Polanya seperti ini. Di acara pernikahan, ada pria/wanita, yang ternyata mantan si mempelai, dengan backsound lagu koplo sedih, menangis tersedu-sedu tak tahu tempat. Betul, saya sedang berbicara konten payah tentang orang yang datang ke pernikahan mantannya, lalu nangis benger.
Saya tahu betul kesedihan seseorang yang harus melihat orang yang disayanginya justru memadu kasih dengan orang lain. Orang tersebut, harus melihat orang yang (pernah) disayanginya mengikat janji setia pada orang lain. Bukan pada dirinya, dan tak seperti rencana indah yang pernah dirinya buat bersamanya.
Tapi, sudah sadar kalau ada yang aneh?
Kalau belum, saya kasih tahu. Orang tersebut, merasa berhak untuk sedih dan menangis di perayaan kebahagiaan orang lain. Padahal, acara tersebut jelas bukan tentang dirinya, dan tak akan pernah tentang dirinya. Tapi, seakan-akan acara bahagia tersebut menyakiti dirinya. Kebahagiaan yang ada, berdiri di atas penderitaannya.
Daftar Isi
Orang kok suka banget cari penyakit
Saya itu nggak pernah ngerti sama orang yang nekat datang ke pernikahan mantan, padahal well aware kalau dia belum bisa move on. Jelas yang dirasakan bukan hal yang baik, jelas sakit hati. Menurut saya ya itu nggak masuk akal. Ngapain sih cari-cari kesedihan? Ra ndue tagihan a?
Apalagi jika sebenarnya orang itu nggak diundang ke pernikahan mantannya. Malah ngopo. Udah ngambil jatah konsumsi orang, sekaligus bikin kacau acara yang udah dipersiapkan baik-baik.
Sini saya kasih tahu ya. Acara pernikahan itu nggak pernah tentang dua orang doang ya, Gais. Acara pernikahan itu hajat dua keluarga yang sedang mencoba bersatu saling mengenal. Makanya ada sistem undangan, yang diundang hanyalah orang-orang yang punya andil dan punya makna bagi kedua keluarga.
Jangan kaget jika kadang orang yang diundang adalah pejabat besar. Itu tuh strategi keluarga dan punya muatan nilai yang lain. Kamu, mantannya, jelas nggak punya hak dan signifikansi dalam acara tersebut.
Wong kok egois
Dengan tahu bahwa acara pernikahan itu nggak pernah sederhana maknanya, harusnya kalian sebagai mantan tahu diri untuk tidak merusaknya. Yang rugi bukan cuman keluarga mantanmu, tapi juga mempelainya. Misal kalian memang berusaha merusak kebahagiannya, kalian perlu memikirkan ini juga.
Kita itu nggak benar-benar tahu seseorang ini punya power apa nggak. Misal, ternyata keluarga pasangan mantanmu yang menikah ini punya kenalan yang kuat. Misale, bapaknya si mempelai ini ternyata saudara angkat kepala dinas pendidikan. Lha, ternyata, kamu punya saudara yang juga kerja di dinas pendidikan. Siapa yang bakal kena rugi? Ya saudaramu lah!
Jangan sepelekan kekuatan relasi di daerah-daerah. Jangan sepelekan juga efek emosi sesaat hanya demi konten cidromu yang jeleknya minta ampun itu. Tolong, karma itu terkadang tak jatuh pada dirimu.
Konten nangis di pernikahan mantan itu nggak banget
Misal memang kalian datang memang bukan karena sakit hati, tapi murni cari konten, maaf banget, konten kalian itu jelek. Selain emang nggak ada sisi estetik dan value-nya, harusnya kalian nggak enak ke keluarga yang punya acara karena jelas kalian bikin kacau.
“Masak nangis doang jadi masalah?!”
Lho, lha yo jelas su, acara kudune jadi ajang pamer dan bahagia malah kalian rusak dengan tangisan demi konten. Harga diri orang kalian coreng lho. Itu mending kalau cuman dibiarin. Bayangin kalau yang punya acara ternyata tersinggung geden, malah jadi masalah besar. Jangan sepelekan ketersinggungan orang, sekali lagi.
Kalau memang kalian nggak bisa move on, dan mantan mau nikah, mending kalian nggak usah dateng. Cari kegiatan. Main kek, ngopi kek, mancing kek, apa gitu lho. Mabuk boleh, tapi jangan banyak-banyak. Atau malah ini saatnya kalian memperdalam agama, sesuatu yang kalian tinggalkan sejak lama.
Si mantan sudah bahagia, seperti doa-doa yang kalian panjatkan
Mantan kalian itu udah bahagia sama hidupnya. Terima faktanya kalau bukan kalian yang diharapkan. Cinta memang penuh derita, memang seperti itu dan akan selalu seperti itu. Kalau nggak mau sakit hati karena cinta, mending kalian mencintai tiang IndiHome saja.
Stop juga konten nangis di acara pernikahan mantan karena sedih. Kontenmu itu jelek. Mending joget kayak Bang Boger Bojinov, penyeimbang semesta. Jelas menghibur, jelas mbois, jelas nggak merugikan siapa pun. Lagian kenapa sih hobi amat bikin konten jelek?
Ini juga berlaku untuk pengantin kopet yang nekat ngundang mantan di pernikahan. Nggak punya kawan po sampe mantan diundang? Mbok ya jadi manusia itu punya nurani dan gunakan sedikit otak. Sukanya kok berbahagia di atas penderitaan orang, nyembah Jin Ifrit a?
Saya bukannya nggak paham kesedihan dan penderitaan ya. Jauh dari itu. Tapi, tolong, jadilah manusia yang paham kondisi, paham situasi. Biarkan mantanmu bahagia, karena pada satu waktu, kalian pernah berdoa agar ia selalu bahagia. Meski menyakitkan, doa kalian akhirnya terwujud. Dan memang itulah yang kalian inginkan dulunya kan?
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Melupakan Masa Lalu dengan Mantan Itu Hil yang Mustahal