Telepon genggam atau biasa disebut HP, sepuluh tahun lalu merupakan barang “eksklusif” karena mahal dan hanya dimiliki sebagian orang. Namun, saat ini HP sudah berubah menjadi barang yang “umum” dan bisa dimiliki oleh siapa saja. Ada berbagai macam type dan merek HP yang dijual di pasaran mulai dari segmen entry level yang harganya 1-2 jutaan, middle level, hingga handphone flagship yang harganya sampai puluhan juta seperti Iphone dari Apple.
Saat ini orang sudah bisa membeli HP baru dengan mengakses internet menggunakan aplikasi marketplace seperti Tokopedia, Shopee, Blibli, Lazada, Bukalapak, dan sebagainya. Mereka hanya perlu memasukkan tipe atau merek yang ingin dicari, kemudian tinggal checkout, bayar, dan HP pun akan dikirim lewat ekspedisi.
Satu dekade yang lalu membeli HP hanya bisa dilakukan di toko atau gerai penjualan HP atau akrab disebut Konter HP besar yang kebanyakan ada di kota. Di zaman tersebut merek-merek HP yang beredar adalah merek raksasa teknologi terkemuka seperti Nokia, Motorola, Siemens, Sony Ericsson, dll.
Di konter-konter HP tersebut kita akan dilayani seperti raja. Mulai awal masuk disambut dengan sapaan ramah dan ditanyakan apa yang ingin dibantu. Kemudian kita juga bisa sepuas hati menanyakan spesifikasi HP yang ingin kita beli dan mereka pun akan menerangkan dengan detail. Bahkan kalau kita awam dengan HP pun mereka akan memberikan preferensi HP yang pas untuk kebutuhan kita. Satu hal yang terpenting, para pegawainya berasa orang profesional dan terlatih. Pelayanan eksklusif tersebut agaknya sekarang hanya bisa dijumpai di bank saja.
Keadaan saat ini di konter HP sudah berubah. Jika datang ke konter HP, kita tidak akan menemukan pegawai yang menyambut dengan ramah. Namun, sering kali disambut badut-badut maskot merek HP.
Ketika sudah masuk ke toko, sering kali pelayan konter HP menawarkan merek atau type HP yang tidak ingin kita beli bahkan cara penyampaianya terkesan sangat “buruk” seperti, “daripada HP X harga xxxx fiturnya gitu-gitu aja, mending ambil HP Z fiturnya baru dan lebih banyak. Padahal harganya sama. Bahkan nanti bisa tak bantu kurangin harga lagi.”
Fenomena tersebut membuktikan bahwa mayoritas pegawai konter HP saat ini bukannya berfungsi memberikan pelayanan dan informasi kepada konsumen. Ia justru berperan sebagai “calo” yang memaksa konsumen untuk membeli merek yang ditawarkan. Memang perlu diketahui bahwa banyak konter-konter HP saat ini pegawainya bukan pegawai asli toko, melainkan pegawai atau sales titipan merek HP tertentu.
Jadi tidak heran jika ada konsumen yang ingin membeli HP merek X dan bertemu dengan pegawai merek Z, ya sudah pasti mereka akan digiring untuk membeli HP merek Z. Hal tersebut juga berlaku sebaliknya.
Alasan para sales HP berusaha membujuk dan merayu konsumen untuk memilih produknya tak lebih dari urusan pemenuhan target penjualan. Semakin banyak mencapai target penjualan, maka semakin besar bonus yang diperoleh si sales. Adanya fenomena tersebut tentu bukan kesalahan mutlak para pegawai atau sales toko HP. Pasalnya, mereka hanya menjalankan kebijakan dari toko maupun perusahaan merek HP mereka.
Selain aspek pelayanan produk, aspek attitude dan estetika juga menjadi sorotan. Di mana sekarang mayoritas konter HP memiliki banyak karyawan yang terkesan tidak profesional dan tidak sopan. Hal tersebut sering kali terlihat dari perilaku pegawai atau sales HP yang melakukan make up atau merias diri secara terang-terangan di tempat pelayanan dan di depan konsumen. Mereka juga sering makan kudapan atau jajan di tempat pelayanan konsumen. Atau malah ngobrol dengan temannya yang lain dan cuek dengan konsumen.
Sistem marketing penjualan seperti di atas pada dasarnya merupakan hal yang wajar jika dilakukan secara profesional agar konsumen percaya dengan produk yang ditawarkan. Namun, menjadi tidak wajar jika cara yang dilakukan “serampangan” dan “lebay” seperti mengarah pada pemaksaan ke konsumen. Ataupun memberikan disinformasi produk kepada konsumen, seperti mengunggul-unggulkan merek tertentu tanpa memberitahu spesifikasi asli produknya, serta menjatuhkan merek tertentu tanpa menyebut keunggulannya.
Fenomena tersebut tentu tidak terjadi pada semua konter HP. Pasalnya, sampai saat ini masih ada berbagai konter HP yang memberikan pelayanan eksklusif.
Lantas, mungkinkah fenomena di atas kemudian memengaruhi minat konsumen untuk membeli HP secara langsung ke konter karena sudah tidak asyik lagi dan lebih memilih membeli di marketplace? Konsumen yang tahu jawabannya.
BACA JUGA Jual Pulsa Adalah Bisnis Sampingan Terbaik Dekade Ini dan tulisan Terminal Mojok lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.