Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Media Sosial

Bikin Konten Soal Bersihin Sampah di Sungai, Salahnya di Mana?

Muhamad Iqbal Haqiqi oleh Muhamad Iqbal Haqiqi
11 Desember 2022
A A
Bikin Konten Soal Bersihin Sampah di Sungai, Salahnya di Mana Terminal Mojok

Bikin Konten Soal Bersihin Sampah di Sungai, Salahnya di Mana (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Masih mending bikin konten soal bersihin sampah di sungai ketimbang konten joget nggak jelas.

Beberapa waktu lalu, ramai sebuah konten video di TikTok memperlihatkan sekelompok anak muda sedang membersihkan sungai yang penuh dengan tumpukan sampah. Sekelompok anak muda itu seperti ingin menunjukkan bahwa “berani kotor itu baik” dalam konteks mencintai dan menjaga kelestarian lingkungan, khususnya ekosistem sungai.

Sungai, di era sekarang, bukan lagi sebagai sumber kehidupan di mana setiap orang bisa bergantung hidup darinya atau menjadi pusat ekosistem karena memiliki fungsi irigasi yang menampung air dari tanah. Saat ini, sungai hanyalah sumber sampah yang memberikan gambaran tentang betapa joroknya masyarakat kita.

Oleh karena itu, setiap aksi yang sifatnya persuasif untuk menjaga sungai dari sampah memang pantas diapresiasi. Tapi sebaliknya, konten sekelompok pemuda membersihkan sungai itu justru malah menerima banyak cibiran dan sindiran dari penghuni dunia maya. Kolom komentar di akun TikTok mereka (@pamdawaragroup) banyak diisi dengan nada sentimen seperti menyebut aksi itu sebagai gimik, demi cuan, engagement, atau mencari atensi.

Pertanyaannya, kalau dasar motif mereka seperti itu, memangnya kenapa? Tentu konten seperti itu masih lebih bisa dihargai dan layak diberikan atensi atau bahkan cuan sebanyak-banyaknya daripada konten joget-joget, prank, umbar aib sendiri, atau bahkan konten-konten yang secara frontal menjual kesedihan.

Masyarakat kita, terutama generasi milenial dan Z yang katanya open minded, nyatanya terlalu polos. Mayoritas mereka masih banyak berpedoman bahwa berbuat baik itu tidak perlu pamer. Generasi saat ini yang menikmati berbagai kemudahan nyatanya terlalu banyak dicekoki konten selangkangan, kekerasan, ujaran kebencian, provokasi, SARA, sehingga mudah sekali emosi dan berujung pada pertengkaran dengan jari-jari mereka di media sosial. Perilaku ini pun berimbas terhadap seringnya mereka menafsirkannya sebuah aksi sosial dengan perspektif yang terkesan skeptis dan penuh curiga.

Sebagai orang yang pernah berkecimpung dalam komunitas lingkungan, saya paham betul bahwa aksi sosial, terlebih yang sifatnya preventif untuk kelestarian lingkungan seperti persoalan sampah, tidak bisa dilakukan secara individu dan sembunyi-sembunyi layaknya kamu bersedekah.

Saat kamu sudah berusaha bertanggung jawab dengan sampahmu dengan cara mengurangi sampah plastik atau mendaur ulang sampah itu jadi bahan fungsional lainnya, tapi di sisi lain masih banyak orang yang dengan enteng membuang sampahnya ke sungai, selokan, atau di tempat-tempat umum, aksi individumu akhirnya percuma.

Baca Juga:

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Apalagi ketika kamu lihat potret sampah yang ditinggal oleh relawan Jokowi di GBK beberapa waktu lalu. Itu bikin kamu capek sendiri karena apa pun yang kamu lakukan (secara individu) tidak akan punya dampak apa pun.

Aksi kebaikan yang orientasinya untuk menjaga ekosistem sosial-lingkungan itu perlu dilakukan secara masif dan terang-terangan. Masif di sini artinya berani memulai dan mengkampanyekannya di media sosial. Agar orang-orang tersentuh hati nurani agar mau bergerak bersama menjaga lingkungan. Seperti yang dilakukan sekelompok anak muda di Pandawaragroup itu.

