di tempat saya menempuh pendidikan sampai internship kemarin saja banyak dokter, perawat, dan tenaga kesehatan yang justru meminta pasien yang datang segera mendaftar BPJS. Apalagi banyak penduduk desa yang mengeluh tidak mampu berobat karena terhalang biaya.
Banyak dokter dan nakes menyarankan pasien segera daftar BPJS
Dalam beberapa kasus yang tidak gawat darurat, misalnya keluhan nyeri akibat batu saluran kemih, saya dan rekan-rekan di rumah sakit bahkan sering memberikan saran supaya pasien segera mendaftarkan diri ikut BPJS sembari pengobatan sementara dilakukan. Mengingat BPJS baru bisa digunakan sejak dua minggu setelah tanggal mendaftar. Setelah dua minggu dari tanggal pendaftaran, nakes yang bertugas pasti segera membuatkan rujukan ke fasilitas selanjutnya. Tentu saja supaya pasien bisa diperiksa dokter spesialis dan kalau perlu segera dilakukan tindakan.Â
Contoh kasus lain, jika ada pasien gagal jantung dengan ekonomi lemah yang harus rutin kontrol, kami pasti menyarankan untuk segera daftar BPJS. Setelah dua minggu dari tanggal pendaftaran, pasien tadi pasti segera dibuatkan surat rujukan ke fasilitas selanjutnya. Setidaknya begitu yang terjadi di puskesmas tempat saya internship dulu. Begitu pula yang terjadi di puskesmas lain yang tersebar di penjuru Indonesia tempat teman-teman saya bertugas.
Situasinya mungkin berbeda dengan kota besar seperti Jakarta dan Surabaya di mana asuransi kesehatan swasta kebanyakan masih jadi pilihan karena pendapatan masyarakatnya juga tinggi. Tapi ingat, mayoritas masyarakat kita punya pendapatan yang sedang-sedang saja, bukan?Â
Maka jangan heran kalau di daerah pinggiran, rumah sakit swasta mampu bersaing dengan rumah sakit umum daerah meskipun sebagian besar pasiennya adalah BPJS. Masyarakat jelas berpikir, kalau layanan yang sama-sama BPJS lebih memuaskan di rumah sakit swasta, ngapain mereka harus datang ke rumah sakit pemerintah?
Jadi, buat mas dan mbak nakes di video TikTok yang meremehkan pasien BPJS, memangnya kalian tidak bisa membaca masa depan gemilang BPJS? Atau kalian memang sebodoh itu membuat puskesmas tempat kalian bekerja segera ambruk?
Penulis: Prima Ardiansah Surya
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Berlomba Mengutuk BPJS, padahal yang Buruk Pelayanan Rumah Sakitnya.