Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Bisa Sambat Pakai Bahasa Jawa Adalah Privilege, di Jakarta Nggak Mungkin Bisa!

Ken Elsaning Savitri oleh Ken Elsaning Savitri
16 Agustus 2024
A A
Cara Bertahan Hidup di Jakarta Jika Gajimu di Bawah UMR Jakarta 2024 depok heru budi jogja

Cara Bertahan Hidup di Jakarta Jika Gajimu di Bawah UMR Jakarta 2024 (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Berkarier di Jakarta mungkin memang menjadi impian dan dambaan banyak orang. Termasuk saya yang pada saat itu masih ”kinyis-kinyis” baru lulus kuliah dari salah satu perguruan tinggi di Jogja.
Belum lagi ketika mendengar banyak senior kampus yang merantau ke Jakarta untuk bekerja dan ceritanya sukses. Tampilan profile instagramnya pun berbanding terbalik dengan ketika kuliah dulu. Ini yang membuat saya merasa makin yakin dan mantep untuk dapat berkarier di Jakarta. Terlebih, ibu saya dulu pernah berkata ”kalau kamu bisa taklukan Jakarta, berarti kamu bisa taklukan dunia”.

Akhirnya setelah saya lulus kuliah, saya punya kesempatan untuk bekerja di salah satu law firm terkemuka di Jakarta. Tentu saya merasa senang dan bangganya bukan main. Dengan gaji 2 digit, gaya petentang-petenteng dan ”lo-gue” menjadi makanan sehari-hari.

Namun nahas, saya hanya bertahan sebentar karena covid melanda. Semua anak-anak baru (yang masih kontrak kaya saya gini) terpaksa dibumi hanguskan.

Lha piye meneh, jenenge wes nasib.

Kembali ke Jakarta

Akhirnya saya kembali pulang ke Semarang untuk bekerja di Semarang. Kembali menjadi anak daerah tanpa ”lo-gue”, yang ada hanya ”aku-koe” dan sederet pisuhan berbahasa Jawa lainnya.

Anyway, beberapa tahun kemudian saya kembali memiliki kesempatan untuk dapat berkarier di Jakarta. Mesipun bukan bekerja di perusahaan elit seperti yang saya impikan dulu, tapi buktinya saya berhasil menginjakkan kaki kembali ke Jakarta. Mulai lagi dari 0.

Beberapa bulan di Jakarta berhasil saya lalui dengan mulus. Kalau masalah adaptasi, bolehlah saya pede sedikit. Diajak makan di hotel bintang 5 nggak bikin malu, diajak ke angkringan, gas. Pun dengan bahasa, aetelan ”lo-gue” kembali lagi mengisi hari-hari saya. Pemusnahan aksen medhok pun cukup mudah buat saya. Intinya, saya berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan Jakarta yang katanya keras ini.

Euforia yang membuncah

Bulan-bulan awal di Jakarta, euforianya masih sangat terasa. Bekerja di Jakarta adalah sebuah pembuktian diri bagi sebagian besar anak-anak daerah seperti saya ini. Ibaratnya, mau macet 3 jam di jalan juga hepi-hepi aja, malah bagus karena bisa lama-lama melihat gedung-gedung tinggi yang kalo saya naik pasti singunen. Untuk teman-teman yang tidak mengetahui, singunen adalah keadaan di mana kita merasa takut saat berada di ketinggian. Nggak berani liat kebawah. Bawaannya deg-degan dan gamang. Ya memang agak norak, namanya juga anak daerah.

Baca Juga:

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Orang dari Kota Besar Stop Berpikir Pindah ke Purwokerto, Kota Ini Belum Tentu Cocok untuk Kalian

Macet-macetan di jalan juga saya nikmati sebagai wadah untuk dapat melihat para eksmud (eksekutif muda) yang hilir mudik sibuk berbicara di via telepon dengan entah siapa. Bisa melihat mbak-mbak SCBD yang memakai tory burch, lanyard coach, dan menenteng corkcicle ke mana pun melangkah. Pemandangan seperti itu merupakan suatu bentuk experience baru yang jarang saya lihat di Semarang.

Namun di balik euforia ”come back to Jakarta” ini, saya merasa memiliki sedikit kekosongan dalam hati. Tapi anehnya, saya tidak bisa menemukan dan mendefinisikan kekosongan apa yang saya alami. Ya memang sih saya jomblo, alias tidak punya pasangan. Tapi rasanya bukan itu yang menyebabkan kegelisahan hati saya.

Kembali ke Jogja

Bulan demi bulan kembali berlalu. Hingga suatu saat, saya mendapatkan undangan pernikahan sahabat saya di Jogja. Tanpa ragu, saya kemudian memesan tiket kereta dan hotel untuk dapat bertolak ke Jogja dari Jakarta dan menghadiri pernikahan sahabat saya.