Kampanye lingkungan di media sosial, terutama TikTok, membuat aksi-aksi serupa berpotensi muncul di daerah lainnya karena menjangkau audiens hingga jutaan orang.

Secara khusus, data aktivitas berinternet yang dipantau oleh Cloudflare Radar hingga Desember 2021 menunjukan, TikTok menduduki peringkat pertama sebagai platform yang paling sering dikunjungi. Data ini memberikan gambaran bahwa potensi orang untuk terpengaruh terhadap aksi lingkungan lebih besar dan banyak ketika dilakukan di media sosial, terutama di TikTok.

Masyarakat kita akhirnya tidak malu untuk mulai peduli dengan sampah-sampah yang ada di sekitarnya. Mereka bergerak bersama secara sadar bahwa sampah adalah tanggung jawab semua orang, bukan hanya tukang sampah. Karena banyak orang enggan tergerak karena tidak mendapat dukungan dari orang sekitarnya. Cibiran dan sindiran sering kali membuat orang mengurungkan niatnya untuk memulai kebaikan.

Walaupun mereka cari cuan dari aksi kampanye itu, ya ndak apa-apa. Salahnya di mana? Kesannya kalau mau berbuat baik untuk lingkungan atau filantropi kok tidak boleh dapat benefit secara materi. Mereka bikin konten itu kan juga butuh biaya. Mereka berhak dapat imbal hasil secara materi, kok. Waktu mereka habis untuk bersih-bersih, jadi ya paling tidak mereka dapat sedikit hasil dari itu. Memangnya mereka tidak butuh makan? Mereka dapat uang dengan cara bersih-bersih. Halal, kok. Wong amil di lembaga zakat saja punya hak 12 persen. Anggap saja mereka tukang bersih-bersih, tapi dikontenin. Sudah gitu saja. Bukannya kalian sudah biasa melihat aktivitas di era sekarang dibikin konten?

Toh kita tinggal nonton konten mereka, like, kemudian share. Apa susahnya, sih? Daripada nonton konten joget-joget dan malah berfantasi yang tidak-tidak, atau malah emosi karena konten-konten prank. Mbok yo mikir!

Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Apakah Anjuran Membuang Sampah pada Tempatnya Masih Relevan?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 11 Desember 2022 oleh

Tags: kontenkonten tiktokSampahsungaitiktok
Muhamad Iqbal Haqiqi

Muhamad Iqbal Haqiqi

Mahasiswa Magister Sains Ekonomi Islam UNAIR, suka ngomongin ekonomi, daerah, dan makanan.

ArtikelTerkait

Balita yang Jago Main TikTok Itu Tanda Kemajuan Generasi atau Malah Sebaliknya_ terminal mojok

Balita Jago Main TikTok, Tanda Kemajuan Generasi atau Malah Sebaliknya?

4 Juni 2021
Nonton Film kok di TikTok, Norak! terminal mojok (1)

Nonton Film kok di TikTok? Norak!

29 September 2021
Kalian Marah Teman Kalian Jadian sama Mantan Pacar? Ra Mashok! pernikahan beda agama

Bikin Konten Nangis di Pernikahan Mantan Itu biar Apa sih? Biar Dihujat? Orang kok Hobi Banget Cari Penyakit

6 Juli 2023
3 Alasan Kenapa Alun-alun Situbondo Nggak Ramah Buat Pengunjung, dari Masalah Sampah hingga Keamanan yang Dipertanyakan!

3 Alasan Alun-alun Situbondo Nggak Ramah Buat Pengunjung, dari Masalah Sampah hingga Keamanan yang Dipertanyakan!

23 Maret 2025
Menjadikan ODGJ sebagai Konten YouTube Itu Bermasalah secara Etika terminal mojok

Menjadikan ODGJ sebagai Konten YouTube Itu Bermasalah secara Etika

15 September 2021
Tobrut Memang Meresahkan (Unsplash)

Tobrut Memang Meresahkan, Budaya Merendahkan Tubuh Perempuan tapi Dimaklumi karena Gampang Masuk FYP

20 Juni 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri
  • Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier
  • Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya
  • Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.