Pernikahan sahabat saya ini dilaksanakan di Grha Sabha Pramana (GSP) UGM. Rasanya seperti nostalgia jaman kuliah dulu. Terlebih, GSP menjadi tempat dilangsungkannya wisuda saya pada waktu itu. Wah, good old days.

Sampailah saya di GSP dengan dandanan cantik nan ciamik menggunakan kebaya seragam yang dipesan sahabat saya si pengantin (maklum, saya jadi bridesmaid), ditambah dengan goresan make up yang pas di wajah saya.

Tidak berapa lama, saya bertemu dengan teman-teman saya semasa kuliah dulu. Teman-teman saya ini juga bermacam-macam. Ada yang sudah jadi penulis, lawyer, banker, bahkan pengusaha muda. Banyak obrolan ngalor-ngidul yang terjadi. Mulai dari update kehidupan yang agak serius, guyonan receh hingga sambat-menyambat mewarnai obrolan kami pada saat itu. Semuanya menggunakan bahasa Jawa.

Rasa tenang yang tak saya rasakan di Jakarta

Anehnya, di situ saya menjadi tenang. Ada rasa nyaman yang tidak bisa saya jelaskan dengan kata-kata, yang tidak saya rasakan di Jakarta. Sambatan dan umpatan dalam Bahasa Jawa yang saya dengar menjadi musik di telinga saya. Barulah saya menyadari bahwa selama ini kekosongan hati saya disebabkan karena saya tidak bisa mengekspresikan diri untuk sekedar guyon dan sambat menggunakan bahasa Jawa.

Begitulah hidup. Kadang kegundahan, kegelisahan, dan kekosongan hati yang kita rasakan obatnya sepele. Kita yang terkadang terlalu ndakik-ndakik. Jakarta boleh jadi tempat meniti karier yang bagus, tapi untuk urusan guyon dan sambat, Jogja tetap pemenangnya. Lebih tepatnya, supremasi bahasa Jawa untuk menyampaikan gundah di hati kelewat jumawa.

Penulis: Ken Elsaning Savitri
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Lebih Enak Mengkritik Jakarta ketimbang Jogja yang Baperan dan Mudah Tersinggung karena Cinta Buta

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 16 Agustus 2024 oleh

Tags: Bahasa JawaJakartaSambat
Ken Elsaning Savitri

Ken Elsaning Savitri

Seorang yang suka mempersuasi orang lain, tapi gagal mempersuasi diri sendiri untuk hemat.

ArtikelTerkait

Jakarta Timur Kota Tawuran, Perlu Punya 9 Nyawa untuk Hidup di Kota Ini Mojok bassura jaktim

Jakarta Timur Kota Tawuran, Jangan Sekolahkan Anak di Sini kalau Mau Selamat

6 Februari 2024
kebahagiaan, filsafat stoa

Daripada Keseringan Sambat, Mending Praktekin Filsafat Stoa biar Tetap Waras dan Bahagia

19 Mei 2020
Bekasi, Daerah yang Paling Cocok Ditinggali Dibanding Kota Penyangga Jakarta Lain Mojok,co

Bekasi, Daerah yang Paling Cocok Ditinggali Dibanding Kota Penyangga Jakarta Lain

20 April 2025
Membantah Nasihat Ibu, Rela Hidup Menderita di Jakarta (Shutterstock)

Rela Tetap Bertahan dan Menderita di Jakarta walau Disuruh Ibu Pulang Kampung karena Yakin di Jakarta Semua Mimpi itu Ada

24 Juli 2025
Fresh Graduate Solo Culture Shock Kerja di Jakarta, Cukup Jadi Pengalaman Sekali Seumur Hidup Aja Mojok.co

Dilema Jalanan Jakarta: Macet Melelahkan, tapi kalau Sepi, Isinya Orang Tolol Kebut-kebutan

4 Juli 2024
Ranjau Paku di Jalanan Jakarta, Sebuah Masalah yang Tak Pernah Usai

Ranjau Paku di Jalanan Jakarta, Sebuah Masalah yang Tak Pernah Usai

30 Juli 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

16 Desember 2025
Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

13 Desember 2025
Saya Hidup Cukup Lama hingga Bisa Melihat Wonosobo yang Daerah Pegunungan Itu Kebanjiran Mojok.co

Saya Hidup Cukup Lama hingga Bisa Melihat Wonosobo yang Daerah Pegunungan Itu Kebanjiran

12 Desember 2025
Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

15 Desember 2025
KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

18 Desember 2025
Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia Mojok.co

Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia

13 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan
  • Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega
  • Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba
  • Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya
  • Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur
  • Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